m-132-2015
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
staf ahlinya. Ketika Muhaimin menjadi<br />
Menakertrans tahun 2009-2013, Anggota<br />
Dewan Pembina Lembaga Pengembangan<br />
Pertanian PB NU ini, menjadi<br />
staf khususnya. Jazil begitu dekat dengan<br />
sang Ketua PKB tersebut. “Saya<br />
pengikut sekaligus pengagum beliau<br />
(Muhaimin),” aku dosen STAINU itu.<br />
Ketertarikan pada dunia politik, tidak<br />
semata-mata karena memiliki kedekatan<br />
dengan elit PKB.<br />
Bagi Jazil, berkiprah di panggung<br />
politik berarti ikut andil mengelola kebijakan<br />
publik di negeri ini. Itulah yang<br />
menjadi daya tarik Jazil menjadi politisi.<br />
Mencalonkan diri sebagai anggota legislatif<br />
sebetulnya sudah dilakukan sejak<br />
Pemilu perdana di masa reformasi, tahun<br />
1999. Hanya saja belum mendapat<br />
suara yang memadai untuk melenggang<br />
ke Senayan.<br />
Pada Pemilu 2009, ia kembali<br />
menjadi calon anggota legislatif<br />
(caleg) dari dapil Jatim II (Pasuruan,<br />
Probolinggo). Jazil belum mendapat<br />
suara yang cukup. Perolehan suaranya<br />
nomor dua setelah Lily Wahid<br />
(dahulu masih bergabung dengan<br />
PKB). Namun, kemudian Jazil menjadi<br />
anggota Pengganti Antar-Waktu<br />
(PAW) menggantikan Lily Wahid untuk<br />
sisa waktu 2013-2014. Saat itulah<br />
Jazil resmi menjadi Anggota DPR RI.<br />
Apa perasaannya usai dilantik<br />
kali pertama menjadi anggota DPR<br />
RI? Jazil merasa mendapat amanah<br />
dan tanggung jawab yang berat. Sebagai<br />
seorang santri yang berpolitik,<br />
tentu ia tahu apa yang harus dilakukannya<br />
sebagai wakil rakyat yang religius.<br />
Ia raih amanah jabatan ini tanpa ambisi<br />
negatif. Ia jalankan saja apa yang menjadi<br />
kewajiban dan tanggung jawabnya.<br />
“Saya harus menjaga amanah ini dengan<br />
sebaik-baiknya,” tutur peraih gelar<br />
magister Ulumul Quran dan Hadist dari<br />
Institut Ilmu Al Quran itu. Usai dilantik<br />
menjadi anggota PAW, Jazil ditempatkan<br />
di Komisi I yang membidangi politik<br />
luar negeri dan pertahanan. Tiga bulan<br />
kemudian, ia pindah ke Komisi IV yang<br />
membidangi pertanian, kelautan, dan<br />
kehutanan.<br />
Pada Pemilu 2014, Komisaris CV<br />
Kreasi Permaisindo ini, kembali menjadi<br />
caleg. Kali ini ia mewakili kampung<br />
halamannya sendiri di Jatim X (Gresik,<br />
Lamongan). Di dapilnya ini, Jazil meraih<br />
suara tertinggi dari semua caleg. Setelah<br />
resmi dilantik sebagai Anggota DPR RI<br />
periode 2014-2019, Jazil kemudian ditempatkan<br />
di Komisi V yang membidangi<br />
infrastruktur. Bersamaan dengan<br />
itu, Jazil juga dipercaya menempati kursi<br />
Wakil Ketua Banggar DPR.<br />
Berbincang tentang politik anggaran,<br />
Jazil melihat, secara sederhana anggaran<br />
negara diambil dari pajak yang<br />
berhasil dikumpulkan. Sebisa mungkin<br />
dikembalikan lagi secepatnya untuk<br />
pembangunan dan kesejahteraan<br />
