13.10.2016 Views

m-132-2015

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

negeri. Persidangan di DPR apabila didokumentasikan dengan<br />

baik dan ditampilkan di laman website dapat menjadi masukan<br />

berharga bagi anggota dewan di daerah. “Saya kira menarik<br />

juga kalau hal ini diterapkan di Indonesia, yang ditampilkan<br />

tidak hanya sekedar laporan singkat tetapi<br />

data lengkap termasuk video pembahasan.<br />

Sidang jadi akuntabel, masyarakat juga akan<br />

tahu dan mencatat sikap fraksi dan anggota<br />

dewan dalam isu-isu tertentu,” tekan dia.<br />

Agenda dua tahunan yang dihadiri parlemen<br />

dari 22 negara dan 4 observer berhasil<br />

menyepakati sejumlah keputusan yaitu 18<br />

resolusi dan Deklarasi Phnom Penh. Bagi<br />

Agus Hermanto deklarasi itu cukup positif<br />

untuk menata langkah parlemen Asia<br />

ke depan. “Iya saya rasa apa yang kita hasil<br />

dalam pertemuan ini cukup positif, ada<br />

18 resolusi berhasil disepakati kemudian<br />

deklarasi Phnom Penh yang memantapkan<br />

sejumlah pertemuan sebelumnya,” ujar dia.<br />

Ia mengingatkan persidangan parlemen se-<br />

Asia ini pada hakekatnya bagian dari upaya<br />

untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.<br />

Ini juga sejalan dengan goal ke-16 SDGs (Sustainable Development<br />

Goals) yang merefleksikan komitmen parlemen sebagai<br />

bagian dari komunitas internasional.<br />

Pembahasan 18 draf resolusi dipimpin oleh Nguon Nhel<br />

Wakil Ketua Parlemen Kamboja yang juga menjabat sebagai<br />

Ketua Panitia Pengarah Sidang Umum ke-8 yang mengusung<br />

tema; “Promoting Peace, Reconciliation and Dialogue in Asia”.<br />

Resolusi yang disepakati diantaranya tentang Resolusi tentang<br />

Pasar Energi Terintegrasi di Asia, Resolusi Upaya Mengurangi<br />

Kemiskinan di Asia, Resolusi Menyesalkan Aksi Terorisme dan<br />

Kekerasan Ekstrim dan Resolusi tentang Masalah Lingkungan.<br />

Sementara Deklarasi Phnom Penh menekankan kekerasan<br />

yang dilakukan kelompok ekstrim telah menghasilkan aksi<br />

terorisme dan itu tidak dapat dikaitkan dengan budaya, peradaban,<br />

agama atau etnis tertentu. Aksi teror tersebut tidak<br />

bisa ditoleransi atau dimaafkan. Penyelesaian masalah melalui<br />

Delegasi DPR RI pada sidang APA ke-8 di Kamboja<br />

radikalisasi, kekerasan, terorisme atau perang hanya menyebabkan<br />

kesulitan yang lebih besar dan melahirkan kekerasan<br />

yang lebih banyak.<br />

Parlemen anggota APA bertekad menegakkan prinsip-prinsip<br />

hidup berdampingan secara damai dan upaya negosiasi<br />

dalam memecahkan sengketa internasional. Menuntaskan<br />

segala bentuk terorisme dan pendudukan melalui hukum dan<br />

kerja sama internasional.Bagian lain deklarasi juga menyebut<br />

pentingnya agenda moderat dan inisiatif untuk melakukan<br />

upaya deradikalisasi pada setiap tingkatan masyarakat termasuk<br />

generasi muda dan sektor swasta sebagai bagian dari<br />

upaya menuntaskan permasalahan radikalisme, kekerasan dan<br />

terorisme. (IKY) FOTO: IBNUR KHALID/PARLE/HR<br />

Assalamualaikum, I am from Indonesia<br />

Delegasi DPR pada Sidang Umum ke-8 Asian Parliamentary<br />

Assembly (APA) di Phnom Penh, Kamboja 7-12<br />

Desember <strong>2015</strong> meluangkan waktu untuk melaksanakan<br />

ibadah shalat Jumat di Mesjid Agung Al Serkal. Dipimpin<br />

Ketua Delegasi Agus Hermanto, rombongan berbaur dengan<br />

masyarakat muslim dan juga delegasi dari negara lain.<br />

Ibadah shalat Jumat berlangsung khusuk walaupun<br />

ceramah disampaikan dalam bahasa Kamboja yang tentu pesannya tidak<br />

dimengerti oleh jamaah dari negara lain. Usai ibadah para jamaah bersalaman<br />

dan kesempatan itu dipergunakan oleh rombongan delegasi DPR bersilaturahmi<br />

dengan masyarakat muslim Kamboja.<br />

“Assalamualaikum, I am from Indonesia,” demikian sapaan Agus yang<br />

juga Wakil Ketua DPR RI ketika menjabat tangan para jamaah. Ketika bertemu<br />

dengan jamaah yang mampu berbahasa Inggris pembicaraan kemudian<br />

mengalir tentang pekerjaan, kehidupan muslim di Kamboja, dll.<br />

Salah seorang jamaah bernama Ahmad berdialog<br />

cukup lama. Ia mengaku berasal dari suku Cam yang<br />

berdasarkan sejarah nenek moyangnya pernah membesarkan<br />

Kerajaan Campa yang menurut para ahli terletak di<br />

perbatasan Kamboja-Vietnam. Salah seorang raja Campa<br />

dikenal ada yang menganut agama Islam, sehingga kerajaan<br />

waktu itu menerapkan prinsip-prinsip islami.<br />

Delegasi DPR juga berdialog dengan Syam warga<br />

Kamboja asli Malaysia yang sudah tinggal cukup lama di negara ini. Kejutan<br />

lain dari Hamdi yang ternyata orang Indonesia yang bekerja di sebuah<br />

restoran di Kamboja. “Wah Bapak DPR ini ya,” sapanya sambil tersenyum<br />

lebar.<br />

Salah seorang pejabat KBRI Kamboja, Muhsin menyebut cikal bakal Mesjid<br />

Al Serkal dibangun prajurit Garuda TNI pada saat bertugas membantu keamanan<br />

pasca konflik di wilayah ini. Beberapa tahun lalu mesjid dipugar dengan<br />

dukungan dana dari Uni Emirat Arab. (IKY) FOTO: IBNUR KHALID/PARLE/HR<br />

EDISI <strong>132</strong> TH. XLV, <strong>2015</strong><br />

67

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!