Penghidupan Perempuan Miskin dan Akses Mereka terhadap Pelayanan Umum
297mj3Q
297mj3Q
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
8% kepala keluarga laki‐laki <strong>dan</strong> 27% kepala keluarga perempuan yang mengurus rumah tangga.<br />
Dari seluruh kepala keluarga perempuan, 27% di antaranya bekerja sekaligus mengurus rumah<br />
tangga.<br />
Sebagian besar kepala keluarga bekerja di sektor pertanian. Sektor pekerjaan lain yang banyak<br />
digeluti kepala keluarga laki‐laki adalah bangunan <strong>dan</strong> jasa, sementara kepala keluarga<br />
perempuan banyak menggeluti sektor jasa <strong>dan</strong> perdagangan (Error! Reference source not<br />
found.). Dari seluruh kepala keluarga yang bekerja, sebagian besar bekerja sebagai buruh atau<br />
pekerja bebas. Pekerjaan kepala keluarga laki‐laki yang paling banyak dijumpai adalah buruh atau<br />
pekerja lepas di sektor pertanian <strong>dan</strong> perkebunan, se<strong>dan</strong>gkan kepala keluarga perempuan banyak<br />
yang menjadi pekerja mandiri di sektor jasa <strong>dan</strong> perdagangan.<br />
Gambar 5. Proporsi kepala keluarga miskin yang bekerja menurut lapangan<br />
pekerjaan utama<br />
Sumber: Hasil survei tim peneliti SMERU, 2014.<br />
Keterangan: Sampel terdiri atas 348 KKP <strong>dan</strong> 861 KKL<br />
*) meliputi pertanian, kehutanan, perikanan, <strong>dan</strong> perburuan<br />
**) meliputi jasa kemasyarakatan, sosial, <strong>dan</strong> perorangan<br />
***) meliputi angkutan, pergu<strong>dan</strong>gan, <strong>dan</strong> komunikasi<br />
****) meliputi perdagangan besar, eceran, rumah makan, <strong>dan</strong> hotel<br />
*****) meliputi jasa keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, <strong>dan</strong> jasa<br />
perusahaan<br />
5.2.3 Kemampuan Literasi <strong>dan</strong> Tingkat Pendidikan<br />
Sebagian besar kepala keluarga bisa membaca <strong>dan</strong> menulis, walaupun banyak yang tidak memiliki<br />
ijazah. Sekitar 65% dari seluruh kepala keluarga memiliki kemampuan baca‐tulis dengan tingkat<br />
melek huruf pada kepala keluarga laki‐laki (78%) lebih tinggi daripada kepala keluarga perempuan<br />
(54%). Tingkat melek huruf termasuk indikator penting karena menunjukkan pembangunan sumber<br />
daya manusia dari segi pendidikan. Secara umum, hampir 40% kepala keluarga tidak memiliki ijazah,<br />
<strong>dan</strong> 38% di antaranya merupakan kepala keluarga perempuan. Persentase ini lebih tinggi daripada<br />
kondisi di tingkat nasional: hanya terdapat 30% kepala keluarga yang tidak memiliki ijazah <strong>dan</strong> 12%<br />
di antaranya perempuan (Susenas, 2014). Selain itu, 19% kepala keluarga miskin tidak pernah<br />
40<br />
The SMERU Research Institute