30.06.2016 Views

Penghidupan Perempuan Miskin dan Akses Mereka terhadap Pelayanan Umum

297mj3Q

297mj3Q

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

keterangan tidak mampu (SKTM) untuk mendapatkan program/bantuan pendidikan <strong>dan</strong><br />

kesehatan. Pada dasarnya, Program Raskin, BLSM, <strong>dan</strong> BSM memiliki kriteria sasaran yang sama,<br />

yaitu keluarga penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Namun, hanya 10,67% keluarga yang<br />

menerima Raskin, BLSM, <strong>dan</strong> BSM sekaligus. Selain itu, berdasarkan ketentuan kriteria sasaran,<br />

keluarga penerima PKH seharusnya menerima empat program perlindungan sosial lainnya dari<br />

Pemerintah Pusat, yakni Raskin, BLSM, BSM, <strong>dan</strong> JKN. Kenyataannya, hanya 1,78% keluarga<br />

penerima PKH yang juga menerima 4 program perlindungan sosial tersebut.<br />

Karakteristik Kepala Keluarga <strong>Miskin</strong><br />

Jumlah keluarga yang dikepalai laki‐laki (KKL) dalam studi ini lebih banyak daripada jumlah keluarga<br />

yang dikepalai perempuan (KKP). Sebagian besar kepala keluarga sudah menikah <strong>dan</strong> berusia 17–59<br />

tahun. Usia kepala keluarga laki‐laki cenderung lebih muda daripada kepala keluarga perempuan,<br />

dengan sebagian besar status pernikahan kepala keluarga laki‐laki menikah <strong>dan</strong> status pernikahan<br />

kepala keluarga perempuan cerai. Dalam studi ini, terdapat 80% kepala keluarga perempuan yang<br />

berstatus cerai, baik cerai hidup maupun cerai mati. Hal ini mengindikasikan bahwa perceraian<br />

merupakan penyebab utama perempuan menjadi kepala keluarga.<br />

Semua kepala keluarga berada di kelompok usia kerja, tetapi tidak semuanya bekerja. <strong>Umum</strong>nya,<br />

kepala keluarga bekerja sebagai buruh atau pekerja bebas, <strong>dan</strong> sebagian besar kepala keluarga<br />

bekerja di sektor pertanian. Setelah pertanian, sektor pekerjaan yang banyak dipilih kepala<br />

keluarga laki‐laki adalah bangunan <strong>dan</strong> jasa, se<strong>dan</strong>gkan kepala keluarga perempuan memilih<br />

sektor jasa <strong>dan</strong> perdagangan.<br />

Dari segi pendidikan, banyak kepala keluarga tidak memiliki ijazah, meskipun memiliki<br />

kemampuan baca‐tulis, dengan tingkat melek huruf pada kepala keluarga laki‐laki lebih tinggi<br />

daripada kepala keluarga perempuan. Dari 19% kepala keluarga miskin yang tidak pernah<br />

menempuh pendidikan formal, sekitar 63% di antaranya adalah perempuan. Selain itu, hampir<br />

40% kepala keluarga miskin tidak memiliki ijazah, <strong>dan</strong> 38% di antaranya adalah perempuan.<br />

Karakteristik Anggota Keluarga <strong>Miskin</strong><br />

Secara umum, tingkat pendidikan anggota keluarga perempuan cenderung lebih rendah daripada<br />

laki‐laki, baik berdasarkan kepemilikan ijazah maupun tingkat melek huruf. Dari segi pekerjaan,<br />

sebagian besar anggota keluarga bekerja di sektor pertanian; walaupun anggota keluarga laki‐laki<br />

<strong>dan</strong> perempuan sama‐sama bekerja, kegiatan mengurus rumah tangga lebih banyak dilakukan<br />

anggota keluarga perempuan. Banyaknya anggota keluarga miskin yang bekerja di sektor<br />

pertanian dipengaruhi oleh ketersediaan <strong>dan</strong> pola pemanfaatan sumber daya alam yang<br />

mayoritas bercirikan pertanian atau perkebunan. Berdasarkan jenis kelamin, sektor pekerjaan lain<br />

yang didominasi laki‐laki adalah bangunan, angkutan, <strong>dan</strong> pertambangan/galian; se<strong>dan</strong>gkan<br />

perempuan lebih banyak bekerja di sektor jasa, perdagangan, <strong>dan</strong> industri pengolahan.<br />

Menurut status pernikahan, sebagian besar anggota keluarga menikah secara agama <strong>dan</strong> disahkan<br />

oleh negara (memiliki akta/buku nikah). Namun, masih ada yang hanya menikah secara agama<br />

(belum memiliki akta/buku nikah), <strong>dan</strong> ada juga yang hidup bersama tanpa ikatan pernikahan.<br />

Sementara dari segi kepemilikan dokumen, belum semua anggota keluarga miskin memiliki<br />

dokumen pribadi berupa KTP, akta nikah atau buku nikah, kartu keluarga, <strong>dan</strong> akta kelahiran.<br />

Alasan utama rendahnya tingkat kepemilikan akta kelahiran adalah kendala biaya <strong>dan</strong><br />

ketidaklengkapan dokumen pendukung, khususnya akta nikah orang tua. Dalam studi ini, tidak<br />

a<strong>dan</strong>ya akta nikah–selain disebabkan oleh pernikahan dini–juga disebabkan oleh status<br />

pernikahan orang tua yang belum sah secara negara.<br />

x<br />

The SMERU Research Institute

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!