NASKAH AKADEMIS dan RANCANGAN UNDANG-UNDANG
NASKAH AKADEMIS dan RANCANGAN UNDANG-UNDANG
NASKAH AKADEMIS dan RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Koalisi Masyarakat Sipil untuk Mahkamah Pi<strong>dan</strong>a Internasional<br />
yang belum sesuai 105 diantaranya KUHP yang masih menganut ancaman<br />
hukuman mati pada terpi<strong>dan</strong>a, hal ini tidak dikenal dalam MPI. Disamping<br />
itu masalah mengenai kadaluwarsa yang masih dianut dalam KUHP,<br />
se<strong>dan</strong>gkan dalam kejahatan berat terhadap HAM yang diatur dalam MPI,<br />
tidak dikenal a<strong>dan</strong>ya kadaluwarsa.<br />
Perbedaan yang cukup besar terdapat dalam hukum acara. Dalam Statuta<br />
Roma semua unsur penegak hukum dalam sistem peradilan MPI bersifat<br />
independen, berdiri sendiri tanpa pengaruh pihak manapun, begitu juga<br />
dengan proses beracaranya yang berbeda dengan perkara pi<strong>dan</strong>a biasa.<br />
Sistem yang digunakan MPI merupakan gabungan hasil kesepakatan<br />
negara-negara bersistem Anglo-Saxon <strong>dan</strong> Eropa Kontinental. Se<strong>dan</strong>gkan<br />
dalam Pengadilan HAM kita yang diatur oleh Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g No.26<br />
Tahun 2000, hukum acara yang digunakan adalah sama dengan acara<br />
yang terdapat dalam KUHAP dengan sistem kita yang menganut Eropa<br />
Kontinental.<br />
Angin segar dibawa oleh RKUHP Tahun 2004 yang memasukkan jurisdiksi<br />
MPI (genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, <strong>dan</strong> kejahatan perang)<br />
menjadi bagian RKUHP. Pengaturan ini diantaranya terdapat dalam Buku<br />
Kedua tentang ‘Tindak Pi<strong>dan</strong>a’; Bab I tentang ‘Tindak Pi<strong>dan</strong>a terhadap<br />
Keamanan Negara’ paragarf 4 tentang ‘Tindak Pi<strong>dan</strong>a Waktu Perang’<br />
(pasal 233-237) serta Bab IX tentang ‘Tindak Pi<strong>dan</strong>a terhadap Hak Asasi<br />
Manusia’ (pasal 390 – 399). Di dalamnya berisi pengaturan dari segi materi<br />
tindak pi<strong>dan</strong>a beserta hukuman yang dapat dijatuhkan kepada para pelaku<br />
tindak pi<strong>dan</strong>a tersebut. Memang terdapat perbedaan berat hukuman<br />
dengan yang telah ditentukan oleh Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g No.26 Tahun 2000,<br />
tetapi hal ini dapat dipertimbangkan kembali. Namun yang menjadi hal<br />
penting dalam RKUHP ini bahwa bila RKHUP ini disahkan dengan segera<br />
artinya kita tidak perlu mengkhawatirkan kemungkinan buruk yang dapat<br />
timbul 106 dari peratifikasian Statuta Roma berkenaan dengan pengaturan<br />
jurisdiksi yang berbeda dengan Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g No.26 Tahun 2000 tentang<br />
Pengadilan HAM yang hanya memasukan genosida <strong>dan</strong> kejahatan terhadap<br />
kemanusiaan dalam jurisdiksinya.<br />
105 lihat selanjutnya dalam Bab 3, Implementasi Efektif Statuta Roma.<br />
106 kekhawatirkan diantaranya akan a<strong>dan</strong>ya intervensi internasional bilamana Indonesia meratifikasi ICC<br />
karena kejahatan perang tidak termasuk dalam jurisdiksi Un<strong>dan</strong>g Un<strong>dan</strong>g N0.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,<br />
se<strong>dan</strong>gkan konflik yang terjadi di Aceh tidak menutup kemungkinan a<strong>dan</strong>ya pelanggaran terhadap common article 3<br />
Konvensi Jenewa tahun 1949 yang juga diatur dalam Pasal 8 ayat 2 huruf c.<br />
53