30.06.2016 Views

Penghidupan Perempuan Miskin dan Akses Mereka terhadap Pelayanan Umum

297mj3Q

297mj3Q

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Pelayanan</strong> <strong>Umum</strong> <strong>dan</strong> <strong>Penghidupan</strong> <strong>Perempuan</strong><br />

<strong>Akses</strong> <strong>Perempuan</strong> <strong>Miskin</strong> <strong>terhadap</strong> Program atau Bantuan Sosial<br />

Secara umum, penentuan sasaran penerima program/bantuan di desa studi dilakukan<br />

berdasarkan tingkat kemiskinan. Hanya ada dua program Pemerintah Pusat yang menetapkan<br />

perempuan sebagai penerima manfaat utama, yaitu PKH <strong>dan</strong> PNPM melalui kegiatan Simpan<br />

Pinjam Kelompok <strong>Perempuan</strong> (SPKP). SPKP dimaksudkan mendorong kegiatan usaha produktif<br />

perempuan melalui penyediaan pinjaman modal lunak untuk memulai atau mengembangkan<br />

usaha. Sementara itu, sebagian besar desa studi menerima program/bantuan khusus perempuan<br />

dari lembaga (organisasi) nonpemerintah yang menaruh perhatian pada isu‐isu perempuan.<br />

<strong>Umum</strong>nya, program/bantuan tersebut berupa pemberdayaan, pelatihan, <strong>dan</strong> penyuluhan yang<br />

dilakukan melalui proses pendampingan.<br />

Berdasarkan jenis kelamin kepala keluarga, data survei menunjukkan bahwa secara keseluruhan,<br />

akses kepala keluarga perempuan <strong>terhadap</strong> program/bantuan pemerintah lebih rendah daripada<br />

akses kepala keluarga laki‐laki. <strong>Akses</strong> kepala keluarga perempuan lebih tinggi hanya pada<br />

program‐program Raskin, BLSM, <strong>dan</strong> pemberantasan buta huruf. Proporsi kepala keluarga<br />

perempuan yang mengajukan SKTM untuk mengakses bantuan pemerintah, khususnya bantuan<br />

pendidikan <strong>dan</strong> kesehatan, juga lebih rendah daripada proporsi kepala keluarga laki‐laki. Namun,<br />

secara umum akses kepala keluarga perempuan <strong>terhadap</strong> program/bantuan dari kalangan<br />

nonpemerintah lebih baik daripada akses kepala keluarga laki‐laki, terutama dalam hal bantuan<br />

hukum, pangan, <strong>dan</strong>a tunai, perumahan, <strong>dan</strong> pendidikan.<br />

Pekerjaan <strong>Perempuan</strong> <strong>Miskin</strong><br />

Lebih dari separuh perempuan miskin merupakan angkatan kerja dengan tingkat partisipasi kerja<br />

cukup tinggi. Data survei menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)<br />

perempuan miskin pada KKP lebih tinggi daripada TPAK mereka pada KKL. Tiga sektor pekerjaan<br />

yang paling banyak dilakukan perempuan miskin baik pada KKP maupun KKL adalah pertanian,<br />

jasa, <strong>dan</strong> perdagangan. Meskipun demikian, di beberapa kabupaten studi terdapat perbedaan<br />

pilihan jenis pekerjaan bagi perempuan yang belum menikah <strong>dan</strong> yang sudah menikah.<br />

Berdasarkan tingkat pendidikan, proporsi perempuan pekerja yang tidak bersekolah atau tidak<br />

tamat SD melebihi separuh jumlah perempuan pekerja di wilayah studi.<br />

Sementara itu, data survei menunjukkan bahwa perempuan pekerja di wilayah studi didominasi<br />

kelompok usia dewasa dengan kisaran 30–59 tahun. Namun, terdapat perempuan pekerja anak<br />

dari keluarga miskin dengan usia termuda enam tahun. Jenis pekerjaan yang dilakukan perempuan<br />

pekerja anak adalah, antara lain, buruh/pekerja lepas atau serabutan, <strong>dan</strong> umumnya alasan utama<br />

mereka ikut bekerja adalah untuk membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.<br />

Migrasi<br />

Proporsi perempuan miskin pekerja migran yang bekerja di dalam negeri lebih banyak daripada<br />

proporsi perempuan miskin yang bekerja ke luar negeri. Kota besar seperti ibukota provinsi masih<br />

menjadi daerah tujuan utama migrasi perempuan pekerja migran di dalam negeri. Banyaknya<br />

pilihan pekerjaan yang tersedia di kota besar <strong>dan</strong> lokasi yang lebih dekat dengan keluarga menjadi<br />

dua faktor penarik utama, dibandingkan dengan pilihan untuk bekerja ke luar negeri. Sementara<br />

itu, negara tujuan perempuan pekerja migran terbanyak adalah Malaysia, Singapura, <strong>dan</strong><br />

Hongkong.<br />

The SMERU Research Institute<br />

xi

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!