02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kebiasaan seperti ini mengingatkan aku kepada penuturan<br />

Sri Sultan Hamengkubuwono IX almarhum yang pernah<br />

kudengar sendiri, dan Prof. Priyono 29 tahun yang lalu.<br />

Tentang hal ini Prof. Priyono pernah berkata, "Menurut<br />

saudara Hendromartono, seorang pemimpin pergerakan kaum<br />

buruh Indonesia, Ki Hajar Dewantara adalah Krishna penjelmaan<br />

Wishnu bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bagi<br />

saya, Ki Hajar bukan hanya Wishnu-Krishna, tetapi adalah juga<br />

Wishnu-Rama; dan sebagai Shintanya adalah Nyi Hajar<br />

Dewantara".<br />

Apakah yang terjadi padaku saat mendengar kata orang yang<br />

mengenal orang tuaku? Bangga! Akan tetapi juga ngeri! Tidak<br />

jarang pada saat seperti itu terlintas dalam pikiranku alangkah<br />

bahagia hatiku, bila Ayah-Bunda adalah orang-orang biasa yang<br />

tidak dikenal orang. Dengan demikian tidak akan ada beban<br />

kehormatan nama yang harus kutanggung seumur hidupku. Akan<br />

tetapi ini adalah kerinduan terhadap sesuatu yang muskil.<br />

Semasa hidup, Bunda pernah berkata kepadaku mengenai<br />

perjalanan hidup dan perjuangan Ayah, "Ibarat planet-planet<br />

langit yang sudah ditetapkan edarnya oleh Tuhan Semesta Alam,<br />

jalan hidup Bapakmu sudah ditetapkan-Nya pula".<br />

"Sejak kecil aku mempunyai bakat mistik-religius. Akan<br />

tetapi karena aku harus menjadi kawan hidup yang sebaikbaiknya<br />

bagi Bapakmu, kemudian aku mulai belajar politik;<br />

lambat laun kuabaikan bakatku sendiri. Aku dapat merasakan<br />

intuisiku, bahwa aku memang dilahirkan untuk mengabdikan<br />

diriku kepada seorang yang terpanggil untuk kepentingan<br />

Kemanusiaan dan Perjuangan Bangsa Indonesianya," kata Bunda.<br />

Pernyatan Bunda yang mistik ini sangat penting, karena<br />

kenyataannya ada juga orang, walau tak banyak, berpendapat<br />

bahwa Ki Hajar Dewantara berangkat dari suatu kekecewaan.<br />

Pendapat yang demikian ini umumnya sangat dipengaruhi<br />

catatan J.B. Barnt Buys (1930) yang pernah mengungkap<br />

terputusnya "Dinasti Tiga Keturunan Pertama" kerabat Aristokrat<br />

Pakualam sesudah Sri Paku Alam ke III mangkat (1864), dan<br />

beliau tidak digantikan oleh Pangeran Suryaningrat (putra<br />

sulung), atau putra sang Adipati yang mana pun. (Pangeran<br />

Suryaningrat adalah ayah R.M. Suwardi/Ki Hajar Dewantara).<br />

6 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!