06.04.2013 Views

Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

1. Perubahan kebijakan akibat UU No. 22, 1999 terjadi sangat mendadak yang<br />

berupa pelimpahan kewenangan dalam jumlah besar dari pusat ke kabupaten/kota.<br />

Proses pelimpahan ini tidak dapat dilakukan secara baik <strong>dan</strong> direspon berbeda-beda<br />

oleh daerah baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. Persiapan yang<br />

dilakukan oleh pusat sangat kurang, sementara daerah sendiri tidak mempersiapkan<br />

rencana kerja yang pasti dalam proses pelaksanaannya. Akibatnya kapan masa<br />

transisi pelaksanaannya selesai menjadi tidak jelas.<br />

2. A<strong>dan</strong>ya perubahan yang cukup mendasar dalam hubungan legislatif <strong>dan</strong> eksekutif, ini<br />

menyulitkan Pemprop NTT dalam menjalankan kebijakan publiknya. Perubahan<br />

yang mendasar dalam hubungan eksekutif <strong>dan</strong> legislatif itu sendiri merupakan hasil<br />

yang tidak diharapkan dari proses reformasi. Para anggota DPRD merasa lebih banyak<br />

memiliki kekuasaan dalam menghadapi pihak eksekutif. Karena itu, mereka banyak<br />

melakukan campur tangan yang tidak perlu dalam pengelolaan administrasi<br />

pemerintahan yang menjadi kewenangan eksekutif. Hubungan yang kurang harmonis<br />

antara eksekutif <strong>dan</strong> legislatif juga dipersulit oleh kenyataan bahwa sebagian anggota<br />

DPRD memiliki tingkat pemahaman <strong>dan</strong> penguasaan materi kebijakan publik yang<br />

rendah akibat pengalaman yang tidak memadai.<br />

3. Tidak atau belum jelasnya proses <strong>dan</strong> mekanisme penjaringan aspirasi masyarakat<br />

oleh lembaga pemerintah, khususnya legislatif, menyebabkan jalur hubungan<br />

antara legislatif dengan masyarakat yang “diwakilinya” terputus. Kalangan legislatif<br />

tidak memahami makna perwakilan sehingga proses penjaringan aspirasi tidak<br />

berlangsung. Mereka mengakui <strong>dan</strong> berdalih sebagai pembawa suara rakyat karena<br />

terpilih berdasarkan proses pemilihan umum yang demokratis. Tetapi, mereka<br />

melupakan bahwa pemilihan umum yang dilaksanakan walau demokratis tidak<br />

berjalan secara langsung dalam arti rakyat memilih “orang” <strong>dan</strong> bukan “gambar”.<br />

Sebagai konsekwensinya, partai cenderung berperan hanya sebatas sebagai ‘mesin<br />

pemilu’, pemilu selesai maka peran mereka selesai pula. Anggota dewan lebih<br />

bertanggungjawab kepada fraksi/partainya. DPRD lebih mewakili banyak<br />

kepentingan golongan, bukan rakyat.<br />

4. Di pihak lain proses perumusan kebijakan publik oleh kalangan eksekutif<br />

(pemerintah propinsi) terutama yang menyangkut restrukturisasi di lingkungan<br />

pemda maupun perubahan dalam pelayanan publik dinilai oleh kalangan LSM <strong>dan</strong><br />

perguruan tinggi berjalan tidak transparan. Kalau ada upaya untuk melibatkan<br />

masyarakat dalam proses kebijakan publik, maka hal itu dilakukan untuk<br />

memenuhi prosedur formal semata, bukan dimaksudkan sebagai usaha untuk<br />

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perumusan kebijakan publik.<br />

Demikian pula dalam penyusunan program pembangunan daerah (Propeda)<br />

hanya diketahui oleh pemda <strong>dan</strong> DPRD saja, se<strong>dan</strong>gkan kalangan LSM,<br />

perguruan tinggi, pers <strong>dan</strong> pengusaha tidak mengetahui secara jelas kebijakan<br />

publik yang akan dilaksanakan.<br />

5. Pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota menyadari bahwa<br />

keuangan daerah masih sangat tergantung pada pusat se<strong>dan</strong>gkan kontribusi PAD<br />

rendah, hanya 6% dari APBD. Di samping itu pemerintah daerah menduga bahwa<br />

setelah beberapa tahun DAU akan dihentikan. Kedua faktor tersebut memacu<br />

42 Lembaga Penelitian SMERU, Januari 2002

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!