12.07.2015 Views

BAB IV - Direktorat Jenderal KPI

BAB IV - Direktorat Jenderal KPI

BAB IV - Direktorat Jenderal KPI

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Di Sumatera Selatan, telah berhasil direalisasi pola PRPTE lada seluas2.500 ha meliputi 2.228 KK. Selanjutnya, di Kalimantan Barat telah direalisirPRPTE seluas 156,5 ha meliputi 209 KK. Program RCP pernah diterapkan diKabupaten Belitung pada tahun 1981/1982. Pada dasranya pola RCP ini hampirsama dengan PRPTE yaitu memberikan krdeit investasi secara lengkap, namunberbeda dalam sumber dana, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh pihakperbankan. Program KMKP hampir sama dengan RCP, namun lebih ditujukanuntuk melayani kredit bagi petani lada berskala luas.Dalam pelaksanaannya, paket investasi lada baik PRPTE, RCP, maupunKMKP, kurang berjalan mulus. Hal ini terlihat dari tingginya jumlah kredit macetyang berkisar 62-83% dari total kredit yang disalurkan. Salah satu kelemahandari ketiga pola ini adalah karena merupakan pola kredit investasi yangjumlahnya cukup besar, di mana resiko gangguan cash-flow bagi petani akibatturunnya harga lada sangat tinggi. Bila harga lada turun 20% dari hargaperkiraan, maka akan menghasilkan cash-flow negatif. Di lain pihak, dari analisisperkembangan harga bulanan lada, diketahui koefisien variasi harga ladamencapai 60%. Oleh karena itu, risiko kemacetan kredit investasi paket lengkapakan tinggi apabila produk yang dihasilkan hanya berupa lada asalan yangharganya sangat berfluktuasi.Beberapa faktor lainnya yang merupakan kelemahan PRPTE lada antaralain adalah kurangnya koordinasi antar instansi terkait, persyaratan areal minimal(satu hektar) yang terlalu luas, lemahnya seleksi petani, lemahnya manajemenproyek, lemahnya sistem pemasaran, pengawasan, dan penagihan kredit sertakurangnya komunikasi antar petugas dengan para petani. Kurnagnya koordinasiantar instansi terkait antara lain terlihat dari kesalahan perhitungan dalammemperkirakan umur ekonomis tanaman lada. Kesalahan penetapan umurekonomis dan jangka waktu pengembalian kredit akhirnya menimbulkankemacetan kredit. Program kredit investasi sebetulnya masih sangat dibutuhkanpara petani. Risiko kemacetan kredit melalui program ini masih mungkindiperkecil apabila menggunakan pola kemitraan dengan syarat produk lada yangdihasilkan bermutu tinggi sehingga fluktuasi harga dapat ditekan hinggaseminimal mungkin.Untuk meningkatkan intensifikasi lada, program PIL antara lain pernahdilaksanakan di Kalimantan Barat. Program ini bertujuan untuk membantu petanidalam pengadaan sarana produksi untuk pemeliharaan tanaman lada, agarproduktivitas kebun dan mutu hasil lada dapat meningkat yang selanjutnya akanmeningkatkan pendapatan petani. Pola PIL telah dilaksanakan pada tahunanggaran 1978/1979 sampai dengan 1981/1982. Pada pola ini para petani ladayang memenuhi syarat sebagai peserta mendapat bantuan paket kredit berupapupuk, obat-obatan, dan biaya hidup yang jumlahnya ditentukan atas dasarrekomendasi dari Dinas Perkebunan setempat. Program ini dapat dikatakanmengalami kegagalan bila dilihat dari banyaknya tunggakan kredit yangmencapai 51%. Peluang keberhasilan PIL sebenarnya cukup besar, bila nilai

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!