05.05.2015 Views

TIM ADVOKASI KEBENARAN DAN KEADILAN - Elsam

TIM ADVOKASI KEBENARAN DAN KEADILAN - Elsam

TIM ADVOKASI KEBENARAN DAN KEADILAN - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Oleh karena itu, berbeda dengan perdata, maka asas hukum pidana harus tetap berlaku<br />

meskipun itu diproses oleh lembaga seperti KKR.<br />

82. Hal tersebut di atas juga ditegaskan dalam telah berkembang dan diakui, dan ditegaskan<br />

kembali dalam Prinsip Melawan Impuniti. Prinsip 8 tentang Definisi dari Terms of<br />

Reference Komisi menyatakan sebagai berikut :<br />

To avoid conflicts of jurisdiction, the Commission’s Terms of Reference must<br />

be clearly defined and must be consistent with the principle that Commissions<br />

of inquiry are not intended to act as substitutes for the civil, administrative or<br />

criminal courts. In particular, criminal courts alone have jurisdiction to establish<br />

individual criminal responsibility, with a view as appropriate to passing<br />

judgement and imposing a sentence.<br />

83. Penegasan bahwa KKR adalah pelengkap dan tidak dapat menggantikan proses yudisial<br />

juga dinyatakan dalam Prinsip 23 poin (1) dari Brussels Principles against Impunity and for<br />

International Justice (Maret 2002), (Bukti P-20), sebagai berikut:<br />

Non-judicial commissions of inquiry (such as "truth and reconciliation"<br />

commissions) and judicial procedures, far from excluding each other, are<br />

mutually complementary in the fight against impunity and for international justice.<br />

The constitution and activity of these commissions cannot, however, replace<br />

judicial procedures.<br />

84. Namun jika membaca Pasal 44 UU Nomor 27 Tahun 2004, tampak jelas bahwa pasal<br />

tersebut menempatkan KKR melebihi fungsinya sebagai lembaga pelengkap pengadilan.<br />

Pasal tersebut telah menempatkan seolah-olah KKR adalah lembaga yudisial sehingga<br />

dapat mengganti peran pengadilan.<br />

85. Jika prinsip sebagai pelengkap ini dijalankan, maka seharusnya kedudukan KKR dan<br />

Pengadilan HAM ad hoc saling mengisi satu sama lain dan bukannya saling<br />

menggantikan.<br />

86. Seharusnya KKR mengambil peran yang tidak mampu atau sulit dijalankan oleh<br />

pengadilan dijalankan oleh lembaga KKR. Sementara itu, karena KKR bukan lembaga<br />

yang menjalankan fungsi yudisial, dalam arti melakukan fungsi penuntutan dan<br />

penghukuman pada pelaku, maka tugas dan peran penuntutan dan penghukuman ada<br />

pada pengadilan. Sebaliknya, ketika pengadilan mengalami kesulitan untuk melakukan<br />

pengungkapan kebenaran terkait dengan bukti-bukti formil, maka peran KKR-lah yang<br />

lebih besar. Sebagai contoh, KKR akan lebih banyak berperan sebagai sarana truth-telling<br />

dan pengungkapan kebenaran, serta pemberian hak korban atas pemulihan.<br />

87. Rumusan Pasal 44 UU Nomor 27 Tahun 2004 telah merusak prinsip komplementer<br />

tersebut. Yang terjadi kemudian berdasarkan pasal tersebut adalah antara KKR dan<br />

pengadilan HAM ad hoc saling menggantikan. Apabila telah lewat jalur KKR tidak dapat ke<br />

pengadilan dan sebaliknya jika telah lewat pengadilan tidak dapat melalui proses KKR.<br />

88. Bahwa pengertian dan maksud KKR sebagai pelengkap tersebut di atas dikuatkan oleh<br />

pendapat ahli Dr. Tamrin Amal Tomagola dari sudut pandang sosiologis. Dengan melihat<br />

keadaan masyarakat Indonesia dan karakteristik sosiologi konflik pada masyarakat, ahli<br />

20

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!