28.02.2013 Views

indonesia0213ba_ForUpload

indonesia0213ba_ForUpload

indonesia0213ba_ForUpload

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kementerian Agama dibentuk pada 1946, dan kendati banyak programnya dirancang<br />

mengurusi Islam, ia adalah departemen dengan ragam agama. Sekarang ini ia terbagi<br />

menjadi tujuh direktorat jenderal. 122 Tiga direktorat berurusan dengan kalangan Muslim—<br />

apa yang disebut “bimbingan masyarakat” Islam, pengelolaan haji, dan pendidikan Islam.<br />

Sementara yang lain masing-masing mengurusi “bimbingan masyarakat” Protestan,<br />

Katholik, Hindu, dan Buddha. 123<br />

Kementerian Agama kini memiliki kantor cabang di tiap provinsi dan kabupaten dan, pada<br />

2011-2012, menelan anggaran Rp 37,3 trilyun. 124 Ini alokasi anggaran terbesar keempat di<br />

antara departemen pemerintah setelah Kementerian Pertahanan (Rp 64,4 trilyun),<br />

Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 61,2 trilyun), dan Kementerian Pendidikan (Rp 57,8<br />

trilyun). Anggaran Kementerian Agama lebih besar dari Kepolisian Indonesia atau<br />

Kementerian Kesehatan. Kementerian Agama juga mengendalikan alokasi dana dari<br />

keberangkatan haji tahunan (Rp 32 trilyun pada 2010). Bila kedua sumber dana itu digabung,<br />

Kementerian Agama mengontrol lebih besar dana dari departemen mana pun di Indonesia.<br />

Pada 2010, Kementerian Agama mempekerjakan sekira 230.000 pegawai, naik 15 persen<br />

dari 200.000 pada 2007. Ia mengelola 1.675 sekolah dasar, 1.418 sekolah menengah, 748<br />

sekolah atas, dan 20 perguruan tinggi. 125<br />

Waligereja Indonesia (KWI). “Umat Protestan dan Katholik di Indonesia menerima dukungan substansial dari misi luar negeri<br />

dan internasional yang juga punya akses langsung ke kawasan Indonesia … Hanya umat Muslim yang merasa perlu<br />

departemen itu,” tulisnya. Lihat Deliar Noer, Administration of Islam in Indonesia (Jakarta: Equinox, 2010) hal. 23.<br />

122 Selama pemerintahan Presiden Suharto, Menteri Agama pada saat itu dipimpin sarjana Muslim yang dihormati termasuk<br />

Mukti Ali (1973-1978), Munawir Sjadzali (1988-1993), dan Quraish Shihab (1998). Mereka tak mengeluarkan aturan<br />

diskriminatif dan berfokus mengadakan riset tentang kehidupan beragama di Indonesia. Banyak sarjana ini meninggalkan<br />

kementerian lebih dari satu dekade terakhir. Pada 2002, Komaruddin Hidayat dari Universitas Islam Negeri Jakarta menulis<br />

surat pada Menteri Agama agar mengubah diri dari “departemen sektarian,” yang disokong para Muslim, guna menjadikan<br />

lembaga yang memperlakukan semua keyakinan dengan setara. Djohan Effendi, yang bertindak sebagai kepala divisi<br />

penelitian di kementerian, berkata. “Kementerian menjadi negara di dalam negera. Ia sekan-akan mampu mengurusi banyak<br />

hal tapi sesungguhnya telah gagal.” Lihat Luthfi Assyaukanie, Ideologi Islam Dan Utopia: Tiga Model Negara Demokrasi Di<br />

Indonesia (Jakarta: Freedom Institute, 2011).<br />

123 Situsweb Kementerian Agama bagian struktur dan direktorat jenderal kementerian, http://kemenag.go.id/ (diakses 3<br />

Maret 2012).<br />

124 “Ini 7 Kementerian dan Lembaga dengan Alokasi Anggaran Terbesar,” Metro TV, 16 Agustus 2011<br />

(http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/08/16/134207/Ini-7-Kementerian-dan-Lembaga-dengan-Alokasi-Anggaran-<br />

Terbesar (Diakses 23 Juni 2012).<br />

125 Kementerian Agama: Kemenag dalam Angka 2011<br />

(http://kemenag.go.id/file/dokumen/KEMENAGDALAMANGKAupload.pdf (diakses 3 Maret 2012). Sekolah Dasar, sebutan<br />

untuk pengelolaan sekolah di bawah Kementerian Pendidikan, disebut Madrasah Ibtidaiyah di bawah manajemen<br />

Kementerian Agama. Begitupun Madrasah Tsanawiyah (SMP) dan Madrasah Aliyah (SMA). Kampus di bawah Kementerian<br />

Agama biasanya bernama Institut Agama Islam Negeri.<br />

ATAS NAMA AGAMA 40

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!