26.09.2015 Views

HTTP://WWW.TEMPOINTERAKTIF.COM

Jejak hitam hakim TIPIKOR daerah - Home Page

Jejak hitam hakim TIPIKOR daerah - Home Page

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

AMERIKA SERIKAT<br />

tercatat 31 orang. Tahun-tahun berikutnya<br />

menurun, dan tahun ini tercatat<br />

hanya 16 mahasiswa.<br />

Beragam alasan yang menjadi latar<br />

belakang turunnya jumlah mahasiswa<br />

itu. Juliana Wijaya dan<br />

Mary Jo Wilson—Koordinator Program<br />

SEASSI Universitas Wisconsin-Madison—menunjuk<br />

salah satu<br />

penyebabnya adalah mahasiswa lebih<br />

tertarik mengambil bahasa asing<br />

yang menjadi tren saat ini, misalnya<br />

bahasa Cina atau Jepang.<br />

Pengajar bahasa Indonesia di Universitas<br />

Cornell, Jolanda Pandin,<br />

menambah alasan lain. Ia melihat,<br />

misalnya, masalah anggaran pendidikan<br />

dari pihak pemerintah Amerika<br />

dan situasi keamanan Indonesia.<br />

Menurut dia, selama ini banyak mahasiswa<br />

Amerika bergantung pada<br />

dukungan dana pendidikan dari pemerintah,<br />

atau institusinya, untuk<br />

mempelajari bahasa-bahasa asing<br />

yang tidak umum pada masyarakat<br />

Amerika.<br />

Michael Buehler, asisten profesor<br />

Departemen Ilmu Politik Northern<br />

Illinois University, menunjuk alasan<br />

lain. ”Buat pemerintah Amerika,<br />

Indonesia tidak terlalu penting<br />

lagi,” katanya. Sehingga, ujar Buehler,<br />

dana yang dianggarkan pemerintah<br />

pun tidak begitu besar.<br />

VICTORIA SIDJABAT<br />

Jeffrey Hadler,<br />

Associate<br />

professor<br />

Departemen<br />

Studi Asia<br />

Selatan dan<br />

Tenggara<br />

Universitas<br />

California di<br />

Berkeley.<br />

Pada 1960-an, ujar Buehler, pemerintah<br />

Amerika menilai Indonesia<br />

penting karena takut Indonesia<br />

dikuasai dan menjadi komunis. Ketika<br />

itu ada konstelasi Perang Dingin,<br />

dan Partai Komunis Indonesia<br />

merupakan partai komunis terkuat<br />

di dunia di luar Cina. ”Karena<br />

itu, mereka memberi cukup banyak<br />

uang untuk meneliti Indonesia,” katanya.<br />

Menurut Buehler, Pusat Studi<br />

Indonesia di Cornell dan Northern<br />

Illinois University kala itu mendapat<br />

pendanaan besar untuk memahami<br />

dinamika di negara-negara<br />

Asia Tenggara, termasuk Indonesia.<br />

Di luar itu semua, dalam lima belas<br />

tahun terakhir ini, ujar Buehler, terjadi<br />

peningkatan standar penelitian.<br />

Seorang profesor, misalnya, harus<br />

membandingkan dua negara atau lebih.<br />

”Kalau hanya berfokus pada Indonesia,<br />

Anda tidak akan mendapat<br />

banyak insentif dalam penelitian.”<br />

William Liddle, Indonesianis yang<br />

juga pengajar Universitas Ohio, memiliki<br />

pendapat berbeda. Menurut<br />

dia, sebenarnya selama ini tidak pernah<br />

ada perhatian terhadap Indonesia.<br />

Jadi, ujar Liddle, yang terjadi bukan<br />

penurunan. ”Mahasiswa yang<br />

mengambil kuliah saya dari awal<br />

sampai sekarang tetap sedikit,” kata<br />

pria yang telah mengajar tentang<br />

Asia Tenggara selama 40 tahun ini.<br />

Seperti di kampus-kampus lain,<br />

