<strong>Keluar</strong> <strong>Jalur</strong> Keadilan Transisi di Indonesia Setelah Jatuhnya Soehartohukuman ringan dan dua orang komandan dirotasi dari posisinya. Tidak ada upaya untukmenginvestigasi dan mengadili siapapun untuk pertanggungjawaban komando. 121• Bulan November 2010, empat tentara diadili dalam pengadilan militer di Jayapura atastindakan penyiksaan terhadap tahanan sipil di Papua. Pengadilan dilakukan sebagai responatas perhatian internasional yang muncul karena sebuah video yang disebarluaskan di internetmenunjukkan dua orang asli Papua, Anggenpugu Kiwo dan Telangga Gire, disiksa dengankejam pada tanggal 30 Mei 2010, di Puncak Jaya Papua. 122 Namun, ketika pengadilan berjalanternyata pelaku dituduh melakukan penganiayaan ringan dalam sebuah insiden penyiksaanyang terpisah terhadap tahanan lainnya. 123 Kemarahan publik dan tekanan internasionalakhirnya mendorong proses pengadilan terhadap tiga orang dari Batalion 753 yang didakwa“tidak mematuhi perintah.” Tuntutan lebih serius tidak disampaikan oleh jaksa dengan alasantidak mendapatkan bukti dari korban yang tetap bersembunyi. 124Pada tahun 2000, MPR mengeluarkan sebuah ketetapan yang menyatakan bahwa aparat militerakan diadili di pengadilan pidana biasa untuk tindakan pelanggaran pidana yang diatur di dalamKUHP. 125 Ketetapan ini kemudian menjadi Pasal 65 (2) UU No. 34/2004 tentang TentaraNasional Indonesia (UU TNI). Namun, agar bisa menjalankan pasal ini, maka diperlukanperubahan juga dalam UU No 31/1997 tentang Pengadilan Militer. Perubahan ini belumjuga terjadi, walaupun enam tahun telah lewat sejak UU TNI disahkan. Sekali lagi, kurangnyakomitmen untuk perubahan di tingkatan tinggi pemerintah menihilkan dampak praktis bagiperubahan kebijakan dan hukum.3. Pengadilan PidanaSebagian besar proses pengadilan untuk pelanggaran HAM dalam skala masif telah digelar dipengadilan HAM atau pengadilan militer. Namun, ada juga beberapa kasus dimana pengadilanpidana biasa digunakan untuk mengadili kejahatan yang berkaitan dengan pelanggaran HAM.121 Tim Penyelidikan Pasuruan, Penembakkan Protes Damai Petani: Ongkos Kemanusiaan Bisnis TNI di Alas Tlogo, PasuruanJawa Timur, (3 September 2007), http://www.kontras.org/data/ALAS_TLOGO.pdf; “Warga Alas Tlogo Protes VonisPengadilan Militer,” Tempo Interaktif, 18 Agustus 2008, http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2008/08/18/brk,20080818-131290,id.html; Imparsial, Politik Militer Dalam Penguasaan Tanah: Belajar dari Tragedi Pasuruan 2007,(Februari 2009).122 Lihat Komnas HAM, Laporan tentang Kekerasan di Puncak Jaya, 22 Desember 2010, hal. 50.123 Bertempat kejadian di kampong Gurage 16 Maret 2010, korban bernama Kotoran Wonda dan Dipes Tabuni. Pengadilanmiliter menghukum Letnan Cosmos karena “secara sengaja membiarkan tentara untuk tidak mematuhi perintah. Diadinyatakan bersalah dan dihukum tujuh bulan penjara. Tiga tentara lainnya juga dinyatakan bersalah dan dihukum 5bulan penjara. “Soldiers Punished in ‘Red Herring’ Case,” Jakarta Post, (12 November 2010), http://www.thejakartapost.com/news/2010/11/12/soldiers-punished-%E2%80%98red-herring%E2%80%99-case.html124 Banjir Ambarita, Markus Junianto Sihaloho, dan Nivell Rayda, “Military Court Tries Soldiers Accused of Papua Torture(Pengadilan Militer Menyidangkan Tiga Tentara yang Dituduh Melakukan Penyiksaan terhadap Orang Papua),”Jakarta Globe, 14 Januari 2011, http://www.thejakartaglobe.com/home/military-court-tries-soldiers-accused-of-papuatorture/416894;“Papua ruling blasted as ‘miscarriage of justice’ (Putusan Papua Cacat Hukum),” The Jakarta Post,25 Januari 2011, http://www.thejakartapost.com/news/2011/01/25/papua-ruling-blasted-%E2%80%98miscarriagejustice%E2%80%99.html125 TAP MPR Nomor VII/MPR/2000www.kontras.org57
