to continue.... - Khadijah Mosque

302 Hakikat Tawassul dan Wasilahkepada perbahasan tentang hidup para syuhada’ di kubur-kuburmereka.Kata ‘syahid’ boleh bermakna maf’ul. Dari yang bermaknafa’il didapatkan keterangan dari An-Nadhar bin Syamil bahawaorang yang mati syahid itu hidup. Sebab, yang tadinya hidupmenjadi syahid atau masyahid dari keadaan sekitarnya. Dansyahid itu hidup kembali setelah terbunuh.Berdasarkan batasan ini, maka menurut syariat seorangyang syahid ditetapkan dalam keadaan hidup. Ini adalah maknasyahid dengan pengertian fa’il. Mereka akan menjadi saksi atasumat yang hidup sekarang ini pada hari kiamat, juga menjadisaksi tentang kelembutan dan rahmat Allah.Sedangkan syahid yang bererti maf’ul, maka MalaikatRahmat akan hadir dan mengangkat ruhnya kepada kedudukanyang kudus. Semua makna ini wujud di dalam hak RasulullahSallallahu ‘alaihi wa sallam.Para ulama sudah sepakat bahawa syahid itu hidup, sepertiyang telah dijelaskan Al Qur’an dalam ayat yang lalu, juga dalamsurah Al Baqarah. Yang menjadi perselisihan dalam hal iniadalah, apakah kehidupan itu bersifat hakiki, atau majazi?Apabila hakiki, apakah hal itu terjadi sekarang, atau setelahhari kiamat nanti? Apabila terjadi sekarang, apakah kehidupanitu bagi ruh saja atau dengan jasadnya?Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, yang paling lemahadalah yang menyatakan bahawa para syuhada’ itu hidup setelahhari kiamat, bukan saat ini. Pendapat seperti ini bathil, sebabfirman Allah menyatakan:‘…bahkan mereka itu orang-orang yang hidup (dengankeadaan hidup yang istimewa), tetapi kamu tidak dapatmenyedarinya…’(Al-Baqarah : 154)Perlu dibahas oleh kaum Mukminin, mengapa mereka tidakmenerima kenyataan bahawa orang-orang yang terbunuh di jalanKandungan