27.12.2014 Views

Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial ... - UNDP

Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial ... - UNDP

Menuju Pembangunan Damai: Membangun Kohesi Sosial ... - UNDP

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Konflik, <strong>Kohesi</strong> <strong>Sosial</strong> dan Perdamaian di Sulawesi Tengah dan Maluku Utara<br />

1. Pendahuluan<br />

Konflik dan kekerasan memberikan<br />

dampak yang sangat besar terhadap masyarakat,<br />

memperdalam jurang pemisah sosial dan<br />

seringkali mengakibatkan pemisahan masyarakat<br />

secara fisik. Bantuan untuk membangun<br />

perdamaian pada masyarakat pascakonflik yang<br />

sudah terpecah-belah tidak hanya membutuhkan<br />

pemahaman akan penyebab konflik itu sendiri,<br />

tetapi juga pengetahuan mengenai apa yang dapat<br />

menyatukan manusia dan masyarakat.<br />

Singkatnya, pihak-pihak yang bertujuan<br />

mendukung perdamaian harus mempelajari apa<br />

yang bisa membangun kohesi sosial dalam<br />

sebuah masyarakat yang sudah terpecah. Kajian<br />

ini membahas masalah kohesi sosial di Sulawesi<br />

Tengah dan Maluku Utara, dua provinsi di bagian<br />

timur Indonesia yang sedang mengalami proses<br />

pemulihan dari konflik dan kekerasan social.<br />

Kajian dilakukan dalam rangka merumuskan<br />

strategi untuk masa depan demi mendukung<br />

perdamaian dan pembangunan di kedua provinsi<br />

tersebut.<br />

Laporan ini menjabarkan temuan dan<br />

rekomendasi dari dua kajian yang membahas<br />

kohesi sosial di Maluku Utara dan Sulawesi<br />

Tengah, dan satu kajian lain yang menyoroti<br />

pemuda, kohesi sosial, dan pembangunan<br />

perdamaian di Maluku Utara. 1 Laporan ini<br />

menyajikan saran untuk memperkuat dan<br />

membangun kembali kohesi sosial di provinsi<br />

tersebut melalui proyek-proyek yang mungkin<br />

diterapkan dan ide-ide lintas isu mengenai kohesi<br />

social, mencakup di dalamnya isu-isu tematis<br />

lain, seperti pemerintahan, pembangunan<br />

ekonomi, dan ketenagakerjaan.<br />

1.1 Definisi<br />

<strong>Kohesi</strong> sosial terkadang didefinisikan<br />

sebagai perekat yang menyatukan masyarakat,<br />

membangun keselarasan dan semangat<br />

kemasyarakatan, serta komitmen untuk mencapai<br />

tujuan-tujuan bersama. 2 Diasumsikan bahwa<br />

kohesi sosial merupakan syarat dasar bagi sebuah<br />

masyarakat. 3 Di sisi lain, konflik merupakan<br />

sebuah proses dinamis dan saling mempengaruhi<br />

antara isu-isu yang bertentangan (situasi konflik<br />

yang mendasar), sikap negatif (persepsi pihakpihak<br />

yang bertentangan terhadap pihak lain dan<br />

pihaknya sendiri), serta perilaku pemaksaan dan<br />

kekerasan (tindakan antara pihak-pihak yang<br />

bertentangan). 4<br />

Tidak ada definisi kohesi sosial yang<br />

disepakati secara universal. Kebijakan, penelitian,<br />

analisis, dan kajian biasanya menggunakan<br />

definisi mereka masing-masing. Sebagai contoh,<br />

Dewan Eropa mendefinisikan kohesi sosial<br />

sebagai “kemampuan suatu masyarakat untuk<br />

menjamin kesejahteraan anggotanya, menekan<br />

perbedaan dan menghindari polarisasi.<br />

Masyarakat yang kohesif merupakan komunitas<br />

yang terdiri dari individu-individu bebas yang<br />

saling mendukung, mencapai tujuan bersama<br />

secara demokratis”. 5 Sebaliknya, Ritzen et al.<br />

(2000) lebih menekankan aspek modal sosial dari<br />

kohesi sosial, dengan mendefinisikannya sebagai<br />

“satu keadaan dimana sekelompok orang (dalam<br />

suatu wilayah geografis) menunjukkan<br />

kemampuan untuk berkolaborasi dan<br />

menghasilkan iklim untuk perubahan”.<br />

Lima dimensi utama dari kohesi sosial<br />

ditemukan dari empat dokumen kebijakan<br />

pemerintah Perancis dan Kanada, OECD, dan<br />

Kelompok Roma. Lima dimensi tersebuta<br />

mencakup (i) kebersamaan – isolasi (nilai-nilai<br />

bersama, identitas, perasaan komitmen), (ii)<br />

pengikutsertaan – pengesampingan (kesempatan<br />

yang setara untuk memperoleh akses), (iii)<br />

partisipasi – ketidakterlibatan (dalam hal<br />

kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya),<br />

(iv) penerimaan – penolakan (menghargai dan<br />

mentoleransi perbedaan dalam masyarakat<br />

majemuk) dan (v) legitimasi – ilegitimasi (akan<br />

1 Konrad Huber, Christian Tindjabate dan Darwis<br />

Waru melakukan penelitian tentang kohesi sosial<br />

Sulawesi Tengah (15-22 Maret 2004); Arifah<br />

Rahmawati, Rob Watson, Farida Indriani, Rasdiana<br />

Amaya dan Ronald Tadubun melakukan penelitian<br />

tentang kohesi sosial di Maluku Utara (12-29 Mei<br />

2004); Yuliati Umrah, Siti Barorah Sinay and Joan Do<br />

Anas meneliti kelompok masyarakat pemuda di<br />

Maluku Utara (15-22 Maret 2004).<br />

2 Nat J. Colletta, Teck Ghee Lim, Anita Kelles-<br />

Viitanen, Social Cohesion and Conflict Prevention in<br />

Asia: Managing Diversity through Development,<br />

(Washington D.C.: The World Bank) 2001, hlm. 2.<br />

3<br />

Sharon Siddique, “Social Cohesion and Social<br />

Conflict in Southeast Asia” dalam Ibid. hlm. 18.<br />

4 Johan Galtung, Peace by Peaceful Means: Peace and<br />

Conflict, Development and Civilization (London: Sage,<br />

1996).<br />

5 European Committee for Social Cohesion (2004)<br />

Revised Strategy for Social Cohesion.<br />

6

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!