Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
menyerahkan kewenangan yang belum mampu dilaksanakannya ke pemerintah pusat<br />
atau propinsi, mengingat aturan penjabaran UU yang ada memang tidak jelas.<br />
Untuk lebih mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya daerah, pemda kabupaten<br />
berupaya mengembangkan beberapa kewenangannya, khususnya di bi<strong>dan</strong>g penanaman<br />
modal. Kabupaten juga mengerjasamakan kewenangannya dengan kabupaten lain,<br />
misalnya dengan Kabupaten Sumba Barat dalam memelihara <strong>dan</strong> melestarikan Taman<br />
Nasional Manupeu Wanggameti, serta kewenangan menyangkut ekspor <strong>dan</strong><br />
perdagangan antar pulau bekerjasama dengan pemerintah pusat <strong>dan</strong> propinsi.<br />
Mengenai kewenangan bi<strong>dan</strong>g pertanahan, Kabupaten Sumba Timur telah<br />
membentuk bahkan melantik pejabat Dinas Pertanahan. Kemudian keluar Keppres<br />
No. 10, 2000, Keppres No. 62, 2001, <strong>dan</strong> surat Kepala Ba<strong>dan</strong> Pertanahan Nasional<br />
(BPN) yang secara tegas menarik kembali kewenangan di bi<strong>dan</strong>g pertanahan tersebut.<br />
Akibatnya, di kabupaten ini terjadi dualisme pengaturan <strong>dan</strong> kepemimpinan di bi<strong>dan</strong>g<br />
pertanahan. Pemda sendiri tetap pada pendiriannya bahwa UU tidak bisa dibatalkan<br />
dengan Keppres, sehingga keberadaan Dinas Pertanahan akan tetap dipertahankan.<br />
Kondisi demikian membingungkan aparat pelaksana di lapangan. Kewenangan di<br />
bi<strong>dan</strong>g pertanahan masih dipegang BPN <strong>dan</strong> orientasi mereka masih selalu menunggu<br />
arahan pusat. Upaya penuntasan sengketa ini tertunda <strong>dan</strong> memerlukan waktu lama,<br />
sementara masyarakat menuntut a<strong>dan</strong>ya kejelasan sesegera mungkin. Aparat daerah<br />
tetap berpendapat sebaiknya kewenangan di bi<strong>dan</strong>g pertanahan sepenuhnya<br />
diserahkan ke daerah.<br />
A<strong>dan</strong>ya pemberian kewenangan kepada propinsi untuk membina <strong>dan</strong> mengawasi<br />
kabupaten/kota (PP No. 20, 2001) adalah sesuatu yang wajar selama tidak ada<br />
intervensi kepentingan. Bahkan bupati berpendapat bahwa sebaiknya propinsi juga<br />
diberi kesempatan ikut merumuskan kebijakan sesuai dengan kebutuhan di wilayahnya<br />
masing-masing. Bupati Sumba Timur mengusulkan agar penjabaran pasal-pasal UU<br />
tidak selalu dengan PP, tetapi lebih banyak lagi pasal yang seharusnya secara jelas<br />
dinyatakan oleh UU untuk dijabarkan melalui peraturan daerah (perda) propinsi.<br />
Alasannya, UU sudah seragam secara nasional, diperkuat lagi dengan PP yang seragam<br />
juga. Padahal banyak pasal UU yang pelaksanaannya perlu mempertimbangkan kondisi<br />
regional, seperti tentang pemerintahan desa.<br />
Beberapa unit kerja/instansi yang diwawancarai tetap berharap dapat menjalin<br />
koordinasi yang baik dengan pihak propinsi. Untuk itu diharapkan secepatnya<br />
dilakukan alokasi <strong>dan</strong>a dekonsentrasi <strong>dan</strong> <strong>dan</strong>a alokasi khusus (DAK). Propinsi juga<br />
diharapkan pro-aktif dalam melihat peluang strategis yang ada di daerah, misalnya<br />
Ba<strong>dan</strong> Pemberdayaan Masyarakat memiliki bi<strong>dan</strong>g teknologi tepat guna yang<br />
keberadaannya masih sangat lemah. Karena itu propinsi perlu ikut membantu<br />
memperkuat ba<strong>dan</strong> ini agar dapat berfungsi lebih baik.<br />
Setelah pelaksanaan otonomi daerah, perubahan yang dirasakan aparat kabupaten <strong>dan</strong><br />
kecamatan, bahwa dalam menjalankan tugas mereka tidak perlu selalu menunggu<br />
arahan pusat. Aparat daerah didorong untuk lebih banyak berinisiatif. Bupati<br />
menyatakan bahwa di era otonomi ini aparat merasa dapat menjalankan tugas dengan<br />
lebih mudah, karena tidak banyak lagi mendapatkan tekanan dari atas seperti<br />
12 Lembaga Penelitian SMERU, Januari 2002