11.07.2015 Views

Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia - Elsam

Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia - Elsam

Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kursus HAM untuk Pengacara XI, Tahun 2007Bahan BacaanMateri : <strong>Hukum</strong> <strong>Humaniter</strong>ooooopenduduk sipil <strong>dan</strong> orang-orangsipil;obyek-obyek yang sangat pentingbagi kelangsungan hidup penduduksipil;benda-benda budaya <strong>dan</strong> tempatreligius;bangunan <strong>dan</strong> instalasi berbahaya;lingkungan alam.b. Memperluas : perlindungan yangsebelumnya telah diatur dalamKonvensi Jenewa kepada semuapersonil medis, unit-unit <strong>dan</strong> alattransportasi medis, baik yang berasaldari organisasi sipil maupun militer.c. Menentukan : kewajiban bagi PihakPeserta Agung untuk mencari orangorangyang hilang (missing persons).d. Menegaskan : ketentuan-ketentuanmengenai suplai bantuan militer (reliefsupplies) yang ditujukan kepadapenduduk sipil.e. Memberikan : perlindungan terhadapkegiatan-kegiatan organisasi pertahanansipil.f. Mengkhususkan : a<strong>dan</strong>ya tindakantindakanyang harus dilakukan olehnegara-negara untuk memfasilitasiimplementasi hukum humaniter.Pelanggaran-pelanggaran terhadapketentuan sub (a) tersebut di atas, dianggapsebagai pelanggaran berat hukumhumaniter <strong>dan</strong> dikategorikan sebagaikejahatan perang (wars crimes).7.3.1.1. Protokol Tambahan I <strong>dan</strong> KonflikBersenjata InternasionalPasal 1 ayat (3) Protokol Tambahan I tahun1977 menyatakan bahwa Protokol iniberlaku dalam situasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 Konvensi Jenewa1949. Pasal 2 ketentuan yang bersamaan(common articles) dari Konvensi Jenewa 1949menetapkan bahwa Konvensi ini berlakudalam hal :1. Perang yang diumumkan;2. Pertikaian bersenjata, sekalipunkeadaan perang tidak diakui;3. Pendudukan, sekalipun pendudukantersebut tidak menemui perlawanan.Konflik bersenjata sebagaimana dijelaskandalam Pasal 2 ini dapat terjadi antara duaatau lebih Pihak Peserta Agung atau antaraPihak Peserta Agung dengan bukan PihakPeserta Agung, dengan ketentuan pihaktersebut berbentuk Negara. Istilah Negarajuga digunakan pada waktu menjelaskanmengenai konflik bersenjata dimanakeadaan perang tidak diakui. Se<strong>dan</strong>gkanmengenai situasi pendudukan adalahpendudukan terhadap suatu wilayah yangdilakukan oleh negara. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa konflik bersenjatasebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2Konvensi Jenewa adalah konflik yangbersifat internasional yang terjadi antarnegara.Selain berlaku dalam konflik bersenjatainternasional, Protokol I 1977 juga berlakudalam situasi-situasi sebagaimana diaturdalam Pasal 1 ayat (4) yang menyatakanbahwa Protokol I juga berlaku dalamkeadaan konflik bersenjata antara suatubangsa melawan colonial domination, alienoccupation <strong>dan</strong> racist regime, dalam rangkauntuk melakukan hak menentukan nasibsendiri.7.3.2. Protokol Tambahan IILatar belakang pembentukan ProtokolTambahan II adalah karena setelah perangdunia II konflik-konflik yang terjadikebanyakan adalah konflik yang bersifatnon-internasional. Konflik bersenjata noninternasionaldiatur dalam Pasal 3ketentuan yang bersamaan (common articles)Konvensi Jenewa 1949. Namun, karenadirasakan belum cukup memadai untukmenyelesaikanmasalah-masalahkemanusiaan yang serius akibat terjadinyaLembaga Studi <strong>dan</strong> Advokasi Masyarakat, ELSAM 24

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!