ICTJ - KontraSSalah satu contoh yang paling terkemuka adalah pengadilan kasus pembunuhan Munir, dimanatiga orang pejabat maskapai penerbangan dinyatakan bersalah dan seorang aparat intelijendibebaskan dalam proses pengadilan yang penuh kejanggalan (lihat kotak Pembunuhan Munir).Sistem peradilan sipil terbebani oleh praktik korupsi, ini membuat proses mengadili pelaku yangberkuasa atau kaya sangat sulit. Namun, untuk kasus-kasus dimana tindakannya tidak menjadibagian dari kejahatan masif yang sistematik, maka lebih tepat diadili di pengadilan pidana.Banyak kasus dimana pelanggaran yang terjadi dianggap tidak memenuhi unsur-unsur kejahataninternasional yang ada dalam UU 26 2000 (genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan) danakhirnya tidak diadili sama sekali. Situasi ini diperburuk dengan kenyataan bahwa kejahatanHAM yang berdiri sendiri seperti penyiksaan tidak masuk dalam mandat UU 26/2000, ataupundalam hukum pidana nasional. 1264. Pengadilan PerdataKarena kegagalan pengadilan HAM, pengadilan militer, dan pengadilan pidana dalam menuntutpertanggungjawaban pelaku, maka sebagian korban mencari jalan lain untuk mendapatkanpenyelesaian. Walaupun jarang ditempuh, ada korban yang telah mengajukan gugatan perdatauntuk menuntut kompensasi dan rehabilitasi. Hambatan dalam proses ini adalah sulitnyamendapatkan dasar hukum dan keenganan pengadilan untuk mengadili kasus-kasus yang dianggapkontroversial. (Lihat kotak Pembunuhan Munir dan Gugatan Perdata untuk Kasus 1965).Kotak 5: Gugatan Perdata untuk Kasus 1965Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta menggunakan sistem pengadilan perdata sebagaistrategi advokasi dengan menggugat lima orang mantan Presiden melalui sebuah classaction pada tahun 2005. Gugatan ini menuntut kompensasi dan rehabilitasi korbanpembantaian massal pada tahun 1965, dimana diperkirakan 500.000 sampai sejuta wargasipil di Indonesia dibunuh. Gugatan ini juga menuntut sebuah permintaan maaf tertulis,dibangunnya sebuah monumen untuk korban 1965, penulisan sejarah yang benar dalamkurikulum nasional, dan pencabutan peraturan-peraturan yang diskriminatif. Salah satutujuan dari gugatan ini adalah menghentikan diskriminasi yang berlanjut yang dialamikorban berkaitan hak-hak sipil dan politik mereka, hak kepemilikan tanah, akses padapekerjaan, dan kebebasan politik. Misalnya, Kartu Tanda Penduduk (KTP) para mantantahanan politik diberi tanda khusus, “ET (eks Tapol)” dan harus menunjukkan status inipada tiap polisi atau pejabat publik yang memeriksa KTP mereka. Namun, PengadilanJakarta Pusat membatalkan gugatan ini pada bulan September 2005 dengan alasan tidakadanya kewenangan pengadilan terhadap kasus ini.126 Amnesty <strong>International</strong>, Indonesia: Briefing to the UN Committee Against Torture (Indonesia: Laporan Ringkas KepadaKomite Anti Penyiksaan PBB), (April 2008).58 www.ictj.org