RH7yFQ

More documents

Recommendations

Info

OASE Puisi Pelarian Wiji Thukul paling korup di dunia coba tebak siapa dia? dia adalah aku! dia tua tapi ingin tetap berkuasa tak boleh ada calon lain selain dia kalau marah mengarahkan angkatan bersenjata rakyat kecil yang tak bersalah ditembak jidatnya coba tebak siapa dia? dia adalah aku! dia sakti tapi pasti mati meski seakan tak bisa mati coba tebak siapa dia? dia adalah aku! siapa aku? aku adalah diktator yang tak bisa tidur nyenyak! Thukul yakin bahwa penguasa tak mungkin menyembunyikan bau busuk dari rekayasa di balik Peristiwa 27 Juli 1996. Meski sejumlah jendral menyangkal keterlibatan Pemerintah di balik peristiwa tersebut dan menuding sejumlah aktivis yang mendalangi, Thukul yakin bahwa rakyat sudah cerdas. Rakyat tak bisa ditipu lagi dengan berbagai pidato dan kebohongan. Berikut puisi yang ditulis Thukul. ujung rambut ujung kuku gendang telinga dan selaput bola mataku tidak mungkin lupakan kamu bilur di punggung 104
nyeri di tulang berhari-hari darah di helai rambut ujung kuku dendang telinga dan selaput bola mataku telah mengotori namamu nyeri di tulang berhari-hari bilur di punggung karena sabetan telah mencoreng namamu kau tak kan bisa mencuci namamu sekalipun 1000 mobil pemadam kebakaran kau kerahkan kau tak kan bisa mencuci tanganmu sekalipun 1000 pengeras suara melipatgandakan pidatomu suara rakyat adalah suara Tuhan dan kalian tak bisa membungkam Tuhan sekalipun kalian memiliki 1.000.000 gudang peluru Bagi Thukul, selama pelarian, faktor cuaca dinilai menjadi faktor yang menguntungkan dirinya. Orang-orang yang mencarinya akan kesulitan melakukan pekerjaannya saat malam tiba. Apalagi bila air mengucur dari langit dengan derasnya. Cuaca yang buruk dan kegelapan malam yang pekat adalah selimut bagi persembunyian Thukul. Hujan juga sepertinya memberikan harapan akan munculnya perubahan. hujan malam ini turun untuk melindungiku intel-intel yang bergaji kecil 105 dignitas Volume VIII No. 1 Tahun 2012
Page 1 and 2:
Volume VIII No. 1 Tahun 2012 ISSN 1
Page 3:
dignitas Jurnal Hak Asasi Manusia D
Page 6 and 7:
Tak pernah tuntasnya penyelesaian m
Page 8 and 9:
Tulisan Budiawan mengenai narasi ti
Page 11 and 12:
Drama Abadi Pembajakan Demokrasi de
Page 13 and 14:
dignitas Volume VIII No. 1 Tahun 20
Page 15 and 16:
Metode dan praktik rekonsiliasi ber
Page 17 and 18:
segalanya hingga berdekade kemudian
Page 19 and 20:
sebagai ekses dari upaya aparat kea
Page 21 and 22:
Baru dan jaringannya. Mereka bertah
Page 23 and 24:
Baru. Mereka mendukung partai terte
Page 25:
kita hanya mencapai suatu keinginan
Page 28 and 29:
FOKUS Ikhtiar Mencuci ”Karpet Mar
Page 30 and 31:
Page 32 and 33:
Page 34 and 35:
Page 36 and 37:
Page 38 and 39:
Page 40 and 41:
Page 42 and 43:
Page 44 and 45:
FOKUS Kekerasan Politik Massal dan
Page 46 and 47:
Page 48 and 49:
Page 50 and 51:
Page 53 and 54:
Kerangka Penyelesaian Pelanggaran H
Page 55 and 56: UU juga menyebut bahwa pelanggaran
Page 57 and 58: erat Timor-Timur pada tahun 1999 da
Page 59 and 60: yang terjadi di Bekas Negara Yugosl
Page 61 and 62: urges States to take action in acco
Page 63 and 64: Sebagaimana dengan pengadilan khusu
Page 65 and 66: Pada bulan Juni tahun 2004, Belgia
Page 67 and 68: Inggris pada bulan Oktober 1998 ber
Page 69 and 70: Proses pembentukan Komisi Kebenaran
Page 71 and 72: pembunuhan dan orang hilang dan ber
Page 73 and 74: Komisi Kebenaran pada akhirnya diha
Page 75: dignitas Volume VIII No. 1 Tahun 20
Page 78 and 79: DISKURSUS Penanganan Pelanggaran HA
Page 91 and 92: Puisi Pelarian Wiji Thukul Stanley
Page 93 and 94: pembentukan PRD di Kaliurang, Yogya
Page 95 and 96: Wiji Thukul mengungsi meninggalkan
Page 97 and 98: malam sangat jernih sejernih pikira
Page 99 and 100: pengantin baru ini ada kado untukmu
Page 101 and 102: lalu mereka bersorak ini kami siapk
Page 103 and 104: sekretariat organisasi aktivis diob
Page 105: habis cemasku kau gilas habis takut
Page 109 and 110: selamat tidur tanah airku selamat t
Page 111 and 112: kini bagian hidupku sehari-hari di
Page 113 and 114: ini rumah biasa tak beda penjara ta
Page 115: Wiji Thukul memang kemudian memutus
Page 119 and 120: ”Mengindonesiakan” Anak Timor L
Page 121 and 122: tentara, pegawai negeri, rumah yati
Page 123 and 124: Pekerjaan mereka membawa barang-bar
Page 125: menjadi kepala sekolah SMA di Dili.
Page 129 and 130: KONTRIBUTOR Razif Sejarahwan, aktif
Page 131 and 132: PEDOMAN PENULISAN JURNAL Redaksi Ju
Page 133 and 134: PROFIL ELSAM (LEMBAGA STUDI DAN ADV
Page 135: FOKUS Drama Abadi Pembajakan Demokr
show all

RH7yFQ

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

Delete template?

Save as template?