02.06.2013 Views

ACEH_03378

ACEH_03378

ACEH_03378

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

isa ditemukan. Sekiranya naskah terakhir dibandingkan dengan naskah dalam<br />

harian tersebut, terlihat bahwa naskah terakhir lebih padat dan ringkas (80 bait).<br />

Sedang naskah awal lebih panjang karena kelihatannya lebih bebas dan<br />

mengandung lebih banyak tafsir (104 bait).<br />

Dalam penjelasannya kepada Team Penyunting, beliau menyatakan bahwa<br />

buku rujukan utama yang beliau gunakan adalah kitab tafsir karangan Ibnu Katsir<br />

(w. 774 H.) dan kitab tafsir karangan al-Zamakhsyari (w. 538 H.) dan al-Thabari<br />

(w. 310 H.). Sedang sebagai pembanding beliau menggunakan terjemahan al-Qur' an<br />

dalam Bahasa Indonesia susunan A. Hassan, Mahmud Yunus, H.B. Jassin dan<br />

Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an (Departemen Agama).<br />

III<br />

Mengenai penyuntingan, Team bertumpu pada pemeriksaan kesahihan arti.<br />

Berhubung al-Qur'an merupakan wahyu Allah, dan karena itu bersifat mutlak,<br />

maka tidak mungkin diterjemahkan secara sempurna. Tetap ada aspek yang<br />

ditonjolkan dan ada aspek yang tertinggal, baik karena disengaja atau tidak<br />

disengaja. Ketidak sempurnaan penerjemahan bisa juga terjadi karena arti teks<br />

(nash) tersebut belum diketahui atau belum terungkap. Penerjemahan secara puitis,<br />

tentu lebih sukar lagi karena harus memenuhi syarat dan kriteria yang tidak ada<br />

dalam terjemahan bebas.<br />

Ibrahim Zaki Khursyid dalam kitabnya Al-Tarjamat wa Musykilatuha,<br />

penerbit Al-Hay'at al-Mashriyyat al-'Ammat li-al-Kitab, Kairo, 1985 halaman 9<br />

menyatakan bahwa penerjemahan sastra (berwajah puisi) lebih sukar dikerjakan<br />

dibandingkan dengan terjemahan bebas (prosa). Di antara penyebabnya adalah:<br />

pertama, ada penekanan pada pemilihan kata yang mengandung nilai sastra; kedua,<br />

perlu menyelami kata-kata sembari meresapi dan menghayati maknanya dalam<br />

bahasa asli, agar kemudian dapat dituangkan ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk<br />

puisi (mengandung keindahan).<br />

Ibrahim menambahkan, boleh jadi langkah yang ditempuh untuk<br />

menerjemahkan sebuah teks dalam bentuk puisi lebih panjang dari penerjemahan<br />

biasa atau bebas. Langkah pertama ialah menerjemahkan kata dari bahasa asli ke<br />

dalam bahasa sasaran secara harfiah. Langkah kedua adalah memperhatikan<br />

perbedaan struktur bahasa asli dengan bahasa sasaran (dalam hal ini perbedaan<br />

bahasa Arab dengan Bahasa Aceh). Kadang-kadang kalimat aktif terpaksa<br />

diterjemahkan dalam bentuk kalimat pasif. Langkah ketiga adalah membentuk<br />

kalimat yang puitis sesuai dengan pesan yang terdapat dalam bahasa asli; walaupun<br />

mungkin harus memindahkan kata dari awal kalimat ke bagian akhir atau<br />

sebaliknya. Langkah keempat adalah usaha mensejajarkan pengertian kalimatkalimat<br />

dalam bahasa asli ke bahasa sasaran dengan memperhatikan beberapa hal<br />

seperti pengertian idiomatik (ushlubiyyah), makna sekunder, metafora dan figuratif,<br />

bes"erta struktur lahir dan batin bahasa asli. Makna tidak tersusun dengan cara<br />

yang sama seperti urutan lahir tetapi merupakan jaringan satuan semantis dan<br />

hubungan antara satuan ini. Dibandingkan dengan struktur gramatikal, struktur<br />

semantis lebih mendekati universal, artinya, jenis satuan, ciri dan hubungannya<br />

xiii

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!