06.04.2013 Views

Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

4. Perlu pengaturan lebih lanjut tentang kewenangan daerah untuk melakukan<br />

pinjaman daerah yang bersumber dari dalam maupun luar negeri.<br />

Pendapatan Asli <strong>Daerah</strong> (PAD). Kalangan Pemkab Sumba Timur menyatakan bahwa<br />

sumber-sumber PAD yang sekarang berlaku masih didasarkan pada UU No. 18, 1997.<br />

Pemkab belum melakukan tambahan terhadap jenis pajak <strong>dan</strong> retribusi, maupun jenis<br />

pungutan lainnya yang memungkinkan peningkatan jumlah PAD. Di balik hal ini,<br />

dua alasan yang dikemukakan adalah :<br />

1. Potensi pungutan lain yang ada di Kabupaten Sumba Timur kecil.<br />

2. Peraturan pelaksanaan UU No. 34, 2000 belum dikeluarkan sehingga pemkab<br />

belum berani melangkah lebih jauh. <br />

Untuk itu, perda mengenai pungutan daerah yang diajukan pemkab <strong>dan</strong> kemudian<br />

disahkan DPRD pada 2001 hanya bersifat perubahan perda yang sudah ada. Perdaperda<br />

yang diubah meliputi perda tentang retribusi produksi usaha daerah, retribusi<br />

pemakaian kekayaan daerah (berupa penambahan obyek), penggantian biaya cetak<br />

KTP, <strong>dan</strong> perda tentang persampahan. Selain itu, upaya lain yang ditempuh Pemkab<br />

Sumba Timur untuk menambah perolehan PAD-nya adalah dengan mengintensifkan<br />

pungutan SPK, khususnya pada sektor peternakan, bahan galian golongan C,<br />

kontraktor, <strong>dan</strong> sektor perikanan.<br />

Data yang disajikan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa realisasi PAD yang dicapai<br />

Sumba Timur dalam TA 1999/2000 <strong>dan</strong> TA 2000, masing-masing sebesar Rp1,5<br />

milyar. Pada TA 2001, target PAD ditetapkan sebesar Rp2,3 milyar. Tabel 12 juga<br />

menunjukkan bahwa meskipun tidak ada perda baru mengenai sumber penerimaan<br />

PAD, saat ini jumlah sumber penerimaan PAD Kabupaten Sumba Timur sebenarnya<br />

sudah cukup banyak. <strong>Daerah</strong> ini memiliki enam pajak, 30 retribusi, bagian laba<br />

BUMD 13 , <strong>dan</strong> pos lain-lain pendapatan yang meliputi sembilan pos penerimaan.<br />

Beberapa catatan yang perlu dikemukakan mengenai sumber penerimaan PAD adalah:<br />

1. Dari 30 jenis retribusi, hanya 12 jenis yang memberikan kontribusi riil kepada PAD<br />

(TA 1999/2000, <strong>dan</strong> TA 2000), <strong>dan</strong> pada TA 2001 jumlahnya juga terbatas pada<br />

14 jenis retribusi. Dengan demikian lebih dari 50% perda tentang retribusi tidak<br />

atau belum efektif diberlakukan oleh Pemkab Sumba Timur. Potensi penerimaan<br />

yang kecil atas obyek-obyek retribusi bersangkutan nampaknya merupakan kendala<br />

yang tidak bisa diabaikan. Jika terhadap obyek retribusi tersebut dipaksakan untuk<br />

tetap dipungut, maka kemungkinan biaya pemungutannya lebih besar dari pada<br />

penerimaannya. Pertanyaannya kemudian adalah untuk apa sebenarnya pembuatan<br />

berbagai perda tersebut?<br />

12<br />

Pada 13 September 2001, saat kunjungan lapangan ini dilakukan, dua PP tentang UU tersebut telah<br />

dikeluarkan, yakni PP No. 65, 2001 tentang Pajak <strong>Daerah</strong> <strong>dan</strong> PP No. 66, 2001 tentang Retribusi<br />

<strong>Daerah</strong>.<br />

13<br />

Keberadaan BUMD tidak dapat diandalkan sebagai sumber PAD. Staf salah satu BUMD memberikan<br />

informasi bahwa kondisinya sekarang se<strong>dan</strong>g “sekarat”. Sebagai pemilik perusahaan, pemkab sendiri<br />

sepertinya tidak peduli lagi dengan keberadaan BUMD tersebut.<br />

30 Lembaga Penelitian SMERU, Januari 2002

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!