12.07.2015 Views

Pembangunan Provinsi Gorontalo - UNDP

Pembangunan Provinsi Gorontalo - UNDP

Pembangunan Provinsi Gorontalo - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

RINGKASANLaporan <strong>Pembangunan</strong> <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong>: Perencanaan denganIndeks <strong>Pembangunan</strong> ManusiaKonsep dan Pengukuran <strong>Pembangunan</strong> Manusia. <strong>Pembangunan</strong> manusia bukanlah pembangunan berdimensitunggal, karena manusia itu sendiri adalah entitas yang kompleks. <strong>Pembangunan</strong> manusia adalah pembangunanyang mengaitkan dimensi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan sekaligus, dengan prasyarat pembangunanlingkungan eksternal: lingkungan hidup, lingkungan sosial, dan lingkungan global yang mumpuni. Kinerjapembangunan manusia dalam dimensi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dapat ditangkap melalui Indeks<strong>Pembangunan</strong> Manusia (IPM). Indeks ini adalah agregasi angka harapan hidup, angka melek huruf dan lamasekolah, serta tingkat pendapatan per kapita. Tantangan mendasar untuk perbaikan indeks ini terletak padakemampuan untuk memperbaiki mutu pembangunan di sektor-sektor penopang IPM dan sektor-sektor yangberkaitan dengan itu.<strong>Pembangunan</strong> Manusia <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong>. Mutu pembangunan manusia masih menjadi isu penting dalamagenda pembangunan pemerintah pusat dan daerah. <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong>, meski mencatat kemajuan di sanasini,juga masih menghadapi banyak tantangan persoalan pembangunan manusia. Secara umum, capaianpembangunan manusia <strong>Gorontalo</strong> berada di belakang capaian provinsi lain. Beberapa persoalan pembangunanmanusia yang dihadapi <strong>Gorontalo</strong> ialah rendahnya angka partisipasi sekolah, tingginya angka kematian bayidan gizi buruk, serta kecilnya pendapatan per kapita. Kendati terjadi perbaikan posisi dibandingkan masasebelumnya, <strong>Gorontalo</strong> kini masih berada di posisi ke-24 dari 33 provinsi Indonesia dalam capaian IPM, atauposisi ketujuh dari 11 provinsi di Indonesia Timur.Perbandingan antarprovinsi menempatkan <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong> dalam kelompok bawah dalam status capaianIPM. Ini agak berbeda dengan jika kabupaten-kota di <strong>Gorontalo</strong> dibandingkan dengan kabupaten-kota lain diIndonesia. Lima kabupaten-kota di <strong>Gorontalo</strong>: Kota <strong>Gorontalo</strong> (posisi ke-150), Bone Bolango (266), Pahuwato(318), dan Boalemo (363) menduduki posisi menengah-atas di antara 456 kabupaten-kota di Indonesia. Ditingkat kecamatan, sebagian besar kecamatan berada dalam status menengah atas, hanya 25 persen kecamatanyang berada dalam status menengah-bawah. Indeks terendah berada di kecamatan Patilanggio (IPM 0,58),tertinggi di Kota Utara (0,73).Pendidikan dan Literasi. Sektor pendidikan masih menghadapi tantangan yang amat serius. Angka rata-ratalama sekolah tidak hanya rendah dibandingkan dengan angka rata-rata nasional ataupun angka provinsi lain,tetapi juga tidak meningkat dalam empat tahun periode analisis. Selain itu, ketimpangan dalam capaian angkarata-rata lama sekolah antarkabupaten masih terjadi, sebagaimana juga dalam capaian antarkecamatan.Ketimpangan juga terlihat dalam demografi pendidikan. Bagian terbesar penduduk <strong>Gorontalo</strong> baru mampumenyelesaikan pendidikan tingkat rendah yaitu SD atau kurang dan hanya sebagian kecil penduduk mampuberpendidikan menengah dan tinggi. Walaupun begitu, capaian rendah ini cukup mampu untuk menolong<strong>Gorontalo</strong> mencapai tingkat literasi yang tinggi. Dibandingkan dengan rata-rata tingkat literasi nasional, tingkatliterasi <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong> masih lebih baik.Disparitas angka partisipasi sekolah membesar sejalan dengan menaiknya jenjang pendidikan. Pada pendidikanrendah. Dua penjelasnya dapat ditelusuri, yakni rendahnya efisiensi internal di jenjang sekolah dasar danrendahnya kontinuitas pendidikan ke jenjang berikutnya. Tingginya siswa pengulang dan putus sekolahmenjelaskan hal pertama, sedangkan ketidakterjangkauan lokasi sejalan minimnya transportasi publik, kerusakaninfrastuktur, dan keterbatasan daya tampung sekolah menjelaskan hal kedua. Tidak kalah penting di sini adalahbiaya pendidikan yang meningkat sejalan tingginya jenjang pendidikan.xiiiKelompok miskin relatif memiliki akses pada jenjang pendidikan rendah, tetapi masih bermasalah pada jenjangpendidikan yang lebih tinggi. Akses ini bervariasi antar kabupaten-kota dan bervariasi antar jenjang pendidikan.Makin tinggi jenjang pendidikan, makin besar variasi akses kelompok miskin antara satu kabupaten-kota denganlainnya. Namun demikian. keadaan ini tidak terjadi dalam tingkat partisipasi sekolah menurut gender. Di tingkatkabupaten-kota tidak ada perbedaan partisipasi pendidikan yang cukup berarti antara anak lelaki dan perempuan,sama halnya seperti tingkat melek huruf.Bagian tertentu dalam masyarakat belum menyadari pentingnya pendidikan dan menganggap pendidikanadalah urusan pemerintah. Dampak riil pendidikan pada perbaikan kesejahteraan yang tidak segera terlihatmenjelaskan mengapa kesadaran akan pendidikan cenderung rendah di bagian tertentu dalam masyarakat.Kelompok masyarakat ini adalah mereka yang hidup di pedesaan dan yang hidup dari peladangan berpindah.<strong>Pembangunan</strong> <strong>Provinsi</strong> <strong>Gorontalo</strong>:Perencanaan denganIndeks <strong>Pembangunan</strong> Manusia

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!