sawit bisa dijadikan sebagai sektor andalanatau tulang punggung (backbone) dan mesinpenggerak perekonomian (engine of growth)sehingga dapat pula dijadikan sebagai sektorkunci ( key sector) atau sektor pemimpin(leading sector) bagi perekonomian Riau,terutama untuk menghasilkan pertumbuhanekonomi yang tinggi, dan sekaligusmenciptakan banyak lapangan kerja.Dalam mengembangkan industrialisasikelapa sawit perlu difikirkan kaitan kebelakang (backward linkages) dan kaitan kedepan ( forward linkages). Misalnyapembangunan pabrik pengolahan kelapasawit ke belakang akan mendorong pertaniankelapa sawit (bibit, obat-obatan, mesin danperalatan seperti dodos, cangkul dan parang),sedangkan ke depan akan mendorongindustri pengolahan lebih lanjut produkprodukderivatif kelapa sawit seperti CPO,minyak goreng, sabun, shampoo, margarine,olie dan banyak lagi yang lainnya.Dilihat dari industrialisasi kelapa sawitini terasa betul kita ketinggalan dari negaratetangga, Malaysia, yang saat ini diperkirakanmampu mengolah 95 persen sawitnya. Denganmenghasilkan berbagai produk derivatifkelapa sawit tersebut Malaysia menikmati nilaitambah berlipat ganda. Jika sawit dijual dalambentuk CPO, nilainya hanya 350 dollar ASper ton. Tapi bila diolah lebih lanjut bisabernilai 2000 dollar AS per ton.Langkah sukses Malaysia di atas perludipelajari. Walaupun hasil “studi banding”para pejabat dan anggota legislatif Riauselama ini banyak dikecam, sebab tidakmemberikan nilai tambah yang memadai, tetapikhusus untuk melihat contoh-contoh produkyang bisa dihasilkan dengan memanfaatkanbahan baku kelapa sawit ini saya dukung, asaldilakukan dengan serius. Kalau perlu pemdaRiau ikut aktif mengirim berbagai pihak terkaituntuk belajar atau magang ke berbagaiinstansi dan perusahaan yang menghasilkanproduk derivatif kelapa sawit di Malaysiadalam bidang: (a) iptek, (b) innovasi, (c)management, dan (d) entrepreneurship.Dampak Negatif Industrialisasi di RiauUntuk saat ini bagi provinsi Riauindustrialisasi adalah suatu keharusan, sebabhanya industrialisasi inilah yang akanmenjamin kelangsungan proses ekonomidalam jangka panjang. Walaupunindustrialisasi penting bagi Riau, namun perludipahami bahwa industrialisasi itu sendiribukanlah tujuan akhir yang harus dicapai,melainkan hanya sebagai salah satu strategiyang harus ditempuh untuk mendukungproses pembangunan ekonomi gunamencapai tingkat pendapatan yang tinggi.Peringatan dini perlu diberikan, sebabdari catatan yang ada masyarakat tempatansering tidak merasakan manfaat kehadiranindustri-industri yang ada di Riau, karenadalam prosesnya tidak mempertimbangkankepentingan masyarakat tempatan. Bahkandapat dikatakan industrialisasi di Riau lebihbanyak menyumbang hal-hal negatif, seperti(a) hilangnya modal (lahan, hutan, sungai),(b) hilangnya mata pencaharian rakyattempatan, (c) proses peminggiran daneksploitasi rakyat, (d) pencemaran danpenurunan mutu lingkungan di dekat pabrik.Dari catatan salah seorang peneliti diRiau terungkap bahwa tindakan eksploitasiyang paling nyata pada penduduk lokal adalahpengambil-alihan tanah oleh industri dannegara. Ada lahan yang diambil secara paksatanpa ganti rugi, baik secara terang-teranganatau tanpa sepengatahuan penduduk, bahkanada