28.02.2013 Views

indonesia0213ba_ForUpload

indonesia0213ba_ForUpload

indonesia0213ba_ForUpload

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

mengajukan KTP. 237 Pasangan dari beda agama juga menghadapi kesulitan ekstra saat<br />

hendak menikah karena KTP dan Kartu Keluarga mereka memperlihatkan beda agama. 238<br />

Pada 2006, parlemen Indonesia mengesahkan Undang-Undang Administrasi<br />

Kependudukan, yang menetapkan bahwa setiap orang tak harus memuat keterangan<br />

agama di KTP mereka. 239 Tapi realitasnya sungguh berbeda. Banyak petugas catatan sipil<br />

masih belum tahu undang-undang baru. Penganut minoritas agama menghadapi berbagai<br />

kendala jika mereka menolak memilih salah satu dari enam agama yang diakui secara<br />

resmi oleh pemerintah. “Mereka langsung menyebut Anda sebagai perempuan tak<br />

bertuhan jika Anda tetap ingin mengosongkan kolom agama,” ujar Dewi Kanti, penganut<br />

Sunda Wiwitan, yang tak mengisi kolom “agama.” 240<br />

Di Manis Lor, kabupaten Kuningan, kampung Ahmadiyah terbesar di Jawa, seorang lelaki<br />

Ahmadiyah berusia 34 tahun berkata pada Human Rights Watch bahwa pasangan muda<br />

Ahmadiyah di daerahnya menerima hambatan administratif untuk menikah. Ada sekitar<br />

3.000 keluarga Ahmadiyah di Manis Lor, 45 kilometer dari selatan Cirebon, kota utama di<br />

Jawa Barat. Pasangan muda seringkali harus pergi ke Cirebon atau Jakarta untuk mendaftar<br />

pernikahan, harus berpura-pura pindah tempat tinggal dan mendaftar ulang KTP baru,<br />

karena pihak berwenang Kuningan menolak mencatat pernikahan pasangan Ahmadiyah.<br />

Pria itu berkata bahwa, dalam upaya mendaftar pernikahan dia di Manis Lor pada 2010,<br />

pihak berwenang Kuningan memberitahu dia bahwa pemerintah daerah Kuningan secara<br />

resmi menginstruksikan Kantor Urusan Agama Islam di Manis Lor untuk tidak menerima<br />

setiap pernikahan Ahmadiyah. Dia terpaksa menikah di tempat lain:<br />

Saya juga mengadakan pesta pernikahan diam-diam dengan hanya<br />

diramaikan anggota keluarga sendiri. Kami takut tetangga akan<br />

melaporkan pernikahan kami. 241<br />

237 IzakLattu, “Violence against indigenous religions,” The Jakarta Post, 1 Maret 2012,<br />

http://www.thejakartapost.com/news/2012/01/03/violence-against-indigenous-religions.html<br />

238 Human Rights Watch mendokumentasikan laporan tentang isu serupa soal KTP di Mesir. Lihat, “Egypt: Allow Citizens to List Actual<br />

Religion on ID Cards,” 11 November 2007, http://www.hrw.org/news/2007/11/11/egypt-allow-citizens-list-actual-religion-id-cards<br />

239 UU Administrasi Kependudukan, ketentuan penuh pada pasal 64.<br />

240 Wawancara Human Rights Watch dengan Dewi Kanti di Jakarta pada 11 Juni 2012.<br />

241 Wawancara Human Rights Watch dengan pria Ahmadiyah (nama dirahasiakan) dari Manis Lor, di Jakarta pada 16<br />

September 2011. Dia menunjukkan akta pernikahannya pada Human Rights Watch.<br />

ATAS NAMA AGAMA 70

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!