Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005Bahan BacaanMateri : Komnas HAMMasa kerja KPP HAM terhitung sejak 23September 1999 sampai akhir Desember1999, yang kemudian diperpanjang hingga31 Januari 2000 dengan SK Ketua KomnasHAM No. 857/TUA/XII/99 tanggal 29Desember 1999. Wewenang KPP-HAMberdasarkan Undang Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 89 (3)dan Perpu No. 1 Tahun 1999 tentangPengadilan Hak Asasi Manusia Pasal 10 dan11 adalah : melakukan penyelidikan danpemeriksaan terhadap dugaan terjadinyapelanggaran hak asasi manusia di TimorTimur, meminta keterangan pihak-pihakkorban, memanggil dan memeriksa saksisaksi,mengumpulkan bukti dan memeriksaberbagai tempat termasuk bangunan yangperlu bagi penyelidikan dengan persetujuanKetua Pengadilan. Di samping itu, KPP-HAM berwenang memeriksa dan memintadokumen-dokumen instansi yangdiperlukan bagi penyelidikan denganpersetujuan Ketua Pengadilan, memberikanperlindungan bagi saksi dan korban sertamengolah dan menganalisa fakta yangditemukan untuk kepentingan penuntutandan publikasi.Laporan hasil penyelidikan oleh KPP HAMdiserahkan kepada Komnas HAM danselanjutnya Komnas HAM menyerahkankepada Kejaksaan Agung guna penyidikandan penuntutan ke Pengadilan Hak AsasiManusia. KPP HAM terdiri dari 9 oranganggota, 5 orang anggota Komnas HAMdan 4 orang aktivis hak asasi manusia. KPP-HAM dibantu oleh tim asistensi terdiri dari :13 orang asisten penyelidik, 14 oranganggota sekretariat dan 3 orang narasumber.KPP HAM melakukan penyelidikanlapangan sebanyak 6 kunjungan ke KupangNTT, 3 kunjungan ke Timor Timur dan 1kegiatan penggalian kuburan massal diNTT. Proses penggalian kuburan dilakukandengan mengikutkan tim ahli forensik.Selain memeriksa bukti dan tempat-tempatkejadian, KPP HAM juga mengumpulkaninformasi baru, wawancara dengan 55 orangsaksi korban, wawancara saksi sebanyak 23orang dan pemeriksaan terhadap 45 orangyang memiliki kaitan dengan pelanggaranhak asasi manusia.Berdasarkan fakta, dokumen, keterangandan kesaksian dari berbagai pihak, KPPHAM tak hanya menemukan tindakan yangdapat digolongkan sebagai pelanggaranberat hak asasi manusia atau ‘gross violationof human rights’ yang menjadi tanggungjawab negara (state responsibilities), namundapat dipastikan, seluruh pelanggaran berathak asasi manusia itu dapat digolongkan kedalam universal jurisdiction. Yaitu mencakuppembunuhan, pemusnahan, perbudakan,pengusiran dan pemindahan paksa sertalain-lain tindakan tidak manusiawi terhadappenduduk sipil, ini adalah pelanggaranberat atas hak hidup (01 : the right to life),hak atas integritas jasmani (02 : the right topersonal integrity), hak akan kebebasan (03 :the right to liberty) hak akan kebebasanbergerak dan bermukim (05 : the right ofmovement and to residance), serta hak milik(13 : the right to property) sebagaimanatampak dalam Tabel berikut.Pembunuhan massal dan sistematisTerdapat cukup banyak keterangan danbukti-bukti, telah terjadi berbagai tindakkekerasan dan upaya pembunuhanterhadap sejumlah orang atas dasar alasanalasanpolitik maupun bentuk-bentukdiskriminasi lainnya, berlangsung kejamdan brutal serta extra-judicial. Kasuspembunuhan itu terjadi di pemukimanpenduduk sipil, di gereja, termasuk dipenampungan pengungsi di markas militerdan polisi.Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 21
Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005Bahan BacaanMateri : Komnas HAMPenyiksaan dan PenganiayaanHampir dalam setiap kasus tindakkekerasan yang dilakukan anggota TNI,Polri dan milisi, terdapat bukti-buktitentang penyiksaan dan penganiayaanterhadap penduduk sipil yang memilikikeyakinan politik berbeda. Sebelum prosesjajak pendapat, penganiayaan dilakukanoleh milisi terhadap warga sipil yangmenolak untuk bergabung atau menjadianggota milisi. Sesudah pengumuman jajakpendapat, penganiayaan merupakan bagiandari tindakan teror dan ancamanpembunuhan yang terjadi dalam setiappenyerangan, penyerbuan dan pemusnahanprasarana fisik, termasuk berbagai kasuspenyergapan terhadap iring-iringanpengungsi.Penghilangan PaksaPenghilangan paksa (enforced disappearances)terjadi sejak diumumkannya dua opsi.Warga penduduk sipil yang berseberangankeyakinan politiknya telah diintimidasi,diancam dan dihilangkan. Penghilanganpaksa ini dilakukan oleh kelompokkelompokmilisi yang diduga memperolehbantuan dari aparat keamanan dengan caramenculik atau menangkap untuk kemudianbeberapa diantaranya dieksekusi seketika(summary execution).Kekerasan berbasis GenderKasus-kasus kekerasan terhadapperempuan yang dihimpun oleh KPP-HAMmenyangkut penyiksaan, pemaksaanperempuan di bawah umur melayanikebutuhan seks para milisi, perbudakanseks dan perkosaan. Perkosaan terhadapperempuan Timor Timur memiliki bentuk :(a) seorang pelaku terhadap satuperempuan, (b) lebih dari satu pelakuterhadap satu perempuan, (c) lebih dari satupelaku terhadap sejumlah perempuansecara bersamaan di satu lokasi, dan (d)penggunaan satu lokasi tertentu dimanatindak perkosaan dilakukan secara berulangkali.Pemindahan penduduk secara paksaKeterangan dan bukti-bukti yang diperoleholeh KPP HAM menunjukkan terdapat duapola pemindahan penduduk sipil secarapaksa. Yaitu pengungsian yang terjadisebelum jajak pendapat karena intensitaskekerasan yang meningkat sebagai akibatdari pembentukan kelompok-kelompokmilisi. Sesudah pengumuman hasil jajakpendapat, milisi dan anggota TNI, Polri,melakukan tindakan kekerasan danmemaksa penduduk meninggalkanpemukimannya.PembumihangusanKPP HAM di Timor Timur telahmenemukan bukti bahwa telah terjadi suatupengrusakan, penghancuran danpembakaran secara massal, terencana dansistematis di berbagai kota seperti Dili, Suai,Liquisa, dll. Pembumihangusan inidilakukan terhadap rumah-rumahpenduduk, kebun dan ternak, toko, warung,penginapan dan gedung-gedungperkantoran, rumah ibadah, saranapendidikan, rumah sakit, dan prasaranaumum lainnya, serta instalasi militermaupun polisi. Diperkirakan tingkatkehancuran mencapai 70-80%.Seluruh rangkaian kejahatan terhadapkemanusiaan tersebut merupakan tanggungjawab tiga kelompok pelaku, yakni :• Para pelaku yang secara langsungberada di lapangan yakni para milisi,aparat militer dan kepolisian;• Mereka yang melaksanakanpengendalian operasi termasuk, tetapitidak terbatas pada aparat birokrasi sipilterutama para Bupati, Gubernur danpimpinan militer serta kepolisian lokal;• Pemegang tanggung jawab kebijakankeamanan nasional, termasuk tetapitidak terbatas pada, para pejabat tinggiLembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, ELSAM 22
- Page 1 and 2: Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk
- Page 4 and 5: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 6: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 10 and 11: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 12 and 13: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 14: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 17 and 18: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 19 and 20: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 21: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 25 and 26: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 27 and 28: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 29 and 30: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 31 and 32: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 33 and 34: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 35 and 36: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B
- Page 37: Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005B