06.04.2013 Views

Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

3. Mendorong berkembangnya partisipasi masyarakat dalam berbagai aspek<br />

pelaksanaan desentralisasi <strong>dan</strong> otonomi daerah; <strong>dan</strong><br />

4. Percepatan perubahan kondisi sosial ekonomi penduduk melalui perubahan sikap<br />

para pejabat pusat <strong>dan</strong> daerah dalam mengelola pelayanan kepada masyarakat.<br />

4. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN<br />

Wilayah Propinsi NTT meliputi 566 pulau besar <strong>dan</strong> kecil dengan luas daratan 47,3<br />

ribu km 2 . Jumlah penduduknya 3,9 juta jiwa (1999), tersebar di 42 pulau, sementara<br />

sebagian besar pulau lainnya (524 pulau kecil) belum bernama <strong>dan</strong> tidak berpenghuni.<br />

Jajaran pulau besar di NTT meliputi Flores, Sumba, Timor <strong>dan</strong> gugusan Kepulauan<br />

Alor, sehingga NTT dikenal pula dengan akronim Flobamora. Wilayah perairan<br />

lautnya mencapai 200 ribu km 2 atau lebih dari empat kali luas daratannya. Luas ini<br />

belum termasuk wilayah perairan zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) dengan<br />

garis pantai sepanjang 5.700 km.<br />

Topografi di semua pulau di NTT berbukit <strong>dan</strong> bergunung dengan dataran yang<br />

tersebar secara sporadis <strong>dan</strong> sempit dengan kemiringan lahannya rata-rata lebih dari<br />

50%. Kedalaman tanah umumnya relatif tipis, antara lain karena faktor struktur<br />

batuan induk berupa koral <strong>dan</strong> tanah yang terbuka dengan vegetasi penutup yang<br />

minim, sehingga rentan terhadap erosi. Keadaan iklim umumnya kering, dengan<br />

musim kemarau panjang antara 8-9 bulan/tahun, se<strong>dan</strong>gkan musim penghujan hanya<br />

3-4 bulan. Dengan kondisi demikian, area <strong>dan</strong> produktivitas lahan pertanian, baik<br />

pada lahan basah maupun lahan kering, sangat terbatas.<br />

Dengan luasnya pa<strong>dan</strong>g penggembalaan yang menyediakan pakan ternak cukup<br />

banyak <strong>dan</strong> beragam, sangat mendukung pengembangan usaha peternakan di NTT.<br />

NTT merupakan salah satu pemasok ternak potong (sapi <strong>dan</strong> kerbau) untuk<br />

memenuhi konsumsi daging di tanah air, terutama <strong>Daerah</strong> Khusus Ibukota (DKI)<br />

Jakarta <strong>dan</strong> Jawa Barat. Demikian pula potensi perairan laut di sekitar NTT dapat<br />

diandalkan sebagai sumber daya hayati berbagai species. Selain itu NTT juga memiliki<br />

potensi pertambangan, seperti minyak bumi, marmer, batu aji, <strong>dan</strong> lain-lain. Jika<br />

dilihat dari letak geografisnya, NTT berbatasan dengan Timor Leste <strong>dan</strong> relatif dekat<br />

dengan Australia <strong>dan</strong> negara-negara Pasifik Selatan lainnya. Dalam konteks<br />

perdagangan Asia Pasifik, kondisi tersebut dapat menjadi peluang besar. Namun<br />

sekarang garis pantai yang panjang ini dapat dikatakan masih terbuka tanpa<br />

pengawasan <strong>dan</strong> pengamanan yang memadai. Keadaan ini membuat daerah pantai<br />

NTT rawan penyelundupan.<br />

Selain kondisi alam yang tidak subur, permasalahan pokok pembangunan di NTT<br />

adalah masih rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Berdasarkan indikator<br />

kemiskinan 1999, NTT merupakan propinsi kedua dengan persentase penduduk<br />

miskin terbesar setelah Papua. Rata-rata lama sekolah penduduk, umumnya kurang<br />

dari enam tahun, tergolong rendah dibandingkan dengan propinsi lainnya. Tingkat<br />

4 Lembaga Penelitian SMERU, Januari 2002

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!