27.12.2014 Views

Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial ... - UNDP

Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial ... - UNDP

Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial ... - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Konflik, <strong>Kohesi</strong> <strong>Sosial</strong> dan Perdamaian di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara<br />

memang sebelum konflik telah tercatat sejumlah<br />

segregasi desa yang cukup signifikan dimana<br />

penduduk dari 10 diantara 17 Kecamatan<br />

beragama mayoritas, baik Muslim maupun<br />

Protestan, di atas 80 persen.<br />

Dari segi suku, populasi Poso terdiri dari<br />

kelompok suku Kaili, Pamona, Ta’a, Gorontalo,<br />

Bare’e, Bugis, Bada, Togian, dan Jawa.<br />

Pemetaan komunitas berdasar agama<br />

menunjukkan bahwa komunitas Muslim menetap<br />

di wilayah pesisir seperti kota Kota, Poso Pesisir,<br />

kota Ampana dan Ampana Tete. Komunitas<br />

Kristen Katolik dan Protestan sebagian besar<br />

hidup di wilayah pegunungan dan wilayahwilayah<br />

lain selain pesisir. Di provinsi ini juga<br />

terdapat umat Hindu Bali yang cukup signifikan,<br />

karena terdapat program transmigrasi di<br />

Kabupaten Poso.<br />

Dinamika Konflik di Sulawesi Tengah 13<br />

Ulasan singkat mengenai kronologi konflik<br />

yang terjadi membantu menggambarkan<br />

dinamika konflik serta penyebab-penyebab<br />

langsung, maupun yang mendasari terjadinya<br />

konflik tersebut. Laporan ini menerapkan<br />

konvensi umum dalam mendeskripsikan<br />

kerusuhan dalam lima tahapan:<br />

• Tahap 1: Desember 1998 – Awal<br />

Tindak Kekerasan – Pada tanggal 24<br />

Desember 1998, di Poso terjadi perkelahian<br />

antara seorang pemuda Protestan dan Muslim,<br />

yang dengan cepat mengambil nuansa agama<br />

dalam beberapa hari setelahnya. Tokoh agama<br />

dari kedua kelompok masyarakat melarang<br />

beredarnya minuman beralkohol berhubung<br />

saat itu adalah bulan Ramadhan. Beberapa<br />

kelompok Muslim mulai melakukan<br />

penyitaan, yang menjurus kepada perkelahian<br />

dengan pemuda Protestan yang melindungi<br />

warung warga keturunan Cina yang beragama<br />

Kristen yang menjual alkohol. Dengan<br />

berkembangnya rumor serangkaian<br />

pembakaran gereja, konflik tersebut dengan<br />

cepat meluas hingga melibatkan pemuda<br />

Kristiani dan Muslim dari beberapa kabupaten<br />

sekitar, ditambah dengan milisi Gerakan<br />

Pemuda Sulawesi Tengah (GPST) yang<br />

bersenjatakan golok dan ratusan Muslim dari<br />

wilayah lain di Sulawesi Tengah yang datang<br />

mengendarai truk, dan mengarah ke bentrok<br />

kekerasan yang menyebabkan lebih dari dua<br />

ratus orang cedera, sekitar empat ratus rumah<br />

warga Protestan dan Katolik terbakar dan<br />

sejumlah toko warga Protestan dan Katolik<br />

rusak. 14<br />

• Tahap 2: 16 April - 3 Mei 2000 –<br />

Pecahnya Konflik Kedua. Ketegangan antara<br />

umat Protestan and Muslim kembali terjadi<br />

satu setengah tahun kemudian karena kejadian<br />

lain yang melibatkan dua pemuda.<br />

Menanggapi penusukan seorang pemuda<br />

Muslim, segerombolan Muslim mencari kaum<br />

muda Protestan dan mulai merusak rumahrumah<br />

Protestan dan Cina, menyebabkan<br />

banyak yang melarikan diri ke perbukitan.<br />

BRIMOB (Brigade Mobil), polisi huru hara,<br />

dipanggil oleh pihak kepolisian Poso untuk<br />

menghentikan pembakaran rumah-rumah dan<br />

gereja-gereja Protestan. Dalam upaya<br />

sementara untuk menghentikan pembakaran<br />

tersebut, pasukan Brimob menembak dan<br />

membunuh tiga orang Muslim, yang semakin<br />

membuat kaum Muslim marah dan<br />

menyebabkan mereka kembali ke Palu.<br />

Setelah pasukan Brimob meninggalkan Poso,<br />

pembakaran rumah kembali terjadi dan tindak<br />

kekerasan semakin memuncak. Pada akhirnya,<br />

kerusuhan dihentikan dengan pengerahan<br />

enam ratus tentara dari Makasar. Tahap kedua<br />

konflik setidaknya menyebabkan tujuh orang<br />

tewas, 38 cedera, sekitar 700 rumah umat<br />

Protestan dan Katolik rusak dan empat gereja<br />

terbakar. Tidak seorang pun diganjar hukuman<br />

selama kerusuhan Tahap 2.<br />

• Tahap 3: 23 Mei - Juli 2000 –<br />

Pembalasan oleh Umat Kristiani. Dua tahapan<br />

kekerasan sebelumnya dan tidak adanya<br />

penegakan hukum yang efektif, segera diikuti<br />

dengan kekerasan tahap ketiga yang<br />

menyebabkan lebih banyak lagi umat Muslim<br />

yang terbunuh. Pada tahap ini, belasan<br />

kelompok ‘ninja’ dari kelompok masyarakat<br />

Kristen menyerang umat Muslim dalam<br />

serangan yang mentargetkan pihak-pihak yang<br />

dianggap bertanggung jawab atas kerusuhan<br />

yang terjadi sebelumnya. Tiga orang Muslim<br />

terbunuh oleh kelompok ini, dan gereja tempat<br />

tujuan mereka melarikan diri dibakar.<br />

Sejumlah aksi kekerasan terus terjadi antara<br />

umat Kristiani dan Muslim, termasuk kejadian<br />

di sebuah desa transmigrasi di dekat Kilo<br />

Sembilan (lokasi ketegangan antara pendatang<br />

Muslim melawan umat Kristiani lokal akibat<br />

13<br />

Berdasarkan Laporan PDA Sulawesi Tengah, <strong>UNDP</strong><br />

Jakarta.<br />

14<br />

GPST merupakan perwujudan milisi Pamona yang<br />

ada di tahun 1950an.<br />

13

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!