12.07.2015 Views

Pembangunan Provinsi Gorontalo - UNDP

Pembangunan Provinsi Gorontalo - UNDP

Pembangunan Provinsi Gorontalo - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Ketahanan pangan pada level rumah tangga meyangkut keterjangkauan. Semakin banyak rumah tanggamengkonsumsi kebutuhan non pangan maka semakin besar kemungkinan rumah tangga tersebut sudahterbebas dalam masalah pangan. Seperti dapat dilihat pada Gambar 5.12, semakin rendah pendapatanpenduduk (miskin) maka semakin besar pengeluarannya untuk makan. Untuk kuintil pertama, sebagianbesar pengeluaran rumah tangga (73 persen) digunakan untuk makan. Kondisi ini juga terjadi pada pendudukdengan kuintil kedua. Dengan melihat pola pengeluaran tersebut maka penduduk yang berada pada kuintil1 dan kuintil 2 akan sangat rentan terhadap kenaikan harga pangan. Hal ini terjadi sejak kenaikan hargaBBM beberapa waktu yang lalu yang mengakibatkan kenaikan harga pada produk-produk makanan.Peran sektor pertanian yang dominan dalam perekonomian <strong>Gorontalo</strong> tersebut di atas bermuara padakesimpulan akan pentingnya pembangunan sektor pertanian dalam kurun waktu lima tahun bahkan sepuluhtahun ke depan. Namun tantangan yang dihadapi sungguh sangat besar. Salah satu diantaranya yangterpenting adalah keterbatasan sumber daya alam, baik lahan maupun sumber daya air.Kondisi lahan di <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong> didominasi oleh hamparan lahan dengan kemiringan lereng lebih dari> 40 persen (69,7 persen dari seluruh areal provinsi), disusul oleh kelas lereng datar (0 sampai 2 persen) dankelas-kelas lereng lainnya. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 837/ Kpts/ UM/ 980, yang menyaratkanbahwa lahan dengan lereng > 40 persen harus menjadi kawasan lindung, maka 833.399 ha (69,7 persen)dari lahan di <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong> tidak boleh dibudidayakan karena akan menimbulkan erosi (UGM, 2007).Meskipun pada prateknya kemiringan lereng lebih > 40 persen tetap dibudidayakan.Studi yang dilakukan UGM (2007) juga menunjukkan bahwa kondisi lahan di hampir seluruh wilayah provinsi<strong>Gorontalo</strong> memiliki potensi daya dukung yang rendah dan rendah sekali. Dari 40 kecamatan yang disurveiterdapat 32 kecamatan memiliki Indeks Potensi Lahan yang masuk dalam kategori rendah. Indeks PotensiLahan (IPL) hasil kajian Tim Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (1994) merupakan sidik cepat untukidentifikasi potensi wilayah melalui penilaian terhadap komponen-komponen penentu atau karakteristikfisik lahan. Suatu wilayah dikategorikan ke dalam kelas miskin atau sangat miskin secara fisik apabilakomponen-komponen pendukungnya sudah tidak layak untuk mendukung kesuburan wilayah tersebutsecara berkelanjutan, termasuk pertimbangan adanya kerawanan bencana.84Luas areal <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong> sebesar adalah 12.215,44 5 km 2 atau 1.221.544 ha pada tahun 2006. Adapunrinciannya adalah sebagai berikut: areal perkebunan, tegalan/ kebun, lahan yang sementara tidak diusahakan,dan penggunaan lain-lain, masing-masing memiliki komposisi seluas 9 persen dari seluruh areal non sawah.Lahan yang sementara tidak diusahakan ternyata sangat luas yaitu 107 ribu hektar atau 9 persen.Areal terlantar yang dicerminkan oleh lahan yang sementara tidak diusahakan tersebut mengindikasikanlemahnya investasi pada sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh pengusaha perkebunan yang awalnyaingin berinvestasi ternyata tidak merealisasikan investainya sehingga lahan yang sudah dicadangkan5 <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong> Dalam Angka, BPS <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong>, 2007<strong>Pembangunan</strong> <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong>:Perencanaan denganIndeks <strong>Pembangunan</strong> Manusia

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!