30.06.2016 Views

Penghidupan Perempuan Miskin dan Akses Mereka terhadap Pelayanan Umum

297mj3Q

297mj3Q

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

VII. KESIMPULAN<br />

Perbedaan karakteristik kemiskinan antara perempuan <strong>dan</strong> laki‐laki membutuhkan a<strong>dan</strong>ya<br />

pemahaman menyeluruh mengenai kondisi perempuan miskin, khususnya dalam penghidupan<br />

<strong>dan</strong> akses <strong>terhadap</strong> pelayanan umum. Upaya perbaikan penghidupan pada kelompok perempuan<br />

miskin akan memiliki dampak lintas generasi, yaitu peningkatan kesejahteraan anak‐anak yang<br />

merupakan generasi selanjutnya. Studi ini berupaya memberikan gambaran awal mengenai<br />

kondisi penghidupan perempuan miskin <strong>dan</strong> akses <strong>terhadap</strong> pelayanan umum pada lima tema,<br />

yakni akses <strong>terhadap</strong> program/bantuan sosial, pekerjaan perempuan, migrasi oleh perempuan,<br />

kesehatan reproduksi ibu, serta KDRT yang dialami perempuan. Partisipasi perempuan dalam<br />

kegiatan politik <strong>dan</strong> kegiatan kemasyarakatan juga menjadi salah satu perhatian dalam studi ini.<br />

Program Perlindungan Sosial<br />

Program perlindungan sosial dari Pemerintah Pusat menargetkan kelompok masyarakat termiskin<br />

sebagai penerimanya, <strong>dan</strong> hanya terdapat dua program yang secara spesifik menargetkan<br />

perempuan sebagai penerima manfaat utama, yakni PKH <strong>dan</strong> SPKP. Secara keseluruhan, akses KKP<br />

<strong>terhadap</strong> program perlindungan sosial dari pemerintah, baik pusat maupun daerah, lebih rendah<br />

daripada akses KKL. Hal ini dapat disebabkan oleh penargetan program pemerintah yang<br />

menyasar masyarakat miskin tanpa fokus pada perempuan <strong>dan</strong> a<strong>dan</strong>ya beberapa program<br />

pemerintah terkait lapangan pekerjaan yang umumnya hanya digeluti oleh laki‐laki. Di sisi lain,<br />

akses KKP <strong>terhadap</strong> program/bantuan dari kalangan nonpemerintah lebih baik daripada akses<br />

KKL. Penyebabnya bisa jadi adalah fakta bahwa sebagian bantuan berasal dari organisasi/LSM<br />

yang berfokus pada perempuan. Perbedaan permasalahan kemiskinan yang dihadapi perempuan<br />

<strong>dan</strong> laki‐laki membutuhkan a<strong>dan</strong>ya program perlindungan sosial yang dirancang khusus untuk<br />

menjawab permasalahan penghidupan perempuan miskin. Kolaborasi antara Pemerintah Pusat<br />

ataupun pemerintah daerah <strong>dan</strong> organisasi masyarakat sipil dapat mempercepat upaya<br />

perlindungan sosial <strong>dan</strong> peningkatan kapasitas perempuan, khususnya kelompok perempuan<br />

miskin.<br />

Pekerjaan <strong>Perempuan</strong><br />

Sebagai bagian dari strategi penghidupan yang diterapkan keluarga miskin, perempuan memiliki<br />

peran ganda, yaitu sebagai pencari nafkah <strong>dan</strong> pengurus rumah tangga. Pilihan sektor pekerjaan<br />

bagi perempuan miskin dipengaruhi oleh kondisi sumber daya alam, aktivitas ekonomi wilayah<br />

tempat tinggal, serta tingkat pendidikan perempuan. Meskipun pada umumnya mereka tidak<br />

memiliki pekerjaan tetap, sektor pertanian, jasa, <strong>dan</strong> perdagangan sama‐sama menjadi sektor<br />

utama yang digeluti perempuan miskin baik dari kelompok KKP maupun KKL. Rendahnya kualitas<br />

pendidikan <strong>dan</strong> keterampilan menciptakan keterbatasan bagi perempuan miskin dalam<br />

mengakses pekerjaan. Meskipun secara umum tidak terdapat diskriminasi dalam pekerjaan,<br />

perempuan yang terikat pernikahan memiliki pilihan pekerjaan yang lebih terbatas karena mereka<br />

harus membagi waktu antara bekerja <strong>dan</strong> mengurus rumah tangga, <strong>dan</strong> juga harus mendapatkan<br />

izin dari suami.<br />

Migrasi<br />

Ketika pilihan pekerjaan di lingkungan tempat tinggal terbatas, sebagian perempuan miskin<br />

memilih untuk bermigrasi guna memperoleh pekerjaan <strong>dan</strong> penghidupan yang lebih baik. Alasan<br />

ekonomi menjadi faktor pendorong paling kuat bagi perempuan untuk bermigrasi, meskipun ada<br />

pula alasan nonekonomi yang melatarbelakangi migrasi perempuan. <strong>Perempuan</strong> pekerja migran<br />

74<br />

The SMERU Research Institute

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!