mahasiswa di Universitas Ohio, ujar<br />

Liddle, lebih tertarik belajar tentang<br />

Cina, Jepang, ataupun Eropa. ”Indonesia<br />

terlalu jauh, kurang maju, dan<br />

tidak dikenal orang. Menurut Liddle,<br />

banyak mahasiswa S-1 Amerika<br />

tidak tahu di mana Indonesia. ”Apakah<br />

Indonesia bagian dari Bali?”<br />

kata Liddle mengutip pertanyaan sejumlah<br />

mahasiswanya. Bahkan ada<br />

pula yang mengacaukannya dengan<br />

Indocina.<br />

Liddle adalah salah satu Indonesianis<br />

paling menonjol dari Negeri<br />

Abang Sam. Setelah lulus program<br />

doktor pada akhir 1960-an dengan<br />

mengambil studi tentang Indonesia,<br />

praktis sejak itu tidak ada lagi Indonesianis<br />

yang bersinar dari kampus<br />

Ohio ini. Hingga 1990-an hanya<br />

ada segelintir—benar-benar segelintir<br />

karena hanya satu atau dua—yang<br />

meneliti soal Indonesia hingga men-<br />

capai jenjang S-3.<br />

Kondisi seperti itulah yang membuat<br />

sejumlah pihak kini berupaya<br />

menaikkan minat para mahasiswa<br />

Amerika untuk menengok kembali<br />

Indonesia. Caranya, antara lain,<br />

memperbaiki apa yang ada selama<br />

ini. SEASSI, misalnya, menyempurnakan<br />

kurikulum dan kualitas pengajar<br />

studi tentang Indonesia. ”Antara<br />

lain dengan membuat program belajar<br />

dengan standar pendidikan dan<br />

metode pengajaran yang sangat baik<br />

dan bertanggung jawab,” kata Mary<br />

Jo Wilson.<br />

Adapun Liddle mengingatkan<br />

akan janji Presiden Obama untuk<br />

meningkatkan penelitian tentang<br />

Asia Tenggara, terutama Indonesia.<br />

Rencana tersebut masuk program<br />

kemitraan komprehensif Amerika-Indonesia,<br />

antara lain dengan<br />

cara meningkatkan jumlah penerima<br />

beasiswa Fulbright. ”Hanya, saya<br />

tidak tahu realisasinya,” kata Liddle.<br />

❖ ❖ ❖<br />

SEJUMLAH universitas terus<br />

melakukan upaya agar studi Indonesia<br />

tetap ada, diminati, dan ”hidup”.<br />

Harvard Kennedy School, misalnya,<br />

tahun lalu membuka Program Indonesia.<br />

Dengan dana US$ 10,5 juta<br />

dari Yayasan Rajawali, program Indonesia<br />

Harvard Kennedy School<br />

menitikberatkan pada pendidikan<br />

dan pembangunan kapasitas untuk<br />

mendukung pemerintahan yang demokratis<br />

dan pengembangan institusional<br />

di Indonesia. Kennedy<br />

School inilah yang beberapa waktu<br />

lalu mengadakan kursus untuk kepala<br />

daerah baru terpilih di Indonesia<br />

untuk belajar di sana.<br />

Adapun cara yang dipakai para<br />

pengajar di Universitas Ohio adalah<br />

tetap terus-menerus membicarakan<br />

masalah Indonesia. Liddle juga<br />

mendekatkan para mahasiswanya<br />

dengan Indonesia dengan cara membawa<br />

mereka ke kampus-kampus di<br />

Indonesia, antara lain ke Universitas<br />

Gadjah Mada, Yogyakarta. ”Tahun<br />

ini, sayangnya, hanya sepuluh<br />

orang,” ujar Liddle. Ia berharap apa<br />

yang dilakukannya itu akan diikuti<br />

universitas-universitas lain di Amerika<br />

Serikat.<br />

■<br />

20 NOVEMBER 2011 TEMPO| 63

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!