05.05.2015 Views

TIM ADVOKASI KEBENARAN DAN KEADILAN - Elsam

TIM ADVOKASI KEBENARAN DAN KEADILAN - Elsam

TIM ADVOKASI KEBENARAN DAN KEADILAN - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dr. Tamrin Amal Tomagola menyatakan bahwa hubungan KKR dengan lembaga<br />

pengadilan tidak boleh dijadikan pilihan yang saling menggantikan.<br />

89. Berkaitan dengan penyelesaian secara tuntas, ahli Dr. Tamrin Amal Tomagola juga<br />

menerangkan bahwa jika masih terdapat hal yang tidak terselesaikan dalam proses KKR,<br />

maka seharusnya bisa dibawa ke pengadilan. Karena justru lewat proses-proses itulah<br />

orang mendapat kesembuhan total, dan bukan kesembuhan parsial.<br />

Oleh karena itulah, dari sudut sosiologis ahli Dr. Tamrin Amal Tomagola dalam<br />

persidangan menyatakan kesimpulannya bahwa KKR tidak bisa menjadi substitusi<br />

pengadilan, demikian juga sebaliknya.<br />

2. Pasal 44 UU Nomor 27 Tahun 2004 Menghilangkan Kewajiban Negara untuk Menuntut<br />

Pelaku dan Menghukum Pelaku<br />

90. Selanjutnya ahli Rudi Rizki, S.H., LL.M yang di persidangan menyatakan bahwa<br />

merupakan suatu kewajiban bagi negara untuk melakukan penuntutan terhadap pelaku<br />

pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Dalam keterangannya Ahli Rudi M. Rizki<br />

menyatakan:<br />

a. Bahwa yang menjadi yurisdiksi dari KKR adalah kejahatan sebagaimana diatur dalam<br />

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000, yaitu pelanggaran HAM yang berat (gross<br />

violation of human rights) yang menurut versi Undang-Undang Nomor 26 ini adalah<br />

genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.<br />

b. Bahwa dalam konteks The International Covenant on Civil and Political Rights<br />

(ICCPR), kedua kejahatan ini dianggap sebagai the most serious crimes, di mana<br />

menurut hukum internasional, terhadap kedua kejahatan ini tidak diperkenankan<br />

adanya amnesti.<br />

c. Oleh karenanya, terhadap kedua kejahatan ini, negara wajib melakukan penghukuman<br />

terhadap pelaku-pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida. Jadi, ada<br />

kewajiban negara untuk menghukum pelaku. Hal ini juga berkaitan dengan<br />

International Law Commission (ILC), draft article tentang a state responsibility, tentang<br />

tanggung jawab negara apabila terjadi pelanggaran HAM yang berat, yang pada<br />

intinya adalah menghukum pelaku, membayar kompensasi terhadap korban.<br />

Dengan demikian, tujuan dibentuknya KKR adalah untuk mengerahkan seluruh<br />

kemampuan, penjajakan, eksplorasi untuk mencari model yang paling bisa secara<br />

tuntas, efektif mengantarkan pada tujuan menyelesaikan pelanggaran hak asasi<br />

manusia yang berat yang pernah terjadi. Sehingga tercapai kesembuhan total dari<br />

dampak akibat terjadinya pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Jangan KKR<br />

dijadikan alat untuk bersembunyi dari kesalahan masa lalu.<br />

91. Bahwa keterangan ahli Rudi M. Rizki, S.H., LL.M tersebut di atas bersesuaian dengan<br />

keterangan ahli Professor Douglass Cassel yang menyatakan bahwa kejahatan-kejahatan<br />

yang dicover oleh Undang-Undang KKR, khususnya genosida dan kejahatan terhadap<br />

kemanusiaan, adalah kejahatan-kejahatan yang memiliki status yang sangat khusus di<br />

dalam hukum internasional, di mana berdasarkan Statuta Roma dari The International<br />

Criminal Court (ICC), kejahatan ini adalah kejahatan yang kejahatan yang paling berat<br />

(the most serious crime) yang menjadi musuh umat manusia (hostis humanis generis) dan<br />

merupakan perhatian dari masyarakat internasional secara keseluruhan. Di samping itu,<br />

dilakukannya kejahatan ini merupakan pelanggaran terhadap jus cogens, yaitu norma<br />

21

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!