yang lahannya dicuri dan rumahnyadibakar pula. Ada lahan yang diambil denganganti rugi dengan harga yang dipatok/ditentukan pemerintah, dimana perusahaanmembayar pada pemerintah, dan pemerintahmembayar pada penduduk, sedang hargayang dibayarkan perusahaan jauh beda dariyang diterima penduduk, dimakan aparatkorup.Teknik lain yang sering digunakan untukmeminggirkan petani tempatan ialah denganmembuka kebun baru atau meluaskan pabrikdengan mengepung tanah penduduk,sehingga pada akhirnya karena tanah tidakJurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 2003 636
lagi layak untuk ditempati atau digunakanuntuk bertani, terpaksa dijual kepadaperusahaan. Terakhir, perusahaan juga seringmenciptakan keadaan sedemikian rupa agarmasyarakat menjual tanahnya, misalnyadengan mengembangkan sikap konsumtifseperti menganjurkan membangun rumahatau naik haji dengan menjual tanah, ataumenakut-nakuti penduduk bahwa jika tanahtidak dijual sekarang, tanah tersebut akandiambil alih oleh pemerintah dengan ganti rugilebih rendah.Selain memarjinalkan petani danmasyarakat tempatan, kehadiranindustrialisasi di Riau ternyata jugamenyebabkan institusi atau lembaga desabanyak yang rusak, baik lembaga ekonomidesa, lembaga adat maupun lembaga sosiallainnya. Suatu hal yang ditakutkan ialah: jikapenduduk kehilangan patron ekonominya,bisa terjadi apa yang oleh James C. Scottdalam “The Moral Economy of Peasant:Rebellion and Subsistence in SoutheastAsia” (1976) disebut “pemberontakanpetani”. Kenyataannya gejala ini sudahmuncul, terlihat dari adanya pembakaran,perampokan dan pengrusakan milikperusahaan oleh masyarakat desa.Selain berbagai dampak negatif yangdisebutkan di atas, masih ada persoalan lainyang mungkin timbul dari kebijakanindustrialisasi, terutama industrialisasidengan strategi promosi ekspor. Salah satupermasalahan dengan kebijakan promosiekspor yang bersifat outward lookingoriented ialah bahwa pilihan kebijakan yangdiambil bukan industri-industi yang padatkarya, sebab industri yang terkait denganproduk derivatif kelapa sawit, kelapa dan karetlebih bersifat padat modal dan membutuhkanknowledge dan teknologi menengah dantinggi. Hal ini, harus diakui, merupakan pilihanyang tidak gampang, sebab berpotensimenimbulkan ketidaksenangan dari pihakpihakyang merasa terabaikan.Untuk menghindari berbagai dampaknegatif diatas, peran pemerintah daerah Riausangat diharapkan, agar mampumensosialisasikan berbagai kebijakan yangakan diambil sehingga tidak mendapatresestensi dan tantangan dari berbagailapisan dalam masyarakat. Dalam hal ini peranpemerintah daerah sangat diperlukan dalammenjembatani kepentingan perusahaan dankepentingan buruh/karyawan dan masyarakatsekitar.Demi kelancaran program industrialisasi,selain dapat berfungsi sebagai jembatanantara kepentingan berbagai pihak terkait,Pemda diharapkan membantu dalam:penyediaan lahan, proses perizinan,pemberian fasilitas dan prasarana sertasarana yang dibutuhkan, sosialisasi denganmasyarakat tempatan, dan berusahamenciptakan iklim usaha yang kondusif(perpajakan yang lebih kompetitif,menghindari pungutan ini itu yang berlebihan,dan merancang program communitydevelopment (CD) yang menguntungkansemua pihak terkait (stake-holders).Perlunya