12.07.2015 Views

BAB IV - Direktorat Jenderal KPI

BAB IV - Direktorat Jenderal KPI

BAB IV - Direktorat Jenderal KPI

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sumber: Dokumen SKA (<strong>Direktorat</strong> Ekspor, Deperindag), diolah oleh AEKI (1999)Pada tahun 1996, negara-negara anggota ACPC diminta melakukanpenahanan sebagian ekspor kopi (export retention) sebesar persentase tertentuterhadap total jatah ekspor kopi. Besarnya retwensi adalah 10 persen jika hargabaik dan 20 persen jika harga kurang baik. Namun Indonesia menolak retensi itukarena akan meningkatkan beban biaya penyimpanan dan biaya-biaya terkaitlainnya yang sangat besar.Kebijaksanaan Tarif ImporTarif impor kopi yang dikenakan oleh pemerintah Indonesia terhadapimpor kopi selama 1969-1998 mengalami perubahan (Tabel 4.3). Selama 1969-1973, tarif impor adalah 50 persen, kemudian meningkat menjadi 70 persenselama 1974-1980. Sesudah itu, tarif diturunkan kagi menjadi 30 persen yangberlangsung cukup lama (14 tahun), yaitu selama 1981-1994. Selama dua tahunberikutnya (1995-1996), tarif diturunkan lagi menjadi 25 persen, laku turun lagimenjadi 20 persen pada tahun 1997 dan akhirnya menjadi 5 persen pada tahun1998 sampai sekarang.Volume dan Nilai EksporVolume ekspor kopi Indonesia selama 1996-2001 berfluktuasi dengankecenderungan menurun rata-rata 6,21% per tahun (Tabel 4.4). Penurunanvolume ekspor terbesar terjadi pad atahun 2001. Diperkirakan, ini disebabkanoleh dampak negatif dari peristiwa runtuhnya gedung WTC di Amerika Serikatyang merupakan pusat perdagangan dunia. Hal itu menyebabkan melesunyaekonomi dunia yang menyebabkan turunnya permintaan dunia terhadapkomoditas kopi. Nilai ekspornya malahan menurun lebih cepat dibanding volumeekspornya, yaitu rata-rata 18,75% per tahun. Ini menunjukkan terjadinya hargakopi di pasar dunia.Komposisi Ekspor Menurut Jenis ProdukDari Tabel 4.4 juga terlihat bahwa ekspor kopi Indonesia terdiri dari tigaproduk utama, yaitu: (1) coffee not roasted not decaffeinated, robusta oib; (2)coffee not roasted not decaffeinated, arabica, wib; dan (3) other coffee notroasted not defaeinated. Tampak bahwa ekspor kopi Indonesia sangatdidominasi oleh jenis robusta dan dalam bentuk kopi biji kering yang belum dioven (roasted) dengan pangsa rata-rata 90% selama 1996-2001. Dominasiproduk ekspor demikian menyebabkan harga ekspor tetap rendah.Tabel 4.3. Perkembangan tarif impor kopi, 1969-1999Tahun Tarif (%) Tahun Tarif (%)196919701971505050198619871988303030

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!