keputusan.Keberadaan Pemerintah dengankebijakan dan misinya tersendiri telahmembuat masyarakat daerah tidak ada pilihankecuali hanya mengikut. Salah satu faktoryang perlu dipertimbangkan dalam rangkamencari penyesuaian antara keinginan arusbawah dengan keinginan pihak atas, tidak lainadalah dengan mengembangkan demokrasipolitik. Upaya tersebut dimaksudkan untukmengurangi ketergantungan masyarakat dansekaligus mengurangi campur tangan yangberlebihan dari Pemerintah Daerah dalamproses pembangunan. Disinilah artipentingnya pembangunan demokrasi politikdi daerah dimasa yang akan datang.Di Riau dalam hal pembangunanekonomi kerakyatan belumlah dapatdikatakan berhasil. Pembangunanperekonomian masyarakat di Riau telahmenimbulkan dampak terjadinya kesenjangansosial dan kesenjangan tingkat pendapatanyang cukup tinggi. Misalnya, Provinsi Riausebagai penyumbang pendapatan nasionalterbesar kedua setelah Provinsi KalimantanTimur dengan Produk Domestik Bruto (PDB)termasuk hasil minyak bumi perkapita sebesarRp. 3.092.700, (urutan kedua di Indonesia) danPDB tidak termasuk minyak Rp. 510.900,-perkapita (urutan kelima di Indonesia).Namun, disisi yang lain pengeluaran rata-rataperkapita penduduk daerah hanya sebesarRp. 147.700,- (urutan ke-24 di Indonesia).Dengan demikian ada sekelompok kecilmasyarakat sebagai pemilik perusahaanpertambangan, perkebunan, industripengolahan (manufactur) kayu lapis, telahmeraih keuntungan dengan pendapatanperkapita yang cukup tinggi atas sumbersumberkekayaan alam di Riau, sedangkansebahagian besar masyarakat terutama yangtinggal di perdesaan pendapatanperkapitanya cukup kecil.Badan Koordinasi Keluarga BerencanaNasional (BKKBN, 1999) pada laporannyamengungkapkan bahwa tahapan keluargasejahtera penduduk Riau dalam persentaseadalah: prasejahtera (6,84%), sejahtera I(29,18%), sejahtera II (37,32%), sejahtera III(20,76%), dan sejahtera plus (5,9%). Angkaini menunjukkan bahwa belum meratanyapendapatan masyarakat dan masih rendahnyatingkat kesejahteraan masyarakat.BAPPEDA Provinsi Riau (1999) dalamlaporannya mengungkapkan pula bahwa diProvinsi Riau masih terdapat 460 Desatertinggal dan penduduk dibawah gariskemiskinan sejumlah 436.859 orang (9,5%) dansetelah terjadinya krisis ekonomi pendudukdibawah garis kemiskinan di Riau pada tahun2000 bertambah mencapai 1.779631 orang(42,45 %). Dengan meningkatnya persentasependuduk yang berada dibawah gariskemiskinan di Riau, membuktikan bahwa hasilpembangunan yang dinikmati masyarakatsampai lapisan terbawah yang melekat padaparadigma pertumbuhan (growth paradigm)ternyata tidak terwujud bahkan yang terjadijustru kesenjangan semakin melebar.Dengan demikian, paling tidak kebijakanpembangunan daerah di Provinsi Riau dimasamendatang mengarah kepada : pembangunandemokrasi ekonomi bergandengan dengandemokrasi politik, dan pembangunanekonomi berakar kepada kerakyatan.1. Pembangunan Demokrasi EkonomiBergandengan Dengan DemokrasiPolitikKemajuan ekonomi suatu masyarakatsupaya dapat berkesinambungan, harusdidukung oleh sumber daya manusia yangmemiliki prakarsa dan daya kreasi untukkemajuan diri termasuk menggunakan hakhakpolitiknya. Prakarsa itu hanya akantumbuh apabila ada kesempatan yang samadan berkeadilan kepada setiap masyarakatdalam proses pembangunan.Atas dasar pandangan perlu adanyadaya prakarsa dan kreasi masyarakat dalampembangunan, maka kebijakan pembangunanharus tercipta sedemikian rupa sehingga adakebebasan dan kesempatan untuk berperanJurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 2003 700
serta (berpartisipasi) dalam prosespengambilan keputusan yang menyangkut dirisetiap individu dan masyarakat.Peran serta masyarakat tidak hanyaterbatas pada bidang tertentu saja, melainkantermasuk kepada semua bidang pembangunan: ekonomi, politik, sosial budaya dan hankam.Singkatnya, kemajuan ekonomi suatumasyarakat tidak akan mampu bertahan, tanpaadanya pembangunan demokrasi politikdalam masyarakat tersebut.Pembangunan sosial ( socialbuilding) dalam rangka pengembangansumber daya manusia tidak terlepas daribagaimana menciptakan sistem sosial yangdapat mendorong lahirnya manusia kreatifatau manusia berprestasi, termasuk pula sikapmental masyarakat dan aparatur Pemerintah.Selama ini pembangunan hanyadifokuskan pada pembangunan fisik danmengabaikan faktor-faktor non fisik yangjustru memiliki potensi yang cukup besaruntuk keberhasilan pembangunan. Smith danMill (Todaro, 1995:391) menyatakan dalampembangunan ekonomi perlu pulamemperhitungkan faktor non ekonomi yaitukepercayaan masyarakat, kebiasaan berpikir,adat istiadat, budaya usaha dan corakkelembagaan masyarakat.Pembangunan daerah di Riau termasukgagal dalam mengatasi masalah kesenjangansosial