02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Darah masih menetes perlahan-lahan tapi terus-menerus dari lobang<br />

hitam bekas mata Saksi Mata yang berdiri seperti patung di ruang<br />

pengadilan. Darah mengalir di lantai ruang pengadilan yang sudah dipel<br />

dengan karbol. Darah mengalir memenuhi ruang pengadilan sampai<br />

luber melewati pintu menuruni tangga sampai ke halaman.<br />

Tapi orang-orang tidak melihatnya.<br />

..........................................................<br />

***<br />

Dalam perjalanan pulang, Bapak Hakim yang mulia berkata pada<br />

sopirnya.<br />

"Bayangkanlah betapa seseorang harus kehilangan kedua matanya<br />

demi keadilan dan kebenaran. Tidakkah aku sebagai hamba hukum<br />

mestinya berkorban lebih besar lagi?"<br />

Sopir itu ingin menjawab dengan sesuatu yang menghilangkan rasa<br />

bersalah, semacam kalimat, "Keadilan tidak buta." Namun Bapak Hakim<br />

yang Mulia telah tertidur dalam kemacetan jalanan yang menjengkelkan.<br />

Darah masih mengalir perlahan-lahan tapi terus-menerus sepanjang<br />

jalan raya sampai kota itu banjir darah. Darah membasahi segenap<br />

pelosok kota bahkan merayapi gedung-gedung bertingkat sampai tiada<br />

lagi tempat yang tidak menjadi merah karena darah. Namun ajaib,<br />

tiada seorang pun melihatnya.<br />

Ketika hari sudah menjadi malam, Saksi Mata yang sudah tidak<br />

bermata itu berdoa sebelum tidur. Ia berdoa agar kehidupan di dunia<br />

yang fana ini baik-baik saja adanya, agar segala sesuatu berjalan dengan<br />

mulus dan semua orang berbahagia.<br />

Pada waktu tidur lagi-lagi ia bermimpi, lima orang berseragam ninja<br />

mencabut lidahnya -- kali ini menggunakan catut. <br />

L atihan 5.3<br />

Jakarta, 4 Maret 1992<br />

Sumber: Saksi Mata, Seno Gumira Ajidarma, 1994<br />

Kerjakan latihan berikut bersama teman kelompok belajar kalian!<br />

1. Analisislah standar budaya yang terdapat pada cerpen di atas!<br />

2. Bagaimana tanggapan kalian terhadap gambaran<br />

masyarakat yang terdapat di dalam cerpen?<br />

3. Mengapa cerpen “Saksi Mata” dapat dianggap sebagai<br />

karya sastra penting pada periodenya?<br />

Mengisi Hidup dengan Berkreasi 109

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!