NASKAH AKADEMIS dan RANCANGAN UNDANG-UNDANG
NASKAH AKADEMIS dan RANCANGAN UNDANG-UNDANG
NASKAH AKADEMIS dan RANCANGAN UNDANG-UNDANG
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pi<strong>dan</strong>a Internasional<br />
Aturan-aturan di atas hanyalah beberapa contoh aturan-aturan di Indonesia<br />
yang perlu disinkronisasikan dengan aturan-aturan dalam Statuta Roma.<br />
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa dengan meratifikasi Statuta Roma<br />
maka Indonesia berkewajiban untuk menerapkan aturan-aturan Statuta Roma<br />
dalam hukum nasionalnya, <strong>dan</strong> agar tidak terjadi pertentangan agar Un<strong>dan</strong>g-<br />
Un<strong>dan</strong>g yang telah ada dengan aturan Statuta Roma, maka sinkronisasi ini<br />
menjadi sangat penting untuk segera dilakukan.<br />
B. Kebutuhan Sinkronisasi <strong>dan</strong> Harmonisasi Peraturan Nasional Paska<br />
Ratifikasi<br />
Dalam upaya perlindungan <strong>dan</strong> penegakan Hak Asasi Manusia, Indonesia<br />
telah melakukan berbagai upaya bahkan sebelum a<strong>dan</strong>ya Statuta Roma 1998<br />
maupun Deklarasi Hak Asasi Manusia 1948. Para pendiri bangsa kita telah<br />
memikirkan <strong>dan</strong> menerapkannya dalam Pembukaan <strong>dan</strong> batang tubuh UUD<br />
1945. Seiring perkembangan jaman maka pengaturan mengenai perlindungan<br />
Hak Asasi Manusia semakin berkembang <strong>dan</strong> khusus, dimulai dari UUD 1945<br />
sampai yang terakhir adalah UU No.26 Tahun 2000. Berbagai pengaturan baik<br />
dari tingkat lokal maupun yang berasal dari konvensi – konvensi internasional<br />
telah diratifikasi <strong>dan</strong> berlaku menjadi hukum positif. Hal ini menunjukan<br />
kepedulian <strong>dan</strong> eksistensi Indonesia terhadap perlindungan HAM. Indonesia<br />
telah selangkah lebih maju diantara negara ASEAN lainnya dalam upaya ini. 97<br />
Sinkronisasi dilakukan secara vertikal <strong>dan</strong> horisontal. Secara vertikal dilakukan<br />
terhadap nilai-nilai hak asasi manusia universal dengan nilai-nilai hak asasi<br />
manusia lokal (nasional). Se<strong>dan</strong>gkan secara horisontal dilakukan terhadap<br />
perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan yang mempunyai derajat yang sama. 98<br />
Pembandingan ini dapat dilakukan melalui interpretasi hukum (penafsiran<br />
hukum). Interpretasi bertujuan untuk mempelajari arti yang sebenarnya <strong>dan</strong><br />
isi dari peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Dalam hukum Indonesia,<br />
dikenal beberapa bentuk interpretasi, diantaranya: 99<br />
97 Romli Atmasasmita, Op cit, hlm.61.<br />
98 Hassan Suryono, Implementasi <strong>dan</strong> Sinkronisasi Hak Asaasi Manusia Internasional <strong>dan</strong> Nasional, dalam Muladi<br />
(ed), Hak Asasi Manusia: Hakekat Konsep <strong>dan</strong> Implikasinya dalam Perspektif Hukum <strong>dan</strong> Masyarakat, Bandung: Reflika Aditama,<br />
2005, hlm.88.<br />
99 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, Suatu Pengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu<br />
Hukum, Buku I, Bandung: Alumni, 2000, hlm. 99-111, CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum <strong>dan</strong> Tata Hukum Indonesia, Jakarta:<br />
Balai Pustaka, 1989, hlm.66- 69.<br />
49