Modal SosialKebijaksanaan pembangunan ekonomiyang dilakukan selama ini di Riau memangmampu memacu pertumbuhan ekonomi, akantetapi kesenjangan sosial-ekonomi jugasemakin membesar. Kenyataannya walaupertumbuhan ekonomi cukup pesat tetapijumlah angka kemiskinan juga mengalamipeningkatan dan pembangunan sosial agakterabaikan. Salah satu faktor yangmenyebabkan kurang berhasilnya provinsiRiau dalam melaksanakan pembangunansosial ialah karena pembangunan selama inihanya bertumpu pada pertumbuhan ekonomisemata, sedang unsur manusia sebagaisubyek pembangunan agak terabaikan.Untuk mengakomodasikanpembangunan sosial (social development) inimaka pada akhir-akhir ini terjadi suatuperubahan dalam paradigma pembangunan,dimana faktor-faktor yang paling diperlukanuntuk mendorong pembangunan bukansekedar sumberdaya alam ( naturalJurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 2003 637
- Page 4 and 5: Jurnal Industri dan Perkotaan Volum
- Page 6: interpretasi Citra Landsat TM Juni
- Page 9 and 10: Tabel 4. Laju sedimentasi di perair
- Page 11 and 12: Daftar PustakaMulyadi A. 2000. OTOR
- Page 13 and 14: menjadi provinsi Kepri dalam PDRB R
- Page 15: ersahabat dengan masyarakat tani te
- Page 19 and 20: Daftar BacaanBalassa, Bela. 1981.
- Page 21 and 22: ahwa anak-anak mempunyai hak ataske
- Page 23 and 24: NoTingkat PendidikanFrekuensiPersen
- Page 25 and 26: Temuan data mengenai tingkatpendidi
- Page 27 and 28: diberikan pada orangtua adalah sebe
- Page 29 and 30: jernih. Dua orang saudara kandung,
- Page 31 and 32: telah memberikan penghasilan yang c
- Page 33 and 34: wanita secara sosial masih mempunya
- Page 35 and 36: DAFTAR PUSTAKAChawa, Anif Fatma. 19
- Page 37 and 38: yang menguasai birokrasi pemerintah
- Page 39 and 40: dengan birokrasi di pusat; Kedua, t
- Page 41 and 42: Tabel 2. Matrik Kesulitan Berbagai
- Page 43 and 44: Gambar 3. Model Pemasaran Produk UK
- Page 45 and 46: meningkatkan penerimaan daerah; 5)m
- Page 47 and 48: E-GOVERNMENT DAN PEMASARAN KOTAOleh
- Page 49 and 50: kegiatan yang bertujuan untukmengop
- Page 51 and 52: ReferensiAsworth, G.J. & H. Voogd.
- Page 53 and 54: sejarah yang sentral dari cerminanp
- Page 55 and 56: tinggi; mendukung perusahaan yang s
- Page 58 and 59: industri itu. Persoalan dalam memba
- Page 60 and 61: Daftar PustakaAhmad, M., AZ Fachry
- Page 62 and 63: tertib melalui zebra cross yang tel
- Page 64 and 65: yang menjadi sampel (dalam hal ini
- Page 66 and 67:
sosiologi naturalistis, mencoba men
- Page 68 and 69:
adanya perubahan yang signifikan pa
- Page 70 and 71:
penggunaan jalan. Masalahnya sekara
- Page 72 and 73:
perilaku manusia. Banyak jalan yang
- Page 74 and 75:
Lebih lanjut, keinginan responden a
- Page 76 and 77:
4. Kerjasama yang ada diantara apar
- Page 78 and 79:
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DEMOKRAS
- Page 80 and 81:
keputusan.Keberadaan Pemerintah den
- Page 82 and 83:
Sebagai akibat kebijakan pembanguna
- Page 84 and 85:
Provinsi Riau, faktor pemilikan lah
- Page 86 and 87:
Riau menyediakan bahan mentah, seda
- Page 88 and 89:
Daftar PustakaAnsoff, I. 1998. Stra
- Page 90 and 91:
Pendekatan, Teori danaplikasi di In
- Page 92 and 93:
jelas, padat dan tepat menggambarka