Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM
Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM
Demi Keadilan: Catatan 15 Tahun Elsam Memperjuangkan HAM
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ia diadili di Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat, terkait pendapat yang<br />
ditulisnya dalam kolom opini Koran Tempo edisi 17 Maret 2007 yang berjudul<br />
“Kisah Interogator yang Dungu.” Tulisan yang menyorot pelarangan buku<br />
sejarah SMP dan SMA itu dianggap menghina Kejaksaan Agung. Dalam sidang<br />
20 Februari 2008, ia dihukum satu bulan penjara dengan masa percobaan tiga<br />
bulan. Belum lagi soal sejumlah jurnalis yang diadili di pengadilan karena kasus<br />
pencemaran nama baik. Malah, dua diantaranya dijebloskan ke penjara. 2<br />
Dalam catatan <strong>Elsam</strong> 3 , kemajuan penting lain dalam kurun waktu belakangan<br />
adalah adanya prosedur legal formal pembuatan undang-undang menunjukkan<br />
hal menggembirakan –meski implementasinya seringkali berbuah sebaliknya.<br />
Revisi atas undang-undang peninggalan kolonial Belanda, Kitab Undang-Undang<br />
Hukum Pidana yang dirintis pemerintah merupakan hal yang positif. Hanya saja,<br />
draft perubahannya mengandung sejumlah bahaya. Antara lain, adanya<br />
kriminalisasi yang berlebihan (over criminalization) karena politik kriminal yang<br />
terdapat dalam rancangan itu banyak mengancam hak dasar manusia. Sejumlah<br />
tindak pidana baru yang ada di dalamnya juga dinilai terlalu masuk ke wilayah<br />
privat.<br />
Otonomi daerah juga merupakan salah satu buah positif dari reformasi 1998.<br />
Dengan payung Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah<br />
Daerah, sejumlah kewenangan kini tak lagi berada di tangan pemerintah pusat di<br />
Jakarta. Sebagian langsung berada di tangan pemerintah daerah. Semangat dari<br />
kebijakan ini adalah untuk semakin mendekatkan dan memperbaiki pelayanan<br />
publik. Hanya saja, ekses negatif yang menyertainya berdampak pada<br />
pelaksanaan hak asasi manusia. Sebab, otonomi daerah itu juga melahirkan<br />
sejumlah kebijakan berupa peraturan daerah yang “bermasalah”. Antara lain,<br />
berupa peraturan daerah yang bernuansa agama, yang dalam rekaman <strong>Elsam</strong><br />
sekurangnya ada 13 di seluruh Indonesia.<br />
Belum lagi soal mulai maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi seiring<br />
dengan pelaksanaan kepala daerah secara langsung. Sejak tahun 2005, bupati,<br />
walikota, dan gubernur, mulai dipilih secara langsung layaknya pemilihan<br />
presiden. Salah satu eksesnya, benturan kerap terjadi seiring dengan<br />
pelaksanaan pemilihannya. Kasus-kasus kekerasan akibat sengketa pemilihan<br />
2 Dua wartawan yang masuk penjara karena kasus pencemaran nama baik adalah bekas Pemimpin Umum<br />
Radar Jogja Risang Bima Wijaya dan bekas Pemimpin Redaksi Tabloid Oposisi, Medan, Dahri Uhum<br />
Nasution. Risang Bima Wijaya diadili karena kasus pencemaran nama baik yang diajukan pemilik harian<br />
Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, Wonohito, karena berita dugaan pelecehan seksual. Risang divonis enam<br />
bulan penjara. Ia ditangkap Kepolisian Resor Bangkalan, Madura, 9 Desember 2007. Setelah itu, ia dibawa<br />
secara paksa oleh aparat Kejaksaan Negeri Sleman ke Yogyakarta untuk dijebloskan ke penjara. Dahri<br />
Uhum Nasution diadili karena gugatan pencemaran nama baik yang diajukan bekas Rektor Universitas<br />
Islam Sumatera Utara. Gugatan itu terkait berita dugaan korupsi bekas rektor itu yang dimuat tabloid<br />
tersebut. Pada 23 Oktober 2007, Dahri dieksekusi oleh kejaksaan. Ia dijebloskan ke penjara.<br />
3 <strong>Elsam</strong>, <strong>Catatan</strong> Awal <strong>Tahun</strong> 2008 <strong>Elsam</strong>: Hak Asasi Manusia Miskin Dukungan Politik, Jakarta, 2008.<br />
59