yang cukup lebar yang terjadi dalammasyarakat. Sebagai akibat tidak meratanyapembagian sumber-sumber produksi.Sekelompok orang dengan mudahnyamemiliki dan menguasai faktor produksi yangdiperoleh dari sumber kekayaan negara danDaerah sebagai akibat kebijakan Pemerintahterlalu berlebihan dan berpihak kepadasekelompok konglomerat yang dianggapmemiliki peran dalam pertumbuhanperekonomian. Di pihak lain, mayoritasmasyarakat usaha menengah, kecil dankoperasi tidak memperoleh akses dankesempatan mendapatkan sumber-sumberproduksi yang dikuasai negara dan Daerahakan mengalami kesulitan dalammengembangkan usahanya.Strategi pembangunan yang berpihakkepada rakyat (ekonomi kerakyatan) yanghanya menguasai usaha menengah dan kecilsudah sangat mendesak dilaksanakan, melaluikebijakan perampingan birokrasi danderegulasi diberbagai peraturan, misalnyadalam pemberian kredit investasi dan modalkerja kepada usaha kecil dan ekonomi lemahharus lebih dipermudah. Tentunya, jikaPemerintah Daerah benar-benar inginmengatasi masalah kesenjangan sosial danketidakadilan ekonomi dalam pembangunandimasa yang akan datang.Pada periode pembangunan selamapemerintahan orde lama berkuasa yangmengutamakan pembangunan politik sampaikepada lapisan terbawah di pedesaan, padakenyataannya telah gagal menciptakankemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya.Demikian pula dengan pengalaman selamapemerintahan orde baru berkuasa, jugadianggap telah gagal karena terlalumemfokuskan pada pembangunan ekonomimasyarakat semata dalam rangka mengejarpertumbuhan. Oleh karena itu sungguhsangat tepat di era reformasi yang juga dalamwaktu yang bersamaan sedang mengalamikrisis ekonomi, Pemerintah Daerah ProvinsiRiau melakukan perubahan strategipembangunan daerah dari strategimengabaikan aspek pembangunan demokrasipolitik menuju kepada strategi pembangunandemokrasi ekonomi bergandengan denganpembangunan demokrasi politik.2. Pembangunan Ekonomi Berakar PadaKerakyatanSebagai akibat penerapan secara bulatkonsep ekonomi liberal kapitalis, tanpamenyesuaikan dengan peradaban sosialbudaya masyarakat daerah di Provinsi Riau,ternyata kemajuan-kemajuan ekonomi daerahdi Provinsi Riau dianggap telah gagal, karenahanya menguntungkan sebahagian kecilindividu dan kelompok dalam masyarakat.Jurnal Industri dan Perkotaan Volume VIII Nomor 13/Agustus 2003 701
- Page 4 and 5:
Jurnal Industri dan Perkotaan Volum
- Page 6:
interpretasi Citra Landsat TM Juni
- Page 9 and 10:
Tabel 4. Laju sedimentasi di perair
- Page 11 and 12:
Daftar PustakaMulyadi A. 2000. OTOR
- Page 13 and 14:
menjadi provinsi Kepri dalam PDRB R
- Page 15 and 16:
ersahabat dengan masyarakat tani te
- Page 17 and 18:
lagi layak untuk ditempati atau dig
- Page 19 and 20:
Daftar BacaanBalassa, Bela. 1981.
- Page 21 and 22:
ahwa anak-anak mempunyai hak ataske
- Page 23 and 24:
NoTingkat PendidikanFrekuensiPersen
- Page 25 and 26:
Temuan data mengenai tingkatpendidi
- Page 27 and 28:
diberikan pada orangtua adalah sebe
- Page 29 and 30: jernih. Dua orang saudara kandung,
- Page 31 and 32: telah memberikan penghasilan yang c
- Page 33 and 34: wanita secara sosial masih mempunya
- Page 35 and 36: DAFTAR PUSTAKAChawa, Anif Fatma. 19
- Page 37 and 38: yang menguasai birokrasi pemerintah
- Page 39 and 40: dengan birokrasi di pusat; Kedua, t
- Page 41 and 42: Tabel 2. Matrik Kesulitan Berbagai
- Page 43 and 44: Gambar 3. Model Pemasaran Produk UK
- Page 45 and 46: meningkatkan penerimaan daerah; 5)m
- Page 47 and 48: E-GOVERNMENT DAN PEMASARAN KOTAOleh
- Page 49 and 50: kegiatan yang bertujuan untukmengop
- Page 51 and 52: ReferensiAsworth, G.J. & H. Voogd.
- Page 53 and 54: sejarah yang sentral dari cerminanp
- Page 55 and 56: tinggi; mendukung perusahaan yang s
- Page 58 and 59: industri itu. Persoalan dalam memba
- Page 60 and 61: Daftar PustakaAhmad, M., AZ Fachry
- Page 62 and 63: tertib melalui zebra cross yang tel
- Page 64 and 65: yang menjadi sampel (dalam hal ini
- Page 66 and 67: sosiologi naturalistis, mencoba men
- Page 68 and 69: adanya perubahan yang signifikan pa
- Page 70 and 71: penggunaan jalan. Masalahnya sekara
- Page 72 and 73: perilaku manusia. Banyak jalan yang
- Page 74 and 75: Lebih lanjut, keinginan responden a
- Page 76 and 77: 4. Kerjasama yang ada diantara apar
- Page 78 and 79: ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DEMOKRAS
- Page 82 and 83: Sebagai akibat kebijakan pembanguna
- Page 84 and 85: Provinsi Riau, faktor pemilikan lah
- Page 86 and 87: Riau menyediakan bahan mentah, seda
- Page 88 and 89: Daftar PustakaAnsoff, I. 1998. Stra
- Page 90 and 91: Pendekatan, Teori danaplikasi di In
- Page 92 and 93: jelas, padat dan tepat menggambarka