02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Malam<br />

Berkata laut kepada malam: O, gelita,<br />

yang jauh meresap ke dasar hatiku,<br />

apa kau pinta daripadaku O, gelita?<br />

Bila semua tertidur di pangkuanmu,<br />

kenapa dengan keras dan angkuh, lemah<br />

keluhmu engkau sampaikan kepadaku?<br />

Berkata hati kepada malam: O, gelita<br />

yang menekan berat dan merasuki daku,<br />

kenapa aku dan caya kau pisah, O, gelita?<br />

Jika untuk kebenaran, jiwaku terjaga,<br />

kenapa daripadanya kau renggut pandangku;<br />

kenapa bila aku ingin damai, kubur kau sedia?<br />

Kengerian dari pati gelita<br />

diam mencamkan genggamnya di hati;<br />

ia pudar terhampar menutup lautan.<br />

Kabut yang menari dalam gelita<br />

lautan, selalu saja mengeluh; tak bosanbosannya<br />

dan tiada henti berjuang hati.<br />

Elegi-elegi Hollywood<br />

Karya: Mario Rapaisardi<br />

Sumber: Puisi Dunia, Terjemahan Taslim Ali,<br />

Balai Pustaka 1993, hlm. 186<br />

I<br />

Desa Hollywood dirancang dengan konsep surga<br />

Mereka sendiri. Di sini mereka telah menyimpulkan<br />

Bahwa Tuhan yang perlu surga dan neraka, sebetulnya<br />

Tak perlu merancang dua lembaga, cukup satu saja<br />

Yaitu surga. Dan bagi mereka yang miskin dan gagal<br />

Ia berfungsi sebagai neraka<br />

130 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!