rakyat. “Nah, soal angka-angkanya dan<br />
bagaimana membaginya, itulah yang<br />
kita rembukkan dengan pemerintah.<br />
Berpose bersama keluarga tercinta<br />
HOBI BACA BUKU<br />
Aktivitas membaca buku tak pernah<br />
dilupakan Jazil. Di tengah kesibukkan<br />
bekerja, ia selalu luangkan waktu untuk<br />
membaca. Di antara koleksi bukunya<br />
yang paling favorit adalah buku tafsir. Di<br />
rumahnya, ia mengoleksi pelbagai buku<br />
tafsir. Dahulu, semasa menjadi mahasiswa,<br />
ia ingin sekali membaca bukubuku<br />
tafsir sekaligus mengoleksinya.<br />
Tapi belum mampu membeli. Kini ia sudah<br />
mengoleksi pelbagai buku tafsir dari<br />
para ulama klasik hingga kontemporer.<br />
Ketika sudah menjadi Anggota DPR,<br />
tentu koleksi bukunya kian bertambah<br />
dengan tema-tema politik modern. Buku-buku<br />
bertema agama memang masih<br />
mendominasi. Begitulah kesukaannya<br />
pada buku. Di tengah kesibukkan bekerja<br />
sebagai wakil rakyat, mantan Wakil<br />
Sekjen PKB ini, tak melupakan keluarga<br />
tercinta di rumah.<br />
Ada Chalimatus Sa’diyah wanita<br />
Gresik yang dinikahinya pada 1999.<br />
Pertemuannya dengan sang istri justru<br />
terjadi ketika keduanya sama-sama<br />
menempuh pendidikan S2 di IIQ, Ciputat,<br />
Jakarta. Dari intensitas pertemuan<br />
di kampus itu, akhirnya berujung ke<br />
pelaminan. “Saya bertemu jodoh justru<br />
di tempat yang baik,” kilah Jazil.<br />
Dari pernikahannya itu, Jazil dikaruniai<br />
empat anak, masing-masing M.<br />
Hilman Mufidi, Ganis Samahah, Kemal<br />
Amjad Mahdavi, dan Hilma Aqila. Soal<br />
pendidikan putra putrinya, sebetulnya<br />
Jazil tak ingin memasukkan<br />
buah hatinya itu ke sekolah formal.<br />
Ia ingin mendidiknya sendiri lewat<br />
home shcooling. Toh, hasilnya nanti<br />
sama saja dengan anak-anak yang<br />
bersekolah formal. Namun, keinginan<br />
itu ditentang istrinya. Putra putrinya<br />
pun tetap bersekolah formal.<br />
Lalu, soal kesukaannya pada lagu,<br />
Jazil menyukai dangdut. Rhoma Irama<br />
adalah favoritnya. Dahulu, waktu<br />
pertama kali nonton layar tancap di<br />
kampung, film yang ditontonnya<br />
adalah film Rhoma Irama berjudul<br />
“Penasaran”. Lagu-lagu dangdut<br />
dari Rhoma Irama membawa kenangan<br />
masa lalu. Saat kuliah dulu,<br />
Jazil juga sering mendengarkan nyanyian<br />
dari Raja Dang dut tersebut.<br />
Selain dangdut, lagu pop lawas seperti<br />
Widuri yang didendangkan Bob<br />
Tutupoli juga sangat disuka. Ada lagi<br />
lagu-lagu Arab dari Umi Kalsum, Jazil<br />
tak ketinggalan mendengarkannya sekadar<br />
untuk intermezo. Lagu-lagu Arab<br />
tersebut sebenarnya kesukaan istrinya.<br />
Namun, kalau ia didaulaut untuk menyanyi<br />
oleh para koleganya, Jazil lebih<br />
senang menyanyikan lagu-lagu yang sedang<br />
hit saat ini. Jarang mendendangkan<br />
lagu-lagu lawas kesukaannya. (MH) FOTO:<br />
JAKA, DOK. PRIBADI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
59