Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

More documents

Recommendations

Info

cemas, dan keganasan. Lagi-lagi kondisi ini akan mendorong ia ke alam rendah. Dan hal ini akan terus berulang, sehingga dikatakanlah oleh mereka yang bijaksana, "Roda kelahiran kembali (saæsâra) adalah penuh penderitaan dan sangat berbahaya" [MN 34]. Buddha sendiri telah menjelaskan bahayanya saæsâra dan sulitnya bagi seseorang untuk kembali dilahirkan ke alam manusia [atau alam bahagia]. Perumpamaan yang diberikan Buddha mungkin telah sering kita mendengar : bagaikan penyu buta yang sangat jarang naik ke permukaan air laut, tetapi sewaktu kepalanya naik ke permukaan laut saat itu, ada kayu yang berlubang yang terapung di atas permukaan air laut, dan kepala penyu tersebut pas masuk ke dalam lubang kayu tersebut. Inilah kecilnya kesempatan bagi makhluk yang terjatuh ke alam rendah untuk keluar darinya. Jadi kesempatan untuk dilahirkan kembali menjadi manusia ada, tetapi sangat-sangat kecil [MN 129]. 15
A. Hidup harmonis dalam berumah tangga Ajaran Buddha bertujuan tunggal, yakni melepaskan diri kita dari dukkha. Buddha dengan jelas mengatakan bahwa segala bentuk dukkha hanya bersumber dari tiga hal, yang lebih dikenal dengan tiga akar kejahatan, yakni : lobha (keserakahan), dosa (kebencian), dan moha (kegelapan batin). Atau kalau tiga terlalu banyak, maka kita boleh mengatakan hanya bersumber dari satu hal, yakni kegelapan batin. Karena kegelapan batin inilah, maka keserakahan dan kebencian muncul di diri kita ini. Maka adalah tidak salah bila dikatakan sumbernya tiga, juga tidak salah dikatakan sumbernya satu. Terserah mana yang lebih disukai karena maknanya adalah tetap sama. Dengan mengerti paragraf yang dijelaskan di atas, maka tentu jugalah cara untuk meraih kebahagiaan harus diiringi dengan berkurangnya atau lenyapnya kegelapan batin. Yah, tentunya kalau kita membicarakan keharmonisan hidup berumah tangga, kita tidak mengharapkan kedua insan untuk melenyapkan segala noda kegelapan batin. Dengan demikian, seorang Buddhis mengerti dengan jelas batas kebahagiaan yang dijanjikan oleh sebuah pernikahan. Pernikahan tentunya bukan kebahagiaan tertinggi dalam ajaran Buddha. Marilah kita menganalisa dulu beberapa hal dasar yang sering didiskusikan antar sesama Buddhis. Kemudian setelah itu, kita akan menjelaskan hal-hal yang mendukung keharmonisan hidup berkeluarga. 16
Page 4: v 1 5 7 10 13 16 24 27 29 32 36 43
Page 9 and 10: meraih batin yang tenang [AN 7.49].
Page 11 and 12: untuk ke vihâra ? Apakah ke vihâr
Page 13 and 14: pantas dibunuh. Jawaban: Banyak hal
Page 15 and 16: Tintin bertanya: Ketika saya membac
Page 17 and 18: kamma lampau kita. Orangtua kita ha
Page 19 and 20: dilakukannya sesudah itu, atau mung
Page 21: melakukan banyak perbuatan baik kit
Page 25 and 26: Apakah boleh menikah, tapi tidak me
Page 27 and 28: Apakah isteri harus mencari nafkah
Page 29 and 30: I. Keyakinan yang sebanding (sammâ
Page 31 and 32: dan jalan menuju berakhirnya ketida
Page 33 and 34: melaksanakan hidup kebhikkhhuan, ma
Page 35 and 36: 1) Metode yang halus mencakup: - Kr
Page 37 and 38: Herdi bertanya : Aku mau bertanya n
Page 39 and 40: B. Tuhan Gunawan: Dalam banyak peng
Page 41 and 42: dilenyapkan dengan pengertian benar
Page 43 and 44: semesta itu. Implikasi dari kitab i
Page 45 and 46: di masa Buddha, semua orang telah m
Page 47 and 48: ajaran Buddha (evolusi=perubahan ya
Page 49 and 50: kepuasan, keabadian, dan diri sejat
Page 51 and 52: B. Sîla Buddha mengajari kita untu
Page 53 and 54: serangga tersebut, tanpa disadari s
Page 55 and 56: norma itu adalah tergantung sîla d
Page 57 and 58: melaksanakannya. Keuntungan dalam m
Page 59 and 60: ahan/benangnya. Benang terkondisi o
Page 61 and 62: menenangkan maka pikiran menjadi te
Page 63 and 64: ia harus mampu membedakan mana arah
Page 65 and 66: diperoleh dari perbuatan jahat adal
Page 67 and 68: dalam Dhamma. Mengerti bahaya dari
Page 69 and 70: dangkal yang ekstrim tersebut, dan
Page 71 and 72: karena memang ia adalah Bhikkhu yan
Page 73 and 74:
perselisihan. Saya berpendapat bahw
Page 75 and 76:
pencapaian Arahat. Abhidhamma Piöa
Page 77 and 78:
1) Vipassanâ adalah jalan satu-sat
Page 79 and 80:
mendatang, bhikkhu-bhikkhu yang ter
Page 81 and 82:
A. Metode meditasi yang salah musim
Page 83 and 84:
di masa kita ini. Banyak yang menga
Page 85 and 86:
Sedangkan perhatian terhadap unsur
Page 87 and 88:
ketekunan mendengar kotbah Dhamma,
show all

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

Create successful ePaper yourself

Delete template?

Save as template?