m-132-2015
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
mungkin dipertimbangkan untuk masuk<br />
dalam draft RUU. Terkait penerbit yang<br />
bertanggungjawab pun mendapat sorotan<br />
para pelaku pendidikan di Kota<br />
Gudeg itu.<br />
“Mesti ada sebuah institusi, atau siapa<br />
nanti yang ditunjuk untuk melakukan<br />
penelahaan konten buku. Jangan sampai,<br />
buku yang diterbitkan dan disebarkan,<br />
mengandung konten yang tidak bisa<br />
dipertanggungjawabkan. Ini masih ada<br />
hubungannya dengan institusi penerbitan<br />
yang jelas dan bertanggung jawab<br />
juga,” kata Kharis.<br />
Politisi F-PKS itu menambahkan, institusi<br />
yang dibentuk itu nantinya bertugas<br />
untuk mengawasi konten, dalam<br />
hal ini ketika terjadi penyimpangan<br />
dalam konten buku. Bukan kemudian<br />
malah mengatur konten. “Mengawasi<br />
agar tidak terjadi penyimpangan, yang<br />
berdampak pada kontraproduktif dalam<br />
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,”<br />
imbuh Kharis.<br />
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda<br />
dan Olahraga (Kadisdikpora) Provinsi<br />
DI Yogyakarta, Baskara Aji, mengaku<br />
pihaknya pernah kecolongan dengan<br />
adanya kesalahan pada buku referensi<br />
untuk anak didik. Ini terjadi pada buku<br />
digital atau e-book, yang dapat diunduh<br />
dengan mudah oleh<br />
kalangan umum.<br />
“Kami beberapa<br />
waktu lalu kecolongan,<br />
kami menemukan<br />
buku referensi<br />
yang isinya<br />
salah dan sangat<br />
fatal. Yakni, Burung<br />
Garuda Indonesia<br />
menengok kearah<br />
yang salah. Dan tidak<br />
dicantumkan<br />
siapa yang menerbitkan<br />
dan bertanggung<br />
jawab. Tapi<br />
anak-anak dengan mudah mudah mengunduhnya.<br />
Anak-anak mengunduhnya<br />
tidak selektif,” jelas Baskara.<br />
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan<br />
Menengah dan Non Formal Kabupaten<br />
Bantul, Totok Sudarto mengaku pernah<br />
menemukan buku yang beralisan<br />
radikalisme, padahal buku itu sudah<br />
mendapat izin untuk terbit dari Kemendikbud<br />
dan Kemenag. Ia mempertanyakan,<br />
apakah kedua Kementerian itu<br />
sudah benar-benar menyeleksi buku<br />
yang akan diterbitkan. Akibat kesalahan<br />
cetak buku itu, membuat kondisi semakin<br />
tidak kondusif.<br />
Tim Panja Sistem Perbukuan Komisi X DPR berfoto bersama dengan pejabat Pemerintah Provinsi DI<br />
Yogyakarta<br />
Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Kharis Almasyhari memimpin Tim Panja<br />
Sistem Perbukuan ke Provinsi DI Yogyakarta<br />
Rendahnya minat untuk menjadi profesi<br />
penulis pun menjadi bahan diskusi.<br />
Kharis menduga, minimnya minat untuk<br />
menjadi penulis, diantaranya diakibatkan<br />
oleh kecilnya royalti dan pembajakan<br />
yang masif.<br />
“Royalti penulis buku itu rendah<br />
sekali. Ini dikarenakan jumlah oplah cetak<br />
dari penerbit untuk buku-buku itu<br />
sangat kecil. Kalau oplah cetaknya kecil,<br />
berarti royalti kecil. Saya kira ini merupakan<br />
suatu permasalahan yang cukup<br />
complicated, sehingga harus diurai satu<br />
per satu dalam UU Sistem Perbukuan,”<br />
kata politisi asal dapil Jawa Tengah itu.<br />
Dalam kesempatan yang sama, Anggota<br />
Komisi X DPR, My Esti Wijayati<br />
(F-PDI Perjuangan) mengaku mendapat<br />
masukan yang sangat luar biasa. Ia<br />
meng apresiasi berbagai masukan yang<br />
telah disampaikan Pemerintah Provinsi<br />
DI Yogyakarta, salah satunya terkait<br />
konten.<br />
“Dengan mendengar apa yang disampaikan,<br />
saya langsung merasa maknyes.<br />
Di Yogya, kita mendapat masukan terkait<br />
konten. Saya kira ini menjadi kesempatan<br />
dan juga momentum yang<br />
bisa kita jadikan salah satu masukan dan<br />
referensi untuk kita masukkan di dalam<br />
RUU Sisbuk ini,” imbuh politisi asal dapil<br />
DI Yogyakarta ini.<br />
Kunjungan ini juga diikuti oleh Sofyan<br />
Tan (F-PDI Perjuangan), Yayuk Basuki (F-<br />
PAN), Dedi Wahidi (F-PKB), dan Dadang<br />
Rusdiana (F-Hanura). (SC,HR,SF) FOTO: EKA<br />
HINDRA, SOFYAN, SUCIATI/PARLE/HR<br />
EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />
63