Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahun 2007Bahan BacaanMateri : <strong>Hukum</strong> <strong>Humaniter</strong>pendudukan tersebut tidak menemuiperlawanan”. Dalam hal ini ketentuanmengenai perlindungan korban perangKonvensi Jenewa 1949 dengansendirinya berlaku.Di samping hal tersebut di atas, Pasal 2paragraf 3 Konvensi juga menyatakanbahwa “Meskipun salah satu dari negaranegaradalam sengketa mungkin bukanpeserta Konvensi ini, negara-negara yangmenjadi peserta Konvensi ini akan tetapsama terikat olehnya di dalam hubunganantara mereka. Mereka selanjutnya terikatoleh konvensi ini dalam hubungan denganbukan negara peserta, apabila negara yangtersebut kemudian ini menerima <strong>dan</strong>melaksanakan ketentuan-ketentuan konvensiini”. Ketentuan ini membuka peluangbagi suatu pihak dalam persengketaanyang belum menjadi peserta resmiKonvensi Jenewa untuk menerimaketentuan-ketentuan Konvensi denganjalan menyatakan menerima ketentuanketentuankonvensi, mematuhi <strong>dan</strong>melaksanakannya secara de facto.3. Sengketa Bersenjata yang TidakBersifat InternasionalSebelum lahirnya Konvensi Jenewa1949, tidak ada ketentuan-ketentuanyang mengatur mengenai perangsaudara atau pemberontakan. Barusetelah lahirnya Konvensi-KonvensiJenewa tahun 1949, maka mengenaisengketa bersenjata yang bersifat inidiatur. Namun demikian, apabila pihakpemberontak memperoleh statussebagai pihak yang berperang(belligerent), maka hubungan antarapemerintah de jure <strong>dan</strong> pihakpemberontak akan diatur oleh hukuminternasional khususnya yang mengenaiperang <strong>dan</strong> netralitas. Konsekuensi darihal ini adalah akan mengakibatkanberakhirnya status sifat intern (internalcharacter) dari konflik bersenjatatersebut. Hal ini disebabkan karenapengakuan atas status belligerenttersebut oleh pemerintah de jure ataupihak ketiga akan memperkuatkedudukan pihak belligerent, sehinggaapabila hal ini dilihat dari sudutpan<strong>dan</strong>g pemerintah de jure, makasecara politis tentunya akan merugikanpemerintah de jure. Oleh karena itu,pemerintah de jure akan selalu berusahauntuk menyangkal a<strong>dan</strong>ya status resmiapapun dari pihak pemberontak.Pasal 3 keempat Konvensi Jenewa 1949menyatakan “Dalam hal sengketabersenjata yang tidak bersifatinternasional yang berlangsung didalam wilayah salah satu Pihak Agungpenandatangan, tiap Pihak dalamsengketa itu akan diwajibkan untukmelaksanakan ketentuan-ketentuansebagai berikut :Orang-orang yang tidak mengambilbagian aktif dalam sengketa itu,termasuk anggota-anggota angkatanperang yang telah meletakkan senjatasenjatamereka serta mereka yang tidaklagi turut serta (hors de combat) karenasakit, luka-luka, penawanan atau sebablain apapun dalam keadaanbagaimanapun harus diperlakukandengan perikemanusiaan, tanpaperbedaan merugikan apapun jugayang didasarkan atas ras, warna kulit,agama atau kepercayaan, kelamin,keturunan atau kekayaan, atau setiapkriteria lainnya serupa itu.Untuk maksud ini, maka tindakantindakanberikut dilarang <strong>dan</strong> akantetap dilarang untuk dilakukanterhadap orang-orang tersebut di ataspada waktu <strong>dan</strong> di tempat apapunjuga :a. Tindakan kekerasan atas jiwa <strong>dan</strong>raga, terutama setiap macampembunuhan, penyekapan,perlakuan kejam <strong>dan</strong> penganiayaan;Lembaga Studi <strong>dan</strong> Advokasi Masyarakat, ELSAM 17
Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahun 2007Bahan BacaanMateri : <strong>Hukum</strong> <strong>Humaniter</strong>b. Penyanderaan;c. Perkosaan ataskehormatanpribadi,terutamaperlakuanyangmenghina <strong>dan</strong>merendahkanmartabat;d. Menghukum<strong>dan</strong>menjalankanhukuman matitanpadidahuluikeputusanyangdijatuhkanoleh suatu pengadilan yangdibentuk secara teratur, yangmemberikan segenap jaminanperadilan yang diakui sebagaikeharusan oleh bangsa-bangsaberadab.Namun demikian, walaupun sudah adaketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal3, harus pula diperhatikan bahwa :1. Dengan a<strong>dan</strong>ya Pasal 3 tidak dengansendirinya seluruh konvensi berlakudalam sengketa senjata yang bersifatintern, melainkan hanya asas-asaspokok yang tersebut dalam Pasal 3.2. Pasal 3 tidak mengurangi hakpemerintah de jure untuk bertindakterhadap orang-orang yang melakukanpemberontakan bersenjata, menurutun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g atau hukumnasionalnya sendiri. Pasal ini sematamatabermaksud memberikan jaminanperlakuan korban sengketa bersenjatainternal, berdasarkan asas-asasperikemanusiaan.bahwa yang luka <strong>dan</strong>sakitharusdikumpulkan <strong>dan</strong>dirawat.Sebuah ba<strong>dan</strong>humaniter tidakberpihak, sepertiKomite Palang MerahInternasional dapatmenawarkan jasa-kepada pihak-jasanyapihak dalam sengketa.Pihak-pihak dalamsengketaselanjutnyaharus berusaha untukmelaksanakan denganjalan persetujuanpersetujuankhusus, semua atau sebagiandari ketentuan lainnya dari konvensi ini.Pelaksanaan ketentuan-ketentuan tersebutdi atas, tidak akan mempengaruhikedudukan hukum pihak-pihak dalamsengketa.Pasal 3 mengharuskan pihak-pihakpenandatangan untuk memperlakukankorban sengketa bersenjata internalmenurut prinsip-prinsip yang diaturdalam Pasal 3 ayat 1. Selain itu, Pasal 3Konvensi-Konvensi Jenewa 1949memberikan jaminan perlakuanmenurut asas-asas perikemanusiaan,terlepas dari status apakah sebagaipemberontak atau sifat dari sengketabersenjata itu sendiri.Dalam Pasal 3 keempat Konvensi tahun1949 ini terdapat semua pokok utamaperlakuan korban perang menurutKonvensi-konvensi 1949, sehingga pasalini dinamakan juga Konvensi Kecil(Convention in Miniature).Selanjutnya Pasal 3 ayat 2 KonvensikonvensiJenewa 1949 menyatakanKetentuan yang menyatakan bahwa Pihakpihakdalam sengketa selanjutnya harusberusaha untuk melaksanakan dengan jalanpersetujuan-persetujuankhusus,menunjukkan bahwa dalam peristiwaterjadinya sengketa dalam negara tidakdengan sendirinya seluruh konvensi berlaku,melainkan hanya ketentuan yang terdapatdalam Pasal 3 ayat 1.Selanjutnya, kalimat diadakannyaperjanjian-perjanjian demikian antarapemerintah de jure <strong>dan</strong> kaum pemberontaktidak akan mempengaruhi kedudukan hukumpihak-pihak dalam pertikaian, yang berartibahwa maksud dari Pasal 3 adalah sematamatadidorong cita-cita perikemanusiaan<strong>dan</strong> tidak dimaksudkan untuk mencampuriurusan dalam negeri suatu negara.Lembaga Studi <strong>dan</strong> Advokasi Masyarakat, ELSAM 18
- Page 1 and 2: Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk
- Page 3 and 4: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 5 and 6: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 7 and 8: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 9 and 10: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 11 and 12: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 13 and 14: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 15 and 16: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 17: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 21 and 22: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 23 and 24: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 25 and 26: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 27 and 28: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu
- Page 29: Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahu