HTTP://WWW.TEMPOINTERAKTIF.COM
Jejak hitam hakim TIPIKOR daerah - Home Page
Jejak hitam hakim TIPIKOR daerah - Home Page
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
AUSTRALIA<br />
HERB-FEITH-FOUNDATION.ORG<br />
mad Hatta, Leimena, dan Soedjatmoko,<br />
juga dengan orang-orang<br />
yang kemudian menjadi tokoh berpengaruh.<br />
Namun dia juga memanfaatkan<br />
peluang untuk berteman<br />
dengan orang-orang kampung,<br />
yang sering dikunjunginya.<br />
Dan pola ini tidak berubah ketika<br />
di kemudian hari Herb tinggal<br />
di Indonesia bersama keluarganya,<br />
karena mereka, terutama<br />
Herb sendiri dan Betty, tidak lagi<br />
dapat memisahkan hidup mereka<br />
dengan negara ini.<br />
Herb, dengan pidatonya yang<br />
disampaikan dalam sebuah pertemuan<br />
Partai Buruh Australia,<br />
membuat hadirin tercengang. Dia<br />
tegas-tegas mengatakan, ”Kita<br />
adalah bagian dari Asia.” Dan dia<br />
juga menekankan, karena ketidaktahuan<br />
warga Australia, Asia jadi<br />
sumber rasa takut dan curiga, bukan<br />
rasa suka dan respek, yang sesungguhnya<br />
lebih layak dan lebih<br />
tepat.<br />
Tesis masternya, yang diselesaikannya<br />
di Universitas Melbourne,<br />
Political Developments in Indonesia<br />
in the Period of the Wilopo Cabinet,<br />
April 1952-June 1953, menjadi<br />
sumber perhatian luas. Ini adalah<br />
karya besar pertama dari seorang ilmuwan<br />
Australia mengenai politik<br />
pasca-kemerdekaan Indonesia. Bahan-bahan<br />
yang digalinya dari dalam<br />
berkat posisinya, dan kemahirannya<br />
dalam berbahasa Indonesia,<br />
membuat isinya basah—dan tampil<br />
dalam gambar tiga dimensi.<br />
Karyanya, analisisnya, sering meninggalkan<br />
kesan yang dalam pada<br />
para ilmuwan, yang kebanyakan<br />
lalu menjadi sahabatnya. Dia menjalin<br />
jaringan kajian Indonesia tidak<br />
hanya di Australia, tapi juga<br />
mengaitkannya ke Amerika Serikat.<br />
Ini sudah dimulainya pada masamasa<br />
dininya di Indonesia, ketika<br />
Herb berkenalan dengan pakar-pakar<br />
yang dikaguminya, seperti Clifford<br />
Geertz, Donald E. Wilmott,<br />
dan George Kahin. Dan magnum<br />
opus-nya, yang juga tesis doktoral<br />
(S-3)-nya yang dikerjakannya di<br />
Universitas Cornell, The Decline of<br />
Constitutional Democracy in Indonesia,<br />
yang terbit pada 1962, sampai<br />
sekarang masih menjadi rujukan<br />
utama para pakar Asia Tenggara<br />
di mancanegara.<br />
Kendati Herb tidak secara harfiah<br />
mendirikan kajian Indonesia sebagai<br />
lembaga, pengaruhnya terasa<br />
oleh Indonesianis dari berbagai<br />
lapangan. Greg Barton, Herb Feith<br />
Research Professor pada kajian Indonesia<br />
di Universitas Monash, mengatakan<br />
Herb dikagumi dan dihormati<br />
bahkan juga oleh pakarpakar<br />
yang tidak selalu setuju dengan<br />
pendirian politiknya. ”Karena<br />
mereka tahu benar bahwa Herb punya<br />
integritas yang tak tergoyahkan<br />
dan tidak pernah berkompromi dengan<br />
prinsip-prinsip moralitasnya<br />
sendiri, baik dalam hidup maupun<br />
secara profesional,” katanya. Ketika<br />
diangkat sebagai Herb Feith Research<br />
Professor, ujarnya dengan penuh<br />
rendah hati, dia merasa seperti<br />
mendapat kehormatan yang mendampingi<br />
tugas yang berat. Sebab,<br />
”Bagaimanapun saya berupaya,<br />
saya merasa tidak sanggup mencapai<br />
standar yang diwariskan Herb.”<br />
Sejarawan Anton Lucas, associate<br />
professor dari Universitas Flinders<br />
di Australia Selatan, juga mengatakan<br />
pengaruh Herb sangat terasa<br />
oleh pakar dari berbagai jurusan,<br />
bahkan yang tidak punya kaitan<br />
langsung dengan politik. Lucas<br />
mengaku dia sendiri bukan satu-satunya<br />
yang menjadikan Herb sebagai<br />
contoh academic excellence dan<br />
komitmen yang penuh pada segala<br />
hal yang dikerjakannya. Efek Herb<br />
pada rekan-rekannya sering personal<br />
sekaligus profesional. Lucas bercerita,<br />
umpamanya, untuk penelitiannya,<br />
Herb mengenalkan dia dengan<br />
mantan tahanan politik, Hardoyo,<br />
yang bantuannya banyak sekali<br />
padanya. Lalu, sewaktu Lucas<br />
menulis tentang gerakan bawah tanah,<br />
peran Hardoyo dalam menghubungkan<br />
dia dengan para mantan<br />
tahanan politik sangat krusial.<br />
”Meskipun lapangan saya berbeda<br />
dengan Herb, dia selalu memberi<br />
perhatian penuh pada pekerjaan<br />
saya,” tutur Lucas.<br />
Seorang Indonesianis lain dari<br />
Universitas Melbourne, Charles<br />
Coppel, juga mengatakan Herb dikagumi<br />
di kalangan Indonesianis<br />
The Decline of<br />
Constitutional<br />
Democracy in<br />
Indonesia. Buku<br />
terbitan 1962 hasil<br />
penelitian intensif<br />
Herb tentang<br />
perkembangan<br />
politik, ekonomi,<br />
dan sosial di<br />
Indonesia pasca-<br />
Perang Dunia II.<br />
20 NOVEMBER 2011 TEMPO | 87