10.01.2013 Views

RH7yFQ

RH7yFQ

RH7yFQ

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

FOKUS<br />

Ikhtiar Mencuci ”Karpet Martti” di Aceh<br />

dan Rekonsiliasi (KKR) dibentuk dan dijalankan, ketiga mengapa<br />

kinerja Badan Reintegrasi Damai-Aceh (BRA) sampai kini belum<br />

maksimal dalam menjalankan program reintegrasi untuk korban<br />

19<br />

konflik.<br />

Namun Gubernur Irwandi tak serius menanggapi keluhan para<br />

ulama. Dia hanya mengatakan agar para korban bersabar. Lalu, dia<br />

mengalihkan perbincangan dengan para korban ke persoalan kebutuhan<br />

lain yang mendesak, yakni pembentukan Komisi Komplain<br />

sebagaimana yang diamanatkan MoU Helsinki.<br />

”Ini juga belum terbentuk, padahal ini sangat penting. Karena pada waktu<br />

terjadi konflik, banyak rumah, toko, kendaraan masyarakat yang<br />

dibakar dan diambil paksa. Sampai sekarang belum ada proses<br />

penggantiannya. Dalam perjanjian damai, masalah ini harus<br />

20<br />

dilaksanakan, agar orang yang jadi korban bisa mendapat ganti rugi.”<br />

Konsekuensi logis dari sikap Gubernur Irwandi yang<br />

menggantungkan pembentukan KKR Aceh pada payung hukum<br />

nasional berdampak pada gagalnya upaya 35 anggota DPR Aceh periode<br />

2004-2009 yang menggunakan hak inisiatif mereka mengajukan draf<br />

rancangan qanun KKR untuk dibahas, menjadi gagal. Salah seorang<br />

inisiator, Muklis Mukhtar menjelaskan bahwa ”ada penjelasan dari<br />

Pemerintah Aceh yang meminta ditunda, maka semangat dari tim ini<br />

21<br />

sempat buyar.”<br />

Ketika berkunjung ke Aceh, Martti Ahtisaari mengakui masih<br />

adanya butir-butir dalam MoU Helsinki yang belum diimplementasikan,<br />

khususnya yang menyangkut pembentukan pengadilan HAM dan KKR,<br />

namun hal ini menjadi tanggungjawab Pemerintah sepenuhnya.<br />

”Adalah menjadi kewenangan polisi untuk menyelidiki dan menindak<br />

para pelakunya, sehingga jangan sampai menjadi ancaman bagi masa<br />

22<br />

depan perdamaian Aceh.”<br />

Dalam hal ini cara pandang Pemerintah Aceh (termasuk staf ahli<br />

gubernur) dan Martti Ahtisaari dalam melihat siapa pihak yang<br />

bertanggung jawab dalam pembentukan pengadilan HAM dan KKR<br />

adalah Pemerintah Pusat. Dalam bahasa staf ahli Gubernur, M Nur<br />

Rasyid, ”Pemerintah RI masih punya utang, antara lain belum<br />

19. Serambi, 7 September 2007.<br />

20. Serambi, 7 September 2007.<br />

21. Serambi, 11 Februari 2009.<br />

22. Serambi, 26 Februari 2009.<br />

36

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!