22.11.2014 Views

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

A. Kisah seorang umat Buddha Indonesia di Amerika<br />

Ajaran Buddha berbeda dengan ajaran lain. Ajaran Buddha<br />

mengatakan bahwa kita seharusnya tidak menerima sesuatu secara naif,<br />

biarpun itu dari kitab suci sekalipun. Kita diharapkan untuk dapat<br />

menganalisa, meneliti, membandingkan apa yang disebut di sana terlebih<br />

dahulu [AN 3.65]. Buddha bersabda [AN 8.53]:<br />

Bila Dhamma yang kamu ketahui bersifat<br />

mendukung nafsu, bukan melenyapkan nafsu;<br />

menciptakan keterikatan, bukan melepaskan keterikatan;<br />

menuju ke penyimpanan, bukan ke pelepasan;<br />

mendukung ketenaran diri, bukan mendukung kerendahan hati;<br />

memuaskan diri dengan kesenangan duniawi, bukan melepaskan diri dari<br />

kesenangan duniawi;<br />

menyukai kerumitan, bukan mengajarkan ketenangan dari hidup<br />

menyendiri;<br />

mengajarkan kemalasan, bukan tekad dan usaha;<br />

menyukai kerepotan, bukan kesederhanaan;<br />

Maka Dhamma tersebut layak kamu katakan,<br />

"Ini bukan Dhamma, ini bukan Vinaya, dan ini bukan ajaran dari Buddha."<br />

Sebelum dilanjutkan, marilah kita mendengar sedikit cerita dulu.<br />

Saya memperoleh kesempatan mengikuti praktik pabbajja (penabhisan<br />

sementara dalam Saõgha) di bawah bimbingan Bhikkhu Henepola<br />

Gunaratana di tahun 1999.<br />

Sudah ~8 tahun lamanya ketika Bhante<br />

mengatakan kepada saya, "Nah inilah sekarang harta satu-satu yang kamu<br />

miliki, mangkuk yang mengkilat--mobil BMW barumu!" Saya berkesempatan<br />

mengenal Bhante sedikit, dan ini adalah kesempatan yang cukup sulit didapat<br />

63

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!