15.02.2014 Views

LAPORAN AKHIR TIM PENGKAJIAN HUKUM TENTANG HAK DAN ...

LAPORAN AKHIR TIM PENGKAJIAN HUKUM TENTANG HAK DAN ...

LAPORAN AKHIR TIM PENGKAJIAN HUKUM TENTANG HAK DAN ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

pada jenis obat yang sama, dan hanya produsennya<br />

berbeda, tenaga farmasi harus menghubungi dokter untuk<br />

menanyakan hal itu.<br />

Khusus untuk pemberian obat jenis narkotika<br />

dengan golongan yang tinggi, dan penggunaannya harus<br />

diawasi secara ekstra ketat, tenaga farmasi dimungkinkan<br />

menanyakan langsung pada dokter yang memberikan resep<br />

ataupun mencoba mengingatkan dokter tentang resep<br />

tersebut. Karena hal ini dapat terjangkau dengan Undangundang<br />

Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Bahkan<br />

perlu memperhatikan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997<br />

tentang Psikotropika.<br />

Berkenaan dengan semakin banyaknya produkproduki<br />

farmasi yang beredar di tengah masyarakat sesuai<br />

era perdagangan bebas, tenaga farmasi harus mencermati<br />

peredaran produk farmasi tersebut, apakah berbahaya bagi<br />

ummat manusia, khususnya di Indonesia. Dan sesuai<br />

dengan profesinya, serta sebagai tanggung jawab pada<br />

masyarakat Indonesia, diharapkan merespon dan<br />

melaporkan pada pihak Badan Pengawasan Obat dan<br />

Makanan (BPOM).<br />

Kebebasan dan tanggung jawab profesi tenaga<br />

farmasi justru dibatasi oleh tenaga farmasi sendiri. Namun<br />

berkenaan bahwa Negara Indonesia adalah sangat luas<br />

serta masih sangat banyak daerah yang tidak terjangkau<br />

pelayanan kesehatan secara minimal, tenaga farmasi<br />

menengah (lulusan asisten apotiker), terkadang sangat<br />

berperan di daerah tersebut. Sehingga, dari situasi dan<br />

kondisi yang bersifat kedaruratan, tanggung jawab tenaga<br />

farmasi dapat disimpangi. Namun harus dilihat apakah<br />

standar pelayanan minimal dan etika profesi, dapat<br />

mendukung tenaga farmasi pada waktu itu.<br />

G. Aspek Peraturan Perundang-undangan<br />

Tenaga kesehatan, yang dalam konteks ini dibatasi<br />

pada profesi tenaga medis (dokter, dan dokter gigi, perawat<br />

dan bidan, serta tenaga farmasi) merupakan unsur strategis<br />

dalam pelayanan kesehatan, termasuk upaya<br />

penyembuhan, pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.<br />

Sebagai perwujudan pengamalan Negara hukum<br />

yang mensejahterakan masyarakat (welfare state), tenaga<br />

kesehatan telah dilindungi melalui berbagai peraturan<br />

perundang-undangan. Namun demikian peraturan<br />

perundang-undangan berupa berbagai undang-undang<br />

tersebut, baik itu Udnang-undang Nomor 36 Tahun 2009<br />

tentang Kesehatan dan Undang-undang Nomor 44 Tahun<br />

2009 Tentang Rumah Sakit, serta beberapa undang-undang<br />

lain, belum ada peraturan pelaksanaannya berupa Peraturan<br />

Pemerintah (PP). sehingga, disamping sangat mengganggu<br />

profesi tenaga kesehatan, juga membatasi serta tidak<br />

adanya jaminan kepastian hukum.<br />

Profesi tenaga kesehatan di Indonesia, juga tidak<br />

dapat melepaskan diri dari hal-hal yang bersifat administratif.<br />

Diantaranya berkenaan dengan diundangkannya Undang-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!