<strong>Keluar</strong> <strong>Jalur</strong> Keadilan Transisi di Indonesia Setelah Jatuhnya Soehartokejahatan yang dilakukan di Timor Timur pada tahun 1999, 41 pemerintah Indonesia dan Timor-Leste pada bulan Agustus 2005 membentuk komisi kebenaran bilateral yang disebut KomisiKebenaran dan Persahabatan (KKP). KKP, terdiri dari sepuluh Komisaris (5 dari masing-masingnegara), didukung oleh sekretariat yang anggotanya sebagian besar ditunjuk dari KementrianLuar Negeri Indonesia. Pendirian komisi yang melibatkan lebih dari satu negara merupakan halyang baru pertama kali terjadi.KKP tidak diberi mandat untuk melakukan penelitian sendiri. KKP diberi tugas untuk meninjautemuan dari empat mekanisme sebelumnya yaitu: Panel Khusus untuk Kejahatan Berat di Dili,pengadilan ad hoc di Jakarta yang mendapat kritik dari masyarakat sipil, hasil penyelidikanKPP-HAM Timor Timur, dan laporan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor-Leste (CAVR).Dari tinjauan ini, KKP ditugaskan untuk menemukan “kebenaran akhir” dari apa yang telahterjadi dan membuat rekomendasi untuk menjamin ketidakberulangan. Komisi juga memilikikekuatan untuk merekomendasikan amnesti bagi mereka yang “bekerja sama sepenuhnya untukmengungkap kebenaran” dan merekomendasikan rehabilitasi bagi mereka yang “dituduh secarasalah” sebagai pelaku kejahatan serius. 42 Mandat yang ganjil ini menyulut kritik dari kelompokJakarta, Indonesia. Masyarakat dan keluarga korban Peristiwa Mei 1998 memperingati Lima Tahun Tragedi 13-14 Meidi halaman Mal Klender, salah satu tempat kerusuhan yang menelan banyak korban jiwa. KOMPAS/Alif Ichwan41 Mekanisme yang dimaksud termasuk Pengadilan ad hoc di Jakarta dan penyelidikan kejahatan berat di Timor-Leste.42 Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP), Terms of Reference, Agustus 2005, pasal 14, http://www.deplu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=41 &l=en.www.kontras.org27
ICTJ - KontraSpembela HAM yang menilai bahwa proses KKP dimaksudkan untuk melanggengkan penolakanatas pertanggungjawaban pemerintah Indonesia . 43Walaupun tidak memiliki mandat untuk menyelenggarakan dengar pendapat, KKP tetapmelakukan hal tersebut. Namun <strong>for</strong>mat dengar pendapat ini justru memberikan kesempatankepada orang yang diduga menjadi pelaku untuk memberikan kesaksiannya dengan diliput olehtelevisi dan media secara luas tanpa disertai pemeriksaan silang atau dikonfrontir dengan buktibuktiyang berbicara sebaliknya yang dipegang oleh KKP. Komisi kebenaran dan rekonsiliasibiasanya memberi ruang kepada korban atau saksi untuk bicara dengan terbuka kepada publiktanpa sanggahan. Namun membiarkan orang yang diduga sebagai pelaku untuk menggunakanmodel ini sangatlah tidak biasa, bahkan tidak pantas.Banyak pihak yang sebelumnya mengecam KKP dan menganggapnya sebagai upaya cuci tanganmenjadi terkejut dengan laporan akhir KKP, yang menyebutkan temuan bahwa:• Kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk pembunuhan, penyiksaan, perkosaan danpemindahan paksa atau deportasi terjadi di seluruh wilayah di Timor Timur pada tahun 1999• Kejahatan ini tidak dilakukan secara spontan ataupun acak dan bukan merupakan tindakanbalas dendam• Pelaku utama kejahatan adalah kelompok milisi, yang menyasar para pendukungkemerdekaan. Milisi tersebut bertindak dengan dukungan dan keterlibatan militerIndonesia, polisi serta otoritas sipil• Dukungan militer, polisi dan penguasa sipil kepada kelompok milisi termasuk denganmemberikan uang, makanan dan persenjataan. Semua ini dilakukan secara sistematis,dengan pengetahuan bahwa kelompok yang menerima dukungan tersebut melakukanpelanggaran HAM berat.Laporan tersebut diterima oleh Presiden Timor-Leste dan Indonesia. Bagi Indonesia, penerimaanini memutarbalikkan sikapnya yang semula menolak pertanggungjawaban. Walaupun bukanbukan berita baru bagi rakyat Timor-Leste, kebanyakan rakyat Indonesia menganggap hal inisebagai sesuatu yang baru. Sebelumnya, rakyat Indonesia hanya mendengar penjelasan sepihakyang menyalahkan PBB dan kelompok pro-independen, sebagaimana yang ditayangkan berulangulangdalam beragam liputan di layar media televisi nasional. Namun temuan komisi ini jelasmenunjukkan bahwa penjelasan tersebut bias.Hal yang patut dicatat adalah penolakan KKP untuk merekomendasikan amnesti dengan alasanbahwa, “amnesti tidak akan konsisten dengan tujuan Komisi untuk memulihkan martabat43 Statemen bersama yang dikeluarkan oleh KontraS, ELSAM, Solidamor, HRWG, PBHI, Imparsial, PEC, ICTJ Indonesia,YLBHI, dan Forum Asia, “Commission of Truth and Friendship – A Stage Play <strong>for</strong> Human Rights Abusers (KomisiKebenaran dan Persahabatan – Panggung Permainan bagi Pelaku Pelanggaran HAM),” 23 Maret 2007, http://www.<strong>for</strong>um-asia.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=506.28 www.ictj.org