Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
6. Kepala Subdin Sarana berasal dari eks-Kanwil<br />
7. Kepala Subdin Pendidikan Tinggi berasal dari eks-Kanwil<br />
8. Kepala Subdin Pendidikan Luar Sekolah (PLS) berasal dari eks-Kanwil<br />
9. Kepala Subdin Kebudayaan berasal dari eks-Kanwil<br />
Pada waktu periode pengisian formulir tersebut di atas, Biro Organisasi menempatkan<br />
10 orang karyawan baru di Dinas P <strong>dan</strong> K. Keputusan ini membuat banyak pegawai<br />
heran, karena biro ini mengatakan Dinas P <strong>dan</strong> K kelebihan pegawai. Dua orang di<br />
antara pegawai yang ditempatkan pada dinas ini terpaksa ditolak atau ditunda<br />
penempatannya, karena mereka berasal dari eks Dinas Sosial yang hendak ditempatkan<br />
pada tugas yang tergolong sangat teknis (pendidikan).<br />
Beberapa responden menyatakan bahwa usaha reposisi <strong>dan</strong> realokasi ini menimbulkan<br />
keresahan di kalangan pegawai, karena pihak Setda membuat keputusan yang<br />
cenderung menggunakan pendekatan kekuasaan. Di lingkungan Dinas P <strong>dan</strong> K<br />
keresahan ini makin menguat ketika baru-baru ini terjadi penggantian pejabat di<br />
lingkungan dinas ini. Kepala TU <strong>dan</strong> Kepala Subdin TK/SD diganti dengan pejabat<br />
yang sebelumnya bekerja pada Ba<strong>dan</strong> Pengawas <strong>Daerah</strong> yang tidak berlatar belakang<br />
pendidikan. Salah seorang di antaranya adalah sarjana hukum. Proses penggantian ini<br />
dilakukan secara mendadak bahkan dinilai “diam-diam”, tanpa sepengetahuan pihak<br />
yang akan diganti. Pihak yang akan menggantipun tidak mengetahui jabatan apa yang<br />
akan dipegangnya. Beberapa pejabat menilai proses ini tidak demokratis, bahkan<br />
melanggar hak azazi manusia (HAM). Rumor yang berkembang di lingkungan dinas ini<br />
mengindikasikan bahwa Kepala Dinas pun tidak mengetahui rencana penggantian<br />
tersebut . Berkaitan dengan kondisi tersebut, pejabat propinsi juga menilai bahwa<br />
pejabat Dinas P <strong>dan</strong> K Kabupaten/Kota dinilai kurang memiliki wawasan pendidikan,<br />
terutama mereka yang sebelumnya bertugas sebagai camat .<br />
Dinas Peternakan. Jumlah personil di kantor dinas sebanyak 130 orang. Selain itu ada<br />
52 PNS <strong>dan</strong> 40 tenaga honorer yang ditempatkan di dua UPTD. UPTD dimaksud<br />
terdiri dari: 1) UPTD pembibitan ternak <strong>dan</strong> hijauan makanan, yang semula<br />
merupakan UPT pusat. Keberadaannya sudah dikembangkan di empat kabupaten,<br />
sebelumnya hanya ada di dua kabupaten. Demikian pula kegiatannya makin<br />
dikembangkan untuk jenis-jenis ternak lainnya, termasuk sapi, kambing, <strong>dan</strong> babi. 2)<br />
UPTD Penyidikan Penyakit Hewan, namun pimpinan UPTD ini belum ditunjuk.<br />
Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan sebenarnya masih kekurangan tenaga medis <strong>dan</strong><br />
tenaga penyuluh kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, dinas akan bekerjasama<br />
dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cen<strong>dan</strong>a.<br />
8<br />
Proses penggantian ini diputuskan oleh Baperjakat (Ba<strong>dan</strong> Pertimbangan Jabatan <strong>dan</strong> Kepangkatan).<br />
Dalam memutuskan penempatan pejabat, menurut pihak Biro Organisasi, Baperjakat telah<br />
mempertimbangkan berbagai hal.<br />
9<br />
Pada beberapa orang mungkin benar, tetapi tidak bisa disamaratakan. Beberapa responden tingkat<br />
kabupaten menilai banyak pejabat kabupaten/kota lebih profesional dibanding dengan pejabat propinsi.<br />
17 Lembaga Penelitian SMERU, Januari 2002