02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Terbayang oleh Markum peristiwa seminggu yang lalu. Anaknya,<br />

Bodin, menangis karena dimarahi Ibu Kiki. Waktu itu Bodin mendorong<br />

sepeda yang dinaiki Kiki, atas perintah Kiki. Bodin akan diberi pinjam.<br />

Agaknya Bodin begitu bersemangat mendorong sepeda Kiki, sehingga<br />

Kiki tak bisa menguasai, lalu terjatuh. Ia tahu persis, Bodin anak yang<br />

baik. Pasti bukan dengan sengaja hendak mencelakakan Kiki atau<br />

karena merasa iri Kiki punya sepeda. Kalau saja mengikuti hawa nafsu,<br />

ia ingin langsung mendatangi rumah orang tua Kiki. Ingin<br />

mendampratnya, biar mereka tahu bahwa ia bukan pengecut. Biar<br />

semua tahu bahwa, waktu muda, ia adalah seorang jagoan yang ditakuti.<br />

Bahkan hatinya begitu sedih bila mengingat sudah lama Bodin<br />

merengek minta dibelikan sepeda.<br />

“Sampai kapan pun Bapak takkan mampu memenuhi<br />

permintaanmu. Din! Kerja Bapak hanya sebagai ronda malam!” bisik<br />

hati Markum, sambil menatap wajah anaknya yang berusia lima tahun<br />

itu dengan mata berkaca-kaca.<br />

“Ya, aku mesti berbuat sesuatu, Imah!” Tekad Markum makin<br />

mantap. Pandangannya dialihkan kepada istrinya. Markum menghela<br />

napas panjang, “Terlalu lama aku membuatmu menderita, Imah! Aku<br />

telah banyak berbuat untuk menyelamatkan harta orang lain, tapi aku<br />

tidak pernah mendapatkan, imbalan apa-apa, karena mereka sudah<br />

merasa cukup dengan membayar iuran ronda.”<br />

Markum masih berdiri, seperti terpaku seakan sulit untuk beranjak<br />

dari tempatnya. Kemudian, Markum memandang sekeliling, sebuah<br />

ruangan sempit, kamar tidur yang pengap diterangi lampu sepuluh watt.<br />

Rumah yang ditempati Markum memang sebuah rumah kecil.<br />

Isinya terdiri atas satu kamar tidur dan satu ruang tamu, bergandengan<br />

dengan sekolah taman kanak-kanak. Markum telah mendapat<br />

kepercayaan untuk tinggal di rumah itu, dengan tugas merawat dan<br />

menjaga gedung taman kanak-kanak.<br />

Markum tersentak ketika mendengar bunyi tiang listrik dipukul.<br />

Yang memukul tiang listrik itu pasti dua orang temannya, Hamid dan<br />

Jufri. Ia sendiri siang tadi sudah minta izin karena tidak bisa meronda.<br />

Tadi siang, ketika ia hendak menagih iuran ronda ke rumah Pak<br />

Karjo, direktur sebuah perusahaan, yang menyambut hanya pembantu<br />

wanitanya saja. Menurut keterangan pembantu wanita itu, Pak Karjo<br />

sekeluarga sedang bepergian ke luar daerah, dan rencana pulangnya<br />

besok pagi.<br />

Mengisi Hidup dengan Berkreasi 115

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!