05.05.2015 Views

Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM

Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM

Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kata Sambutan Agung Putri<br />

Saudari-saudara, warga republik yang kami hormati.<br />

Dalam rangka mendirgahayukan momen peringatan hari berdirinya Lembaga Studi dan<br />

Advokasi Masyarakat (ELSAM) yang ke-<strong>15</strong>, di antara pelbagai kegiatan seremonial yang<br />

konvensional maupun progresif, ELSAM menerbitkan dua buku. Buku yang pertama,<br />

yang ditulis oleh Robertus Robet, mengangkat sebuah subjek khusus dan besar yang<br />

fenomenal dalam lebih dari dua dekade di pelbagai belahan dunia dan satu dekade di<br />

Indonesia, yaitu “keadilan transisional” (transitional justice). Sebenarnya, ELSAM telah<br />

banyak mempublikasikan subjek ini sebelumnya dalam seri buku bertajuk “seri<br />

transitional justice” yang kurang lebih terdiri dari 8 judul, jurnal DIGNITAS (dua edisi),<br />

buletin ASASI, dan pelbagai briefing paper dan position paper. Yang membedakan buku<br />

yang ditulis Robertus Robet dibanding beberapa terbitan kami sebelumnya adalah bukan<br />

sekadar soal perspektif yang digunakan, tetapi terutama soal penempatan posisi ELSAM<br />

di dalamnya.<br />

Dari segi perspektif, Robet melihat persoalan transisi politik bukan sebagai suatu<br />

keniscayaan demokratisasi melainkan sebuah kontingensi. Kontingensi ini tampak bukan<br />

sekadar dalam pertarungan Realpolitik melainkan juga dalam kontestasi gagasan<br />

normatif. Karena itu, politik hak asasi manusia juga bersifat kontingen. Dalam<br />

kontingensi seperti itulah ELSAM mau tidak mau dengan segala daya dan<br />

kemampuannya berupaya memainkan perannya. Peran itu terasa sulit dilakoni di samping<br />

karena realitas Realpolitik baik di tingkat birokrasi dan mesin politiknya maupun di<br />

tingkat civil society yang tidak terkonsolidasi dengan baik, juga karena pertarungan<br />

gagasan itu – tidak seperti di Afrika Selatan dan Amerika Latin – kurang didukung oleh<br />

kalangan akademisi yang mumpuni.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!