2001. Secara rata-rata, luas kopi nasional menurun 0,52% per tahun selama1996-2001. Total produksi kopi nasional menurun pada tahun 1997, lalumeningkat cepat tahun 1998 dan meningkat lagi pada tahun 1999, lalu sedikitmenurun dan kembali meningkat pada tahun 2001. Secara rata-rata, produksikopi nasional meningkat 3,55% per tahun selama 1996-2001.Tabel 4.6. Perkembangan luas dan produksi kopi di Indonesia, 1996-2001Uraian 1996 1997 1998 1999 2000 2001 RataanLuas:PR:- Ha-Trend (%)PBN:-Ha-Trend (%)PBS:- Ha-Trend (%)Total:-Ha-Trend (%)Produksi:PR:- Ton-Trend (%)PBN:-Ton-Trend (%)PBS:- Ton-Trend (%)Total:-Ton-Trend (%)110361524169312951159079435757131841026546920611051140,143223233,36326824,4311700280,94396155-9,092105059,66112139,24428418-6,701068064-3,353913921,434616641,261153369-1,4246967118,562575922,371902169,6351445120,081059245-0,83393160,4528716-37,801127277-2,264939405,17262081,7411539-39,345316873,3510603960,1139303-0,0326771-6,771126470-0,07478038-3,2226114-0,36117762,05515928-2,9610531720,26293210,0526641-0,4911291340,244981834,21253410,87118951,015254193,971076601-0,733558011,05320450,131144226-0,524619573,132310916,86126188,52497684,83,55Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia – Kopi 1999-2001 (Ditjen ProduksiPerkebunan, 2001), diolah4.1.3. Aspek Sosial Ekonomi KopiPola PengembanganAda dua jenis kopi yang ditanam di Indonesia, yaitu kopi Robusta dan kopiArabika. Namun kopi Robusta sangat mendominasi dengan pangsa luas areal90,5%. Untuk kopi Robusta, dan ada tiga jenis manajemen, yaitu PerkebunanRakyat, Perkebunan Besar Pemerintah (PTP) dan Perkebunan Besar SwastaNasional (PBSN). Untuk kopi Robusta, pemerintah menempuh lima polapengembangan perkebunan rakyat, yaitu: (1) Peremajaan, Rehabilitasi danPerluasan Tanaman Ekspor (PRPTE), (2) Unit Pelaksana Proyek (UPP)
Berbantuan, (3) Partial, (4) Swadaya Berbantuan, dan (5) Swadaya Murni. UntukPTP, hanya terdapat kebun non-inti, sedangkan untuk PBSN hanya ada kebunnon-program.Untuk jenis kopi Arabika juga ada tiga jenis manajemen, yaitu duapola pengembangan, yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Pemerintah(PBN) dan Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN). Untuk perkebunanrakyat, pemerintah hanya menempuh dua pola pengembangan, yaitu: (1)Swadaya Berbantuan dan (2) Swadaya Murni. Untuk PBN, hanya terdapat kebunnon-inti, sedangkan untuk PBSN hanya ada perkebunan kopi non-program.Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.7, total areal kopi Robusta diIndonesia mencapai 971.262 hektar dengan total produksi 449.868 ton padatahun 1999. Perkebunan rakyat sangat mendominasi kopi ejenis ini denganpangsa luas areal danproduksi masing-masing 95,16% dan 94,76%. Dalamperkebunan rayat sendiri, areal terluas dan produksi terbesar ditempuh oleh kopiswadaya murni, yang masing-masing mencapai 89,27% dan 90,87% dan daritotal areal dan produksi kopi Robusta di Indonesia. Areal PTP dan PBS masingmasianghanya mempunyai pangsa 2,47% dan 2,37% dengan pangsa produksi3,11% dan 2,13%.Sebagian besar areal kopi Robusta termasuk ke dalam kategori TM(Tanaman Menghasilkan) yang mencapai 65,66% untuk perkebunan rakyat,99,22% untuk PTP dan 42,36% untuk PBS. Areal TBM (Tanaman BelumMenghasilkan) pada kopi Arabika mempunyai pangsa cukup luas padaperkebunan rakyat dan PBS, yaitu masing-masing 28,23% dan 36,24%,sedangkan pada PTP hanya 0,78%. Ini menunjukkan adanya peremajaan tauareal baru yang cukup luas pada perkebunan rakyat dan PBS, tetapi tidak padaPTP. Produktivitas rata-rata per hektar per tahun yang dicapai adalah 642 kguntuk perkebunan rakyat, 820 kg untuk PTP dan 748 kg untuk PBS atau 678 kgsecara keseluruhan. Tampak bahwa produktivitas kopi PTP adalah yangtertinggi, saedangkan perkebunan rakyat yang paling rendah.Jumlah petani perkebunan rakyat kopi Arabika adalah 131.039 KK denganluas areal rata-rata 0,671 hektar per KK. Sebagian besar petani adalah petaniswadaya murni (non peserta proyek) yang mencapai 127.317 KK yangmerupakan 97,16%, sedangkan sisanya adalah petani peserta proyek. Luasareal dan produksi kopi swadaya murni masing-masing mencapai 99,46% dan99,83% dari total areal dan produksi kopi Arabika perkebunan rakyat.KreditPemerintah memberikan bantuan kredit dalam pengembangan kopirakyat. Namun kredit untuk usahatani kopi sudah lama tidak ada. Apalagi sejakterjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, pemerintah tidak lagimemberikan kredit kepada petani kopi. Oleh karena itu, petani lebihmengandalkan kemampuannya sendiri untuk melakukan peremajaan, rehabilitasiatau perluasan tanaman kopinya.
- Page 1 and 2: PENINGKATAN NILAI TAMBAHKOMODITAS I
- Page 3 and 4: Tujuan dari penelitian dan pembuata
- Page 5 and 6: 2.3. Indikasi geografis di tataran
- Page 7 and 8: lain dari barang tersebut adalah di
- Page 10 and 11: Hak yang diberikan oleh Uni Eropa a
- Page 12 and 13: telah menjadi nama generik yang leb
- Page 14 and 15: yang telah mendapatkan reputasi nas
- Page 16 and 17: Kopi lain yang cukup dikenal adalah
- Page 18 and 19: masing-masing mencapai 218.8 juta U
- Page 20 and 21: Sumber: Dokumen SKA (Direktorat Eks
- Page 22 and 23: Brazil, Colombia, dan lain-lain. Da
- Page 26 and 27: Tabel 4.7. Luas areal dan produksi
- Page 28 and 29: Khusus untuk provinsi Sumatera Utar
- Page 30 and 31: 3 2003 1,636 5,667 743 8,046 3,852.
- Page 32 and 33: Bangli dan hampir 99 persen menyedi
- Page 34 and 35: AlgeriaPerancisSpanyolArgentinaRep.
- Page 36 and 37: 2001 228.302 195.137 913.208Rataan
- Page 38 and 39: - Hasil dijual bebas ke pedagang at
- Page 40 and 41: Pada tahun 2003, aktivitas FTK Temb
- Page 42 and 43: pembenihan, penanaman, pemanenan, d
- Page 44 and 45: 114,7 juta. Dari lad ahitam juga ad
- Page 46 and 47: sembilan negara penghasil yang terg
- Page 48 and 49: Tahun Tanaman BelumMenghasilkanTana
- Page 50 and 51: Di Sumatera Selatan, telah berhasil
- Page 52 and 53: persatuan dan kesatuan yang mendala
- Page 54 and 55: penepung yang digunakan dalam prose
- Page 56: BAB VI.KESIMPULANDalam Studi pustak