30.06.2016 Views

Penghidupan Perempuan Miskin dan Akses Mereka terhadap Pelayanan Umum

297mj3Q

297mj3Q

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

I. PENDAHULUAN<br />

1.1 Latar Belakang<br />

Selama beberapa dekade terakhir, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk<br />

meningkatkan kesetaraan gender <strong>dan</strong> mendorong pemberdayaan perempuan, termasuk<br />

melakukan reformasi untuk mengurangi kekerasan <strong>terhadap</strong> perempuan. Pada saat yang sama,<br />

terdapat upaya dari berbagai lembaga, seperti bantuan internasional dalam hal kesehatan<br />

reproduksi ibu <strong>dan</strong> intervensi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk meningkatkan<br />

penghidupan perempuan. Hasil yang signifikan adalah, antara lain, meningkatnya angka<br />

partisipasi sekolah (APS) perempuan yang nilainya lebih tinggi daripada APS laki‐laki (Ba<strong>dan</strong> Pusat<br />

Statistik 2 , 2013a), serta a<strong>dan</strong>ya perbaikan fasilitas kesehatan <strong>dan</strong> pemanfaatannya (Riskesdas,<br />

2010 <strong>dan</strong> 2013). 3 Pembentukan Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita 4 pada 1978 juga<br />

telah membuka kesempatan bagi pemerintah untuk terus mendorong partisipasi perempuan di<br />

bi<strong>dan</strong>g sosial, ekonomi, <strong>dan</strong> politik. Meskipun demikian, perempuan masih rentan <strong>terhadap</strong><br />

kemiskinan. Menurut UNDP 5 (2014: 177), Indeks Pembangunan Gender (IPG) 6 Indonesia,<br />

khususnya pendapatan per kapita untuk laki‐laki, lebih besar dua kali lipat daripada perempuan.<br />

Kemiskinan pada perempuan merupakan hal yang layak mendapat perhatian khusus karena<br />

menurut ILO 7 , kemiskinan merupakan sumber <strong>dan</strong> akibat dari kemiskinan itu sendiri (2004).<br />

Sebagai implikasinya, kemiskinan pada perempuan menjadi seperti lingkaran setan yang pada<br />

gilirannya dapat menyebabkan perempuan jatuh ke dalam kemiskinan yang lebih dalam. Data<br />

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan bahwa persentase perempuan miskin<br />

berdasarkan garis kemiskinan nasional di Indonesia dari 2009 hingga 2014 menurun 3,18 titik<br />

persentase atau sebanyak 2.553.138 jiwa (Error! Reference source not found.). Walaupun<br />

persentase kemiskinan pada perempuan menurun, besaran penurunannya lebih kecil bila<br />

dibandingkan dengan penurunan kemiskinan pada laki‐laki (3,39 titik persentase). Hal ini menjadi<br />

salah satu indikasi bahwa kebijakan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan berdampak<br />

lebih besar pada laki‐laki daripada perempuan. Tentu hal tersebut memprihatinkan mengingat<br />

penanggulangan kemiskinan pada perempuan sangat berpengaruh pada kehidupan generasi<br />

mendatang. Menurut ILO (2004), saat penghasilan perempuan meningkat <strong>dan</strong> jumlah perempuan<br />

miskin berkurang, anak‐anak juga memperoleh manfaat lebih dari perkembangan tersebut karena<br />

perempuan lebih banyak membelanjakan uang mereka untuk keluarga <strong>dan</strong> anak‐anak bila<br />

2<br />

BPS.<br />

3<br />

APS perempuan antara 2002 <strong>dan</strong> 2013 meningkat. APS perempuan usia 7–12 tahun pada 2002 adalah 96,49%, naik<br />

menjadi 98,58% pada 2013. Demikian pula APS kelompok‐kelompok usia di atasnya pada periode yang sama, yaitu usia<br />

13–15 tahun sebesar 79,50%, naik menjadi 91,72%; usia 16–18 tahun sebesar 48,77%, naik menjadi 63,82%; usia 19–24<br />

tahun sebesar 10,38%, naik menjadi 19,89%. Pada 2013, angka ini lebih tinggi daripada APS laki‐laki untuk kelompok<br />

usia tertentu. APS laki‐laki pada 2013 untuk beberapa kelompok usia masing‐masing adalah 98,16% untuk usia 7–12<br />

tahun; 89,69% untuk usia 13–15 tahun, <strong>dan</strong> 63,16% untuk usia 16–18 tahun. Kekecualiannya adalah pada APS usia 19–<br />

24 tahun, yaitu angka untuk laki‐laki (20,05%) lebih tinggi daripada angka untuk perempuan.<br />

4<br />

Saat ini bernama Kementerian Pemberdayaan <strong>Perempuan</strong> <strong>dan</strong> Perlindungan Anak.<br />

5<br />

United Nations Development Programme (Ba<strong>dan</strong> Program Pembangunan PBB).<br />

6<br />

IPG adalah rasio Indeks Pembangunan Manusia (IPM) antara perempuan <strong>dan</strong> laki‐laki. Indeks ini mengukur disparitas<br />

dalam pembangunan manusia antara perempuan <strong>dan</strong> laki‐laki dalam tiga dimensi, yaitu kesehatan, pendidikan, <strong>dan</strong><br />

standar hidup. IPG Indonesia pada 2014 berada di peringkat 108 dari 187 negara, dengan nilai IPG perempuan<br />

dibandingkan laki‐laki sebesar 0,923. Nilai pendapatan per kapita (PPP) perempuan pada 2011 adalah $5.873,<br />

se<strong>dan</strong>gkan laki‐laki $12.030.<br />

7<br />

International Labour Organization (Organisasi Buruh Internasional).<br />

The SMERU Research Institute<br />

1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!