Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
Download PDF (8.7 MB) - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
3) Saling mengerti<br />
Mereka harus saling mengerti hal-hal yang disukai dan tidak disukai<br />
oleh pasangan mereka. Dengan pengertian ini, mereka kemudian akan<br />
melakukan hal yang disukai pasangan mereka dan menjauhi hal-hal<br />
yang tidak disukai pasangan mereka. Mereka harus mampu hidup<br />
rukun dan bertoleransi bila terdapat konflik dengan keinginan diri<br />
mereka. Mampu melepaskan keinginan hati sendiri demi keinginan<br />
orang lain adalah hal yang dipuji oleh Buddha.<br />
4) Mengikis sifat keakuan<br />
Tidak egois dan tidak sombong, akan tetapi mementingkan<br />
kebahagiaan bersama. Ajaran Buddha berakar pada dukkha (segala<br />
sesuatu adalah tidak memberikan kepuasan abadi), anicca (segala<br />
sesuatu adalah tidak kekal keberadaannya), dan anatta (tanpa<br />
roh/jiwa/pemilik/aku). Dengan demikian, sifat keakuan (egois,<br />
sombong, dan lain-lain) juga harus dikurangi dengan merenungi ajaran<br />
Buddha.<br />
5) Kesabaran<br />
Buddha bersabda : “Kesabaran adalah berkah tertinggi” [SN 2.4].<br />
Dengan demikian, pasangan yang melatih latihan tertinggi ini akan<br />
dapat menangani banyak permasalahan yang tidak dapat ditangani<br />
pasangan lain.<br />
Pendukung utama keharmonisan<br />
Pepatah tua mengatakan bahwa mereka yang sejenis akan bersatu,<br />
mereka yang tidak sejenis akan berpisah. Dari segala kotbah yang<br />
menyangkut keharmonisan hidup berkeluarga, keempat hal ini adalah<br />
merupakan salah satu penjelasan yang paling sering diberikan oleh Buddha.<br />
Keempat hal tersebut adalah [AN 4.55]:<br />
21