30.06.2016 Views

Penghidupan Perempuan Miskin dan Akses Mereka terhadap Pelayanan Umum

297mj3Q

297mj3Q

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

6.2.3 Pekerja Anak<br />

Berdasarkan survei di wilayah studi, ditemukan a<strong>dan</strong>ya perempuan pekerja anak–yakni<br />

perempuan yang masih termasuk dalam usia anak, tetapi sudah bekerja 26 –yang berasal dari<br />

keluarga miskin. Data survei menunjukkan bahwa usia perempuan pekerja anak yang termuda<br />

adalah enam tahun. Jumlah perempuan pekerja anak mencapai 4,8% dari kelompok anak<br />

perempuan berusia 6–17 tahun, <strong>dan</strong> 25,2% di antaranya bekerja sebagai buruh/pekerja<br />

bebas/pekerja serabutan. Dilihat dari tingkat pendidikannya, 45,8% perempuan pekerja anak<br />

memiliki ijazah SD/sederajat; 30,8% belum tamat SD; <strong>dan</strong> 20,6% memiliki ijazah SMP/sederajat.<br />

Dari seluruh perempuan pekerja anak tersebut, hanya 2,8% yang memiliki ijazah SMA/sederajat.<br />

Pada umumnya, partisipasi anak dalam pekerjaan didorong oleh keinginan mereka untuk<br />

membantu perekonomian keluarga. Contohnya adalah yang terjadi di TTS: hampir semua anggota<br />

keluarga dilibatkan dalam aktivitas kerja untuk menunjang pendapatan rumah tangga.<br />

6.2.4 Pengangguran<br />

Tingkat pengangguran perempuan miskin cukup rendah. Hasil survei menunjukkan bahwa tingkat<br />

pengangguran perempuan miskin di wilayah studi mencapai 13,6% (Error! Reference source not<br />

found.). Tingkat pengangguran perempuan miskin di kelompok KKP (16,8%) lebih tinggi daripada<br />

tingkat pengangguran perempuan miskin di kelompok KKL (10,8%). Sebanyak 48,9% perempuan<br />

miskin yang menganggur adalah orang tua berusia 65 tahun ke atas.<br />

Terdapat variasi tingkat pengangguran perempuan miskin antarwilayah studi. Tingkat<br />

pengangguran perempuan miskin terendah didapati di TTS, NTT (9%), <strong>dan</strong> tertinggi di Pangkep,<br />

Sulawesi Selatan (33%). Rendahnya tingkat pengangguran di TTS terjadi karena di wilayah tersebut<br />

terdapat beragam kegiatan usaha yang dapat dilakukan warga masyarakat, termasuk perempuan.<br />

Pada musim penghujan, perempuan di TTS umumnya berla<strong>dan</strong>g, se<strong>dan</strong>gkan pada musim kemarau<br />

mereka mencari buah asam atau buah kabèsa 27 untuk dijual kepada pengepul. Selain itu, mereka<br />

juga dapat bekerja menjadi pembuat gula nira atau pembuat kasur kapuk. Hal ini bisa terjadi<br />

karena luasnya areal hutan di desa studi yang ditanami pohon asam, pohon kabèsa, <strong>dan</strong> pohon<br />

kapuk/randu.<br />

<strong>Perempuan</strong> miskin yang menganggur memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih rendah bila<br />

dibandingkan dengan perempuan miskin pekerja. Di wilayah studi, lebih dari separuh perempuan<br />

yang menganggur tidak bersekolah atau tidak tamat SD, <strong>dan</strong> tidak ada yang berijazah lebih dari<br />

SMA. Hasil survei menunjukkan bahwa perempuan yang menganggur <strong>dan</strong> memiliki ijazah SMA<br />

mencapai 9%, sementara yang memiliki ijazah SMP hanya sekitar 2%. Pada kelompok perempuan<br />

berpendidikan tinggi, pengangguran dapat terjadi karena, antara lain, ketidaksesuaian antara<br />

pekerjaan yang tersedia <strong>dan</strong> harapan. Sebagai contoh, mereka tidak bersedia melakukan<br />

pekerjaan yang tidak membutuhkan pendidikan relatif tinggi.<br />

6.2.5 Diskriminasi Pekerjaan<br />

Berdasarkan hasil wawancara mendalam, perempuan secara umum di seluruh wilayah studi tidak<br />

mengalami diskriminasi dalam pekerjaan. Pada beberapa jenis pekerjaan, memang terdapat<br />

perbedaan upah <strong>dan</strong> jam kerja antara perempuan <strong>dan</strong> laki‐laki. Namun, hal tersebut disebabkan<br />

a<strong>dan</strong>ya perbedaan peran pekerjaan antara laki‐laki <strong>dan</strong> perempuan. Di Deli Ser<strong>dan</strong>g, Sumatera<br />

Utara, misalnya, ada perbedaan upah pada buruh tani <strong>dan</strong> buruh kebun antara laki‐laki <strong>dan</strong><br />

26<br />

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah semua penduduk berusia di bawah 18<br />

tahun.<br />

27<br />

Dalam bahasa Indonesia, disebut buah pilang (lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Pilang).<br />

The SMERU Research Institute<br